29. Luluh Lantak

1.5K 253 7
                                    

[kalo bisa, mulmed nya di setel ya gais, oke sekian dan terima kasih]

Hidup pada dasarnya adalah sebuah perjalanan yang memiliki banyak sekali kejutan. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi besok, dengan siapa akan menikah, dan bagaimana nasib masa depan, akankah sukses atau melarat.

Semua rahasia.

Hubungan percintaan antara Chaeyoung dan Jihoon pun merupakan bagian dari kejutan hidup itu sendiri. Semua mungkin mengira Chaeyoung hanya pantas untuk Changbin, namun bukan mereka yang menentukan pilihan Chaeyoung.

Gadis itu telah menentukan pilihannya, maka tak ada yang bisa merubah itu. Semua ini dimulai saat Chaeyoung dan Jihoon kembali dpersatukan dalam sebuah urusan perjalanan untuk pertukaran mahasiswa di Inggris.

Keduanya banyak menghabiskan waktu setelahnya, hingga Jihoon melakukan pernyataan cintanya kepada Chaeyoung untuk kedua kalinya, dan Chaeyoung tak bisa menolak.

Jam menunjukan pukul tujuh lebih empat puluh menit pagi, waktu korea. Jam delapan nanti keduanya take-off.

Iya, Chaeyoung dan Jihoon melakukan perjalanan bersama, sekilas orang menilai mungkin mereka seperti pasangan serasi. Namun tak ada yang tahu jika sebenarnya Chaeyoung menangis tanpa air mata.

Berat rasanya karena ia harus meninggalkan semua kenangannya untuk waktu yang lama. Termasuk kenangan singkatnya bersama Changbin yang teramat membekas dalam memorinya.

Setelah mengingat nama itu, semua kenangan itu kembali terputar di otak Chaeyoung secara otomatis, membuat gadis itu tak bisa lagi membendung air matanya.

"Jihoon aku mau ke kamar mandi dulu ya."
+++++




Entah kenapa perasaan Changbin sejak semalam gelisah, dengan sebab yang tidak jelas. Bahkan hari ini ia seolah tak memiliki semangat barang sedikitpun untuk mengikuti kelas pagi.

Kini pemuda itu seolah sedang berjalan tanpa nyawa menuju kafetaria, namun Woojin dalam keadaan tergesa-gesa, dengan nafas tersenggal menghampirinya.

"Chang... bhin. bego..."

"Setan. dateng - dateng, ngatain."

Woojin mengatur nafasnya sebelum menyampaikan berita penting yang baru disampaikan Yeri beberapa menit yang lalu. "Chaeyoung..."

Mendengar nama Chaeyoung, Changbin langsung melengos dan berbalik arah.

"Chaeyoung mau pergi."

Changbin masih melanjutkan jalannya, maka Woojin langsung melanjutkan kata - katanya.

"Ke Inggris."

Langkah Changbin spontan terhenti, namun ia masih bergeming seolah menanti penjelasan lebih dari Sahabatnya itu.

"Malah diem. Buruan susul ego, pesawatnya terbang jam delapan." Woojin melirik jam tangannya, "Lo masih punya tiga puluh menit. Lari!"

Setelah didorong Woojin, Changbin langsung berlari menjemput motornnya dengan tujuan menemui Chaeyoung, untuk... mungkin terakhir kalinya.

Chaeyoung harus tau isi hatinya yang sebenarnya sebelum Changbin menyesal karena tak pernah punya kesempatan untuk mengatakannya.

Jarak antara kampus dan bandara cukup jauh. Meski memakai motor, Changbin setidaknya harus menempuh perjalanan selama duapuluh menit, maka sepuluh menit ia gunakan untuk berlari mencari keberadaan Chaeyoung.

Namun terlambat, gadis itu sudah melewati pintu keberangkatan yang artinya Changbin tak bisa menyusul.

Dari balik kaca pembatas, Changbin bisa melihat Chaeyoung yang sedang duduk disamping Jihoon, menunggu
saatnya menaiki pesawat tiba.

Changbin belum mengerti apa yang terjadi diantara mereka, tapi hatinya begitu sakit saat tersadar bukan dirinya yang menyebabkan Chaeyoung tersenyum disana.

+++++

"Minum hoon, aku tau kamu pasti haus. Hari ini panas banget."

Jihoon tersenyum begitu gadis itu kembali dari toilet sembari membawa minuman untuknya.

"Makasih." Jihoon menerima sebotol air mineral dari Chaeyoung, dan masih tersenyum manis.

"Chaey kamu tahu? aku seharusnya banyak berterima kasih ke kamu." Jihoon membuka suaranya setelah beberapa saat tenang.

Chaeyoung menoleh, menatap Jihoon intens, menunggu lanjutan kalimat yang akan diucapkan pemuda itu.

"Terimakasih karena kamu bersedia buka hati kamu buat aku, dan itu lebih dari cukup untuk jadi sumber kebahagiaanku saat ini dan seterusnya."

"Aku akan bikin kamu bahagia chaey, I promise."

Kemudian tatapan keduanya bertemu, cukup lama sampai suara pengumuman untuk menaiki pesawat merusak suasana romantis itu.

"Ganggu banget nih mba nya." Gerutu Jihoon disusul gelak tawa Chaeyoung.

Lalu Chaeyoung bangkit dari duduknya, mempersiapkan kopernya, dan memeriksa barang - barang di tas selempangnya, dan saat itulah sebuah topi polos berwarna putih terpasang di kepalanya.

"Biar nggak panas." Jihoon tersenyum, Chaeyoung otomatis tersenyum juga menerima perlakuan manis pemuda itu.

Sampai sebuah sms masuk, Chaeyoung langsung mengeceknya barangkali penting. Dan ternyata itu memang penting sampai sebuah rasa penyesalan dihatinya perlahan muncul dan membesar.

Changbin
Semoga kamu bahagia, Chaeyoung!

Dalam gerakan spontanitas, Chaeyoung langsung mengedarkan pandangannya ke setiap sudut bandara yang luas itu, sampai manik matanya terfokus pada satu titik dibalik kaca pembatas.

Itu Changbin.

Tanpa berpikir panjang Chaeyoung segera berlari setelah berpamitan dengan kilat kepada Jihoon. "Aku kembali dalam tiga menit."

Setelahnya teriakan Jihoon seolah tak terdengar, karena fokus Chaeyoung hanya kepada Changbin yang dapat dilihat sudah berbalik badan, hendak pergi.

Beruntung posisi Chaeyoung dekat pintu kecil alternatif untuk keluar dari pintu keberangkatan, makanya ia masih bisa menarik tangan Changbin lalu memeluk pemuda itu.

Changbin terlonjak akibat kejadian yang terjadi secara cepat ini, namun pada akhirnya ia membalas pelukan Chaeyoung.

Detik berlalu, namun terasa seperti menit bagi Mereka berdua. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya, seolah berbicara dengan air mata sudah cukup.

"Maaf."

Dan akhirnya satu kata maaf dari Chaeyoung mengakhiri pertemuan terakhir mereka yang menyisakan perih karena hubungan mereka benar-benar berakhir.

Lidah Changbin seolah kelu, karena sampai Chaeyoung pergi menjauh dari hadapannya pun tak ada kata yang terucap dari bibirnya.

Ia hanya memandang sayu tubuh Chaeyoung yang terus menjauh seiring waktu berjalan, hatinya terlampau sakit.

Semua kata - kata indah yang telah dipersiapkannya sejak dalam perjalanan kemari, seolah hilang tanpa jejak.

Hati Changbin saat ini bukan hanya sekedar berantakan tetapi luluh lantak mengiri dukanya karena kehilangan cinta pertamanya, Chaeyoung.

"See you when I see you, Son Chaeyoung!"

+++++

hanya ingin menuntaskan hutang, sampai jumpa di epilog!

Fall Apart ;Chaeyoung + Changbin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang