karena debu - huswif

1.1K 104 42
                                    

Sehun membaca koran sambil memangku anaknya yang belum genap berusia setahun itu. Ia menghabiskan secangkir susu dan kue kering buatan istrinya.

Wendy memang jarang membuatkan teh atau kopi di pagi hari untuk suaminya. Alasannya karena kalau Sehun minum kopi sebelum perutnya diisi nasi, perutnya akan bermasalah, maka itu Wendy lebih memilih membuatkan susu pencegah osteoporosis untuk suaminya meski tulang Sehun masih sehat dan kuat.

Sehun membenarkan posisi duduk anaknya lalu melipat koran dan meletakkannya di meja.

Saat Sehun mengambil cangkir bekas susunya, berniat untuk menaruhnya di tempat cuci piring, jari-jarinya tidak sengaja menyentuh kaca meja.

Kedua jarinya merasakan sesuatu. Debu menempel di sana.

"Dy~" Sehun memanggil Wendy yang sedang berada di halaman belakang rumah mereka. FYI, istrinya punya hobi baru, merawat tanaman.

Gak ada respon, Wendy belum juga menghampirinya.

Itu tandanya pekerjaan Wendy di halaman belakang sana nanggung, mending diselesaikan dulu, baru nyamperin Sehun atau mungkin Wendy gak mendengar panggilannya.

Sehun menggendong anaknya lalu menuju dapur untuk meletakkan cangkir kotor di sana.

Letak dapur yang hanya dibatasi kaca transparan dengan halaman belakang membuat Sehun dapat melihat apa yang sedang dilakukan istrinya.

Wendy tampak serius memotong rumput yang gak diinginkan tumbuh di sela-sela tanaman. Lalu Wendy tersenyum puas saat melihat pohon cabai yang mulai berbuah banyak.

Sehun menunda niatnya. Ia malah kini memperhatikan tingkah istrinya sambil mencium puncak kepala anaknya.

Entah sejak kapan melihat Wendy bahagia dengan dunianya membuat Sehun senang dan Sehun ingin ikut maauk ke dalamnya. Padahal dulu Sehun tidak pernah peduli dengan istrinya. *liat part huswif sebelumnya :B*

Dan semenjak kehadiran malaikat kecil diantara mereka, menemani perjuangan Wendy mengandung sembilan bulan sepuluh hari, membuat Sehun jadi makin menyayanginya.

Ini kali ya, yang namanya beautiful in disgueise? Padahal terpaksa nikah, eh sekarang Sehun malah jadi bersyukur ia dijodohkan oleh orangtuanya dengan Wendy.

"Seh, liat deh cabainya udah pada numbuh!"
"Makin sering makan sambel deh nanti kamu."

Wendy akhirnya menyadari kehadiran Sehun dan anaknya. Menginformasikan kondisi cabai yang sudah ia rawat dengan topi ala tukang kebun.

Halaman belakang rumahnya memang indah, tentu saja sebagian besarnya atas usaha Wendy.

Sebelum menanam banyak tumbuhan di halaman belakang, Wendy memang izin dulu pada Sehun. Meski saat itu Sehun cuma jawab "terserah." Dengan nada datar dan gak niat. Meski dalam hati ia setuju dengan usulan Wendy. Dari pada halaman kosong gitu aja.

Ternyata bermanfaat juga tuh halaman belakang, Sehun dan Wendy gak perlu ngeluarin duit buat beli cabai. Inget gak saat harga cabai naik, seorang tokoh ngasih solusi gini : "tanem cabai sendiri aja."

Terus nih, kalau lagi musim, Wendy akan mengolah mangga atau buah-buahan lainnya jadi berbagai macam makanan enak, udah gitu dia bagi-bagiin ke tetangga.

Menyenangkan bukan?

"Banyak banget."

Sehun ikut berjongkok, memetik cabai.

"Aduh, nak jangan dimakan!" Wendy histeris melihat tangan anaknya yang ikut memegang cabai lalu hendak memasukan ke mulut mungilnya.

"Seh, biar aku aja yang metik."

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang