bando

307 44 12
                                    


Ya ampun!

.

Ha ha ha jadul banget yang bacanya pake nada dulu pas sd suka nonton space toon, ya?

☘️

"Heh, minjem!"

Cilok yang akan mendarat dengan indah di dalam mulutnya kini jatuh menggelinding lepas dari tusuknya. Kurang ajar. Siapa yang mengagetkannya tadi?

"Ah elah cilok gue jat-" ia tidak sanggup menyelesaikan ucapannya. Padahal, bicara sambil ngegas adalah salah satu kenikmatan. Jarang-jarang ia bisa begitu. Tapi, cowok yang menatapnya dengan jarak yang kurang dari 30 centi meter ini membuatnya diam terpaku.

"Oy!" Cowok itu menggerakkan tangan di depannya. Takut ruhnya pindah ke dimensi lain sedangkan jasadnya masih ada di kolong langit.

Kesadaran Wendy kini kembali setelah cowok itu mengguncang-guncang bahunya dengan kedua tangannya. "Aaak!" Wendy teriak. Cowok itu melepaskan tangannya dari bahu Wendy, menggunakannya untuk menutup kedua telinganya.

"Apa lo pegang pegang? Bukan mahram!"  Cowok itu mengangkat sebelas alisnya bingung.
Tapi kemudian langsung berdecak malas. Dikira ia mau melakukan yang tidak-tidak?

Dia hanya khawatir karena Wendy lama terdiam dengan mulut menganga. Takutnya Wendy kesambet. Kayaknya sih emang kesambet, deh. Lagian, abis bengong langsung nyemprot orang.

"Gue gak ada maksud buat ngapa-ngapain lo, tau," cowok itu membenarkan posisinya dengan Wendy pada jarak aman. Sekarang ia berdiri tepat di depan Wendy yang masih duduk dengan plastik cilok yang masih ia pegang di satu tangannya dan tusuk cilok di tangan satunya.

"Gue cuma mau minjem itu," cowok itu menunjuk kepala Wendy. Oh yeah kepintaran Wendy ternyata memang seterkenal itu. Sampai cowok antah berantah ini mau meminjam kepalanya. "Gila, ya? Mana bisa dicopot!" Balas Wendy sengit.

"Bisa aja tuh."

"Aak!"

Semua berlalu begitu cepat. Cowok itu tanpa permisi mengambil bando biru dongker yang Wendy gunakan. Sebenarnya meski gerakannya cepat, tapi cowok itu tidak secara barbar mencopot bando miliknya. Hanya saja Wendy kaget jadinya dia teriak deh.

Cowok itu berlari meninggalkannya. Benar-benar mirip maling. Eh, bukan lebih mirip jambret. Awas aja itu orang. Bando itu punya arti untuk Wendy.

Tapi mungkin ini adalah hari sial untuknya. Saat hendak mengejar cowok itu, baru saja melangkahkan kakinya Wendy terpeleset oleh ciloknya sendiri yang tadi jatuh menggelinding. Ingat?

Untungnya ia selalu memakai celana panjang hitam setiap sekolah. Luka yang saat kering akan berubah menjadi koreng tidak akan menghiasi lututnya.

Saat Wendy sudah hampir menyerah untuk mengejar cowok freak itu...

"Pinjem dulu, nanti gua balikin!"

Ia balik badan, berlari-lari kecil sambil tangannya menggoyang-goyangkan bando milik Wendy.

"Thanks!"

☘️

"Kaya ada yang an-"

"Sssst," Sehun yang baru saja sampai ke lapangan bola dengan sigap meletakkan jari telunjuknya di mulut Baekhyun, "Diem gak usah heboh."

"Lah, anjir, Hun lo ngapain pake bando ada pitanya begini?"

Sial.

Padahal udah ngunci mulut Baekhyun, eh tapi Kai yang entah muncul dari mana sekarang malah cekikan, "Kkkkkk wkwkwkwk ada pitanya anjir."

"Wkwkwkwk ngapain sih, Hun? Ketawan, tuh. Abis nyolong ya?" Kan Baekhyun gak bisa gak bawel.

"Enak aja."

Rasanya ga tepat untuk dibilang nyolong. Sehun kan minjem.

Eh, tapi Sehun aja gak tau siapa nama cewek itu. Gimana mau balikin bandonya?

Yah, semoga Tuhan kasih kesempatan untuk mereka ketemu lagi biar Sehun bisa ngembaliin nih bando atau minta ijin buat mengiklaskan jadi hak miliknya?
Abis nih bando enak dipakai, minus ada hiasan pita aja sih. Ah, atau Sehun copot aja ya?

☘️

6. Jan. 21
(Ditulis dan dipublikasi)

Hore sempet ngepublish di (masih hawa-hawa) tahun baru~

Hepi nyu yer, ya, semua.

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang