gerhana bulan

2.1K 189 14
                                    


Oh Sehun mam kinderjoy, Enjoyyyy

~~~~~

WILLIS

Gue menghadap cermin, membuka bungkus koyo tlalu menempelkannya di leher gue.

Leher gue pegel, pegel enak sih. Gara-gara semalem.

•♤•

Semalam sambil melihat gerhana bulan yang gak setiap hari terjadi, gue melihat fenomena itu di teras balkon berdua dengan Wendy di rumahnya. Wendy duduk di pinggiran balkon. Memang, Wendy anaknya petakilan, kaya gini nih, berani banget duduk di pinggiran balkon, untung gue pegangin. Mama Wendy pernah cerita, kalau dulu Wendy anaknya perakilan. Sampai sekarang sih.

Kami melihat indahnya langit saat itu dan mengabadikannya. Gue dan Wendy sama-sama berfoto dengan menjadikan gerhana bulan sebagai latarnya bersama siluet kami. Puas menikmati indahnya gerhana bulan, gue memandang wajahnya. Wajah cantik pacar, sekaligus bakal istri gue dan bakal ibu dari anak-anak gue. Adem banget. Gak perlu dia pakai make up berlebihan, begini udah cakep, atau mungkin gak perlu. Bening, adem, gak bosen gue melihatnya.

Alisnya yang rapih dan gak begitu tebel, hidung nya mancung tapi sedikit bengkok, pipinya yang rada berisi yang suka gue unyel-unyel, cubit, cium, bahkan kadang gue gigit. Dan bibirnya, gue doang yang boleh rasain.

Gue melingkarkan tangan di pinggangnya, lalu memeluknya erat. Gue menatap matanya dan mengelus wajahnya. Wendy memejamkan matanya, lalu melingkarkan tangannya dia di leher gue.

Rasa hangat menghinggapi bibir kami berdua. Awalnya hanya kecupan lalu menjadi lebih.

Wendy menepuk pundak gue, melepaskan ciuman kami. Kami perlu bernafas. Gue memeluknya dan menaruh kepala gue di atas kepalanya lalu menciumnya. Wangi segar aroma sampo yang Wendy pakai tercium indera penciuman gue.

"Dy, dengerin ya, aku mau gombal," gue memegang bahunya.

"Wendy, langit malam ini indah banget, tapi pas aku lihat kamu, langit malam ini gak jadi indah banget, soalnya yang indah banget itu kamu."

Wendy menatap gue sambil meringis. Yailah, gagal gombal nih gue.

"Hehe," gue nyengir aja liat ekspresinya.

"Hun, kamu gak pernah berhasil buat gombalin aku. Chessy abis," dia mencubit hidung gue. Gue melepaskan cubitannya di hidung gue. Mendekatkan wajahnya, hingga hidung kami bersentuhan. Lalu gue memegang tangannya dan menaruhnya di dada gue.

"Kerasa gak jantung aku dag dig dug?" Ucap gue sambil menggenggam tangannya.

"Kerasa lah, kan kamu masih hidup."

elah gagal gombal bagian dua.

Kini gue memegang kepalanya, mendekapnya, hingga kupingnya tepat berada di dada gue.

"Nih denger deh, suara jantung aku ini bukan sekedar menandakan kalao aku masih hidup. Biasanya suara jantung aku gak secepat ini, Dy. Suara jantung aku jadi lebih cepet saat ada cewe mungil, cantik, pinter, hobby masak, suka bawain aku bekel, suka bikinin kue terus di bagi-bagiin gratis ada di depan aku. Kamu tau kan cewe itu siapa?"

"Siapa tuh cewenya?" dia nanya, mukanya pura-pura lagi mikir.

"Lihat mata aku, entar kamu bakal lihat siapa yang bikin suara jantung aku jadi cepet kaya gini," Dia beneran menatap mata gue, dia senyum dan mengecup bibir gue cepat.

"Bukan cowo tinggi, cadel, manja doang yang suara jantungnya berdegup jadi lebih cepat. Si cewe juga gitu kalau ada si cowo itu di deket nya." mendengar ucapannya, gue auto salting, salah tingkah. Gue mengusap belakang telinga, kebiasaan gue saat salting. Dia mencubit pipi gue dengan sedikit tenaga, sepertinya membuat pipi gue tambah merah.

Gramble - WenhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang