bundaily - happy birthday

218 28 5
                                    

Meski kesal dengan suaminya Wendy tetap menyiapkan sarapan. Bunyi suara piring dan sendok yang beradu dengan meja makan jadi terdengar lebih keras- meski gak heboh-heboh amat karena mood-nya yang lagi bete. Gak ada juga, "Hun ayok makan sarapannya udah siap." Wendy makan aja langsung tanpa menunggu Sehun yang lagi masukin keperluannya di tas.

Pagi-pagi abis mandi Wendy minta izin ke Sehun, tapi suaminya itu gak kasih izin.

"Hun, besok aku berangkat bawa mobil sendiri, ya."

"Gak."

"Kok ga boleh?" Perasaan kemaren-kemaren tuh dibolehin loh bawa mobil sama Sehun dan gak ada masalah.

"Hari ini kamu jangan bawa mobil dulu."

Sehun ngomongnya dingin banget udah gitu langsung masuk kamar mandi, meninggalkan Wendy yang sebal karena gak dikasih alasan kenapa gak dibolehin bawa mobil sendiri. Padahal kan Wendy udah punya SIM A, dan yang ngajarin Wendy jadi lancar kembali nyetir mobil ya tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya sendiri.

Walhasil Sehun yang mengantarnya ke kantor. Suasana mobil sepi krik krim gak ada yang memulai percakapan sama sekali.

*

Percobaan ketiga Sehun membuat kue dan pada akhirnya gagal (lagi). Padahal menurutnya dia sudah mengikuti setiap step di YouTube dengan benar dan teliti. Adonan yang gak mateng lah, gak ngembang lah, gosong lah, rasanya hambar lah dan sebagainya.

Mama cuma bisa prihatin melihat anaknya kecewa dengan hasil karya tangannya sendiri ditambah ia juga harus membereskan banyak cucian kotor dan membereskan dapur yang kotor karena tumpahan tepung.

"Ma, pa coba."

Dengan apron hitam yang kotor karena tepung- ih! Bahkan ada bekas telur yang menempel juga. Iyuwh. Sehun menawarkan hasil karyanya- kali ini yang keempat kali.

Papa menatap Sehun dan kuenya dengan pandangan skeptis, 'yailah ini lagi', mungkin papanya membatin begitu.

Iya, mama dan papa selalu jadi korban kegagalan kue Sehun.

Keduanya belum mencoba hanya menatap tampilan kue di hadapan mereka yang tampilannya sudah lebih mending dari tiga kue sebelumnya- setidaknya ada sedikit kemajuan, bukan?

"Aaaak!" Baik papa dan mama langsung gerak cepat saat tangan mungil mencoba merauk kue itu. Papa menjauhkan dari jangkauan Minhun dan mama memegang tangan mungil itu.

"Wah anak ayah aja mau coba." Minhun tertawa gemas melihat ayahnya tersenyum dan mencubit pipinya lembut.

Papa mendudukan cucunya di pangkuannya dan mama mengambil garpu kecil. Cukup dengan melihat ekspresi istrinya sudah membuat papa enggan untuk mencoba.

Kali ini kuenya terasa bantet dan adonannya sedikit tidak matang. Ampun dah.

Minhun mengamati wajah sang nenek, tapi bocil itu sepertinya belum paham arti wajah itu.

"Au oba auu auu." Begitu celotehnya sambil tangannya berusaha meraih makanan di depannya. Pantatnya yang gembul karena pempers bangun dari pangkuan kakeknya.

Sehun masih positif thinking, mungkin kue buatannya tidak aman buat lansia, tapi bisa jadi comfort food buat si kecil.

"Aaaaa."

Satu suapan masuk ke mulut mungil Minhun. Ia mengunyah dengan raut wajah heran. Seperti ingin mengetahui lebih dalam keunikan dari rasa kue buatan ayahnya, tapi ujung-ujungnya ia melepeh.

Papa buru-buru mengambil botol minum lucu untuk Minhun.

Udah lah, ini gagal.

"Kenapa sih kamu ngotot banget bikin kue tiap ke sini? Istrimu sendiri kan jago bikin kue, kenapa gak minta diajarin?!"

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang