(warning! part panjang dan sangat cringeyyy!!)
Hari kedua. Agenda mereka seharian jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat terkenal di Bali, kuliner, berakhir dengan belanja oleh-oleh.
Pagi Ini Chaeyoung dan Changbin bangun lebih awal dibanding lainnya karena berniat untuk berpisah dari rombongan, dan pamitan pergi lebih dulu disaat teman-teman mereka masih berkutat dengan selimut hotel yang nyaman.
"Bin gimana kalo kita balap lari sampe pohon kelapa itu? nanti yang kalah harus ngelakuin semua perintah dari yang menang seharian ini." Chaeyoung menunjuk ke arah pohon kelapa beberapa meter di depan keduanya.
Mata Changbin menyipit mengikuti arah telunjuk gadis itu. Mengangguk tanpa banyak berpikir. "Oke. Soal lari mah aku jagonya."
Chaeyoung memutar bola matanya, sebelum mulai memasang ancang-ancang, lantas melirik jam tangannya. "Lima detik dari sekarang. lima, empat, tiga, dua, satu!"
Detik berikutnya dua muda mudi itu melesat lari secepat mungkin menuju garis finish. Changbin melirik Chaeyoung disebelahnya. Gadis itu tampak mengerahkan seluruh tenaganya.
Laki-laki itu jadi tertegun, berniat merekayasa kemenangan. Alhasil meskipun bisa berlari lebih cepat lagi, ia justru mulai memelankan lajunya, membiarkan gadis itu menyalip dan mencapai garis finish lalu bersorak atas kemenangannya.
"YEAY GUE MENANG!" Chaeyoung melompat-lompat seperi anak kecil. Tanpa sadar Changbin tersenyum tipis turut merasa senang. "Selamat sayang!"
Chaeyoung menoleh, memandang Changbin dengan berbagai arti. "Kamu hari ini jadi babu aku."
Mendadak Changbin merasa menyesal telah mengalah demi gadis berlesung pipi itu. pemuda itu lantas menggerutu. "Masa udah ganteng begini jadi babu."
Chaeyoung tertawa penuh kemenangan. "Suruh siapa kalah!"
Changbin tak bisa berkata apa apa.
+++++Wajah Changbin sepanjang pagi hingga siang benar-benar kusut seperti pakaian yang tak disetrika seminggu.
Bagaimana tidak? Sepanjang pagi hingga siang ia kenyang menerima perintah dari gadisnya yang sudah seharian ini memasang senyum puas.
"Jangan cemberut terus bin. senyum dong!" Chaeyoung tersenyum lebar pada Changbin yang berdiri dihadapannya. Gadis itu menempelkan kedua telunjuknya di kedua sudut bibir Changbin, melengkungkan dengan paksa. "Senyum dong 'sayangg!"
"Kok terpaksa gitu manggil 'sayang nya?"
"Hah engga kok."
"Ulang!"Mata Chaeyoung mengerjap lucu, Semburat merah muncul tipis di pipi putihnya. Gadis itu tersenyum lebar sembari berkata keras. "Senyum dong sayang!"
Melihat tingkah mengemaskan Chaeyoung, tanpa diperintah pun Changbin sudah tersenyum lebar.
"Nih bawa!" Perintah Chaeyoung Lalu ia menyerahkan lagi satu tas belanjanya pada Changbin. "Jalannya cepet dong jangan lelet!" Bentaknya galak.
"Yailaah baru aja manis udah galak lagi." Dengus Changbin sebelum mengekor Chaeyoung yang sudah dua langkah lebih dulu didepannya.
Satu Jam berlalu, Chaeyoung akhirnya selesai membeli buah tangan. Changbin pun bernapas lega, merasa bebas dari derita.
Meski Chaeyoung hanya membawa pulang dua tas belanja berukuran sedang, gadis itu menggiring Changbin berkeliling dari satu toko ke toko lain dengan jalan kaki. Hal itu benar-benar menyiksa Changbin. Kakinya terasa pegal.
"Tau gini harusnya tadi kita sewa mobil atau sepeda. Pegel banget kaki aku." Gerutu Changbin, masih mengekori Chaeyoung yang sibuk memerhatikan sekitar, mencari tempat pas untuk makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart ;Chaeyoung + Changbin ✔
Fanfic❝Ini hati, bukan hotel yang bisa lo tinggal pergi kapan aja.❞ + lowercase, harsh word inside bbuingchan, 2018