HunDay (01)

642 78 13
                                    


Sehun bangun saat sinar matahari mulai menembus jendela. Ia mengucek matanya kemudian mematikan alarm dan mengecek hari dan tanggal di sana. Tanggal dua belas April adalah hari ulang tahunnya.

Wendy masih tidur di sebelahnya dengan posisi membelakanginya. Sehun memeluk dan mencium puncak kepala istrinya. Dalam hati bersyukur kepada Tuhan yang menganugerahkan Wendy sebagai istrinya.

Tidur Wendy terganggu saat Sehun mulai mencium pipi, bahu, dan lengannya. "Hoaahm masih ngantuk," rupanya ciuman Sehun gak mempan untuk membangunkan istrinya kali ini.

•••

Sikat gigi dan cuci muka, lalu Sehun sibuk di dapur. Mengecek bahan apa saja yang tersedia di kulkas yang dapat dijadikan sarapan. Hanya ada udang dan telur. Udah.

Majic jar yang tadi Sehun cari-cari kini berada dalam mode "cook", sebelumnya ia cek terlebih dahulu, takutnya masih dalam mode "warm" supaya siap untuk memasak tiga gelas beras yang sebelumnya ia cuci.

Air bekas cucian beras gak Sehun buang, tapi ia tampung di ember untuk menyiram tanaman Wendy di kebun belakang.

Udang yang sudah ia cuci tak lupa kulitnya dikupas dan bagian kotorannya yang berada di tengah itu ia buang.


Hari ini kan gue ulang tahun, kenapa mesti repot-repot bikin sarapan? Bukannya yang harusnya ribet di dapur sekarang itu istri gue nyiapin kejutan misalnya?

Yah, ngarep.

Lagian, beras udah mulai jadi nasi, tanggung biar yang ulang tahun aja yang masak.

Dia yang ulang tahun, dia yang masak.
Anti mainstream, kan Sehun?

•••

"Hmmm wangi banget," Wendy mencium aroma mentega saat berjalan ke dapur sambil menguncir rambutnya. Sehun gak bisa gak senyum melihat Wendy begitu. Meski bajunya lecek khas orang baru bangun tidur, tapi melihat muka adem istrinya yang sudah dibasuh air ditambah dengan lengan yang terangkat untuk menguncir rambut, itu adalah  pemandangan yang gak kalah indah dengan indahnya sinar mentari, Sehun biasa memanggilnya "SonShine" saat Wendy senyum kepadanya, kayak sekarang.

"Selamat pagi, SonShine."

Wendy duduk dan sepiring nasi goreng sudah ada di depannya.

"Minumnya mana, Seh?"

Ah iya, minumnya. Pagi hari gak boleh minum air dingin dulu. Sehun menuju dispenser, menuang dengan temperatur panas dan sedang di mug bertuliskan "wife"

"Euhm!" Itu respon Wendy saat pertama kali mengunyah suapan nasi goreng buatan Sehun, kalau di komik, ada gambar bintang kelap kelip di kepala Wendy. Wendy jadi teringat saat-saat masih temenan, Sehun memasak nasi goreng juga untuknya, tapi kali ini rasanya lebih enak.

"Waaw? Aku gak expect kulit dan kotorannya kamu buang juga loh, Seh," udang dengan warna kemerahan yang cantik Wendy amati sebelum ia masukan ke mulutnya.

"Euhm!"

"Enak, rasanya gak tawar. Kamu bumbuin dulu, ya?" Sehun senyum aja, bangga gitu  nasi goreng ala ala-nya dipuji Wendy.

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang