highschool series - telat

1.6K 160 11
                                    

Miane for typos,

ENJOY-orobun ~

•♤•

Hari ini aku kesal banget. Bangun telat, gak sempet sarapan dan harus sempit-sempitan di angkot. Kesal juga sama gojek yang lagi rush hours. Harga jadi lebih mahal, padahal aku lagi kanker, kantong kering.

Mana mau aku ke sekolah doang ngeluarin duit sampe jigaw, mending buat jajan di bakso boedjangan aja.

Dan yang lebih ngeselin lagi, pas sampai sekolah gerbang sudah ditutup. Tadinya aku gak khawatir karna Mang Didin, satpam sekolah kami, cukup akrab denganku. Bukan akrab dalam konteks negatif ya, enak aja. Aku memang dekat dengan beberapa staf sekolah sampai ibu kantin pun dekat dengan ku.

Ada untungnya deket sama mereka, selain suka dibonusin kalau jajan dan suka dibolehin masuk kalau terlambat, ada juga alasan lain buat masuk sekolah selain untuk belajar. Biar liat senyuman Ceu Ida, banyolan Mang Didin, dan untuk ketemu temen-temen juga pastinya. Jadinya kan sekolah gak nge-boaring-in, betul tidak?

Saat aku samperin gerbang, ternyata yang jaga bukan pak Didin, tapi mang Aan. Masih muda, sok galak, sok ganteng mentang mentang hidungnya mancung. Iya, dia ganteng. Tapi aku gak naksir kok.

"Mang, bukain gerbangnya, please. Tadi saya telat karna semaleman ngerjain tugas dari Bu Risma yang amat sangat banyak sekali. Jadinya saya telat bangun, terus naik angkot, angkot nya ngetem lama banget, mau naik gojek tapi mahal. Tolonglah, seandainya mamang berbaik hati membukakan pintu gerbang sekolah tercinta ini dan mengizinkan saya masuk untuk menuntut ilmu sebagai kewajiban saya yang mulia ini," aku memohon dengan wajah melas andalanku.

"Bel masuk udah dari tadi. Makanya jangan lelet." eh gak dikasih dong, terus dia ngeloyor pergi gitu aja. Ngeselin kan? sok ikutin peraturan banget.

Gak kehabisan akal, aku pun mencari celah untuk masuk. Pokoknya aku harus masuk sekolah. Enak aja, semaleman aku udah ngerjain PR masa gak dikumpulin sih?

Aku ingat kalau di sekolah ada pintu belakang. Biasanya bang Cahyo, sepupu ku,  itu kalau kabur atau telat suka lewat sini.

Ada rasa lega saat aku menemukan pintu belakang, tapi ternyata gerbangnya rada tinggi. Mau gak mau aku harus manjat. Untungnya gak dipasang kawat tajam.

Untungnya lagi, hari ini aku lagi memakai celana panjang, celana olahraga, doubel-an biar gak ribet. Jam kedua adalah pelajaran olahraga. Aku memanjangkan celanaku yang sebelum nya aku gulung sampai dengkul.

Saat aku mau manjat, aku bertemu cowok tinggi yang memegang banyak kertas di tangannya. Bukan, dia bukan Nathan (kalo dia Nathan, jelas aku bukan Salma) dia teman sekelasku, tapi kami gak dekat bahkan aku gak ingat namanya. Kayaknya dia telat juga. Dia orang yang rada pendiam sama orang yang gak dekat dengannya, aku pun gak pernah ngobrol dengannya

"Eh, telat juga?" tanyaku.

"Gak, abis foto kopi. Di sekolah mesinnya mati." dia menjawab lengkap dengan informasi yang tidak begitu penting untukku.

"Kok gak lewat depan aja? kamu kan gak telat."

"Gak dibolehin, yang jaga Onta Arab. Males debat sama dia," dia langsung memegang pager besi, kayaknya sih malas kalau ku tanya-tanya lagi. Aku cuma ber oh ria. Ku cantolkan tas milikku di gerbang, lalu memanjatnya.

Tapi...

kok kakiku gak napak tanah ya? ini kenapa sih? kayak ada yang nyangkut.

Jangan jangan....

omo!

rok aku, nyang to the kut.

di pager besi! aku tentu saja panik. Berusaha buat melepaskan, tapi aku malah oleng, makin panik aku meliat sekitar. Cowok itu masih disekitar sini.

"Kamu..... eh kamu yang abis foto kopi," aku memanggil nya, lupa namanya.

"Se.. Aduh siapa sih namanya? Tolongin dong."

Dia berbalik  dan menghampiriku, "Kenapa?" Sambil menaikkan satu alisnya, memandangku seakan-akan aku adalah mahluk aneh sedunia.

"Nyangkut...." sumpah, malu banget!

"Kamu bisa tolongin aku?"

"Ada-ada aja." dia memperhatikan ku lalu memegang rokku.

"Ehkm, sorry, ya,"Mukanya terlihat dia agak risih. Dia memegang rokku dan pelan pelan melepaskannya yang nyangkut di gerbang besi kampret ini.

"Lain kali kalo mau manjat, karna udah pakai celana panjang, rok nya diangkat dulu. Entar nyangkut lag-" omongan dia terhenti, digantikan dengan suara: "krek"

Tau suara apa? itu bunyi rokku yang sobek. Sobeknya lumayan panjang, seperempat dari panjang rok aku yang panjang nya 3 jari di atas dengkul.

"-i... dan rok lo jadi gak sobek." dia meneruskan kalimatnya yang belum selesai, lalu jalan begitu saja mendahuluiku.

"Mmm- makasih, Se...-" aku berterimakasih padanya tulus dari hati dan dengan perasaan amat sangat malu nian sekali.

Aku menunduk dan mengikutinya jalan menuju kelas yang sama.

•♤•

•♤•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


molla ige mwoya hehe.

Cekidot

👇

@wenhuncorner(IG)

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang