Eun Ra menegak kasar minumnya. Entah mengapa malam ini terasa sangat panas sampai membuatnya harus kembali menuang air ke dalam gelas, dan air itu raib dalam sekejap.
Ia lalu bergerak duduk sembari tangannya melipat di atas meja untuk ia gunakan sebagai sandaran kepalanya. Namun karena pergerakannya itu, sesuatu terjadi.
Pletak!
Tubuhnya reflek gemetar karena terkejut. Lantas ia menghidupkan lampu dapur untuk melihat apa yang sudah ia lakukan.
"Astaga, apa ini?" Ia mengambil benda itu yang masih terbungkus tas kertas. Sebuah boneka kecil yang sudah tak berbentuk, juga rakitan kamera sedemikian rupa dari dalamnya.
Ah, Eun Ra paham sekarang.
"Hei, apa yang kau lakukan pada hadiahku? Kenapa kau merusaknya?!" Eun Ra kembali terperanjat, dan seketika tubuhnya kaku.
Melihat Jae Hyun di depan sana menjadikannya seperti maling yang tertangkap basah bersama barang bukti yang tepat berada di tangannya. "Itu—aku tidak merusaknya. Itu tidak sengaja terjatuh," ucapnya jujur dengan gugup.
Ya, konyol memang. Seharusnya orang jujur tidak akan gugup. Tapi yang Eun Ra rasakan sekarang, entahlah.
Ah, tidak! Ia gugup sebab Jae Hyun melemparkan tatapan tajamnya pada dirinya.
"Kalau kau masih kesal atas kejadian di acara tadi, seharusnya tidak begini, Choi Eun Ra!"
Padahal itu hanya boneka kecil yang mungkin harganya tak sebanding dengan barang-barangnya yang lain. Tapi itu bisa membuat Jae Hyun semarah itu. Eun Ra benar-benar tidak bisa mempercayainya.
"Lagipula, peraturan untuk tidak memberi hadiah padaku itu hanya sebatas syarat saja. Tidak harus mereka ataupun aku ikuti sungguh-sungguh. Aku menerima hadiah itu karena itu mauku, apa hakmu untuk kesal dan tidak terima?"
Eun Ra terdiam mendengarkan. Sembari menunduk.
Sebelah sisi bibir tipisnya terangkat seolah menyeringai. Kedua tangannya ia lipat di dada seolah ialah bossnya. "Sudah selesai bicaranya?"
"Apa katamu?"
Gadis itu berdecak sekali. Lalu menghela nafasnya pendek namun tegas. "Kau bertanya tentang hakku? Heol, kupikir kau lupa, Tuan Jae. Maka biarkan aku mengingatkanmu."
Eun Ra menjeda kalimatnya. Sedangkan Jae Hyun diam-diam menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya, dengan keningnya yang mengkerut.
"Walau kau adalah artis, Tuan Jae, tapi tetap saja posisiku sekarang lebih tinggi darimu. Dan sangat jelas, aku berhak melakukan semuanya terhadap dirimu. Hanya saja, aku masih menghargai dengan memanggilmu bersama embel-embel Tuan."
Jae Hyun ternganga mendengarnya. Pikirnya, gadis di depannya ini terlalu berani.
"Kau—"
"Sssstt!" Jae Hyun sedikit terperanjat. Laki-laki itu langsung diam saat isyarat dari Eun Ra datang tiba-tiba.
Kedua tangan Eun Ra pun ikut berisyarat seolah menyuruh Jae Hyun untuk tetap tenang. Ampuh, Jae Hyun menjadi benar-benar diam. Hanya saja tatapannya sangat datar terhadap Eun Ra.
"Bicaraku belum selesai. Tunggu saja besok, kau akan mendapatkan peringatan dari Sajang-nim karena ulahmu hari ini, maksudku pelanggaran yang kau lakukan."
"Gadis gila!" Amarah Jae Hyun benar-benar terbakar sekarang. Lantas ia melangkah maju ke arah Eun Ra layaknya seorang pemburu.
Eun Ra panik dan terus melangkah mundur. Sampai ia berakhir dengan membentur dinding di belakangnya. Sedangkan Jae Hyun mengunci pergerakannya dengan salah satu lengannya yang ia letakkan di dinding samping kepala Eun Ra.
Wajah pemuda itu terletak sangat dekat dengan Eun Ra, dan juga manik tajam itu yang sepertinya tidak bisa terlepas mudah dari wajah lelaki itu. Menyeramkan.
Dengan cepat Eun Ra memutar otaknya. Ia menundukkan kepalanya saat Jae Hyun semakin dekat. Namun secercah pemikiran melintas di benaknya.
Bugh!
"Agkkh!!" Jae Hyun mengerang sangat kuat saat sebuah hentakkan mengenai perutnya. Gadis itu menendangnya.
Tanpa menunggu apapun, Eunr R langsung memanfaatkan waktu untuk keluar dari cengkraman Jae Hyun. Setelah ia berhasil ke luar dan berada di belakang Jaehyun, ia langsung mendorong pria itu ke depan sehingga tubuh dan wajahnya membentur tembok, dengan kedua tangannya yang Eun Ra cekal dari belakang.
"Bukan aku yang melaporkanmu, Tuan Jae, tapi Johnny. Aku hanya melakukan yang semestinya saja, tidak pernah lebih dari itu."
=Dear My Bodyguard=
Johnny menghentikan kegiatannya pada ipad yang ia pegang. Lalu meletakkan benda itu setelah mematikannya. Indera penglihatannya langsung mengedar menatap Eun Ra di depannya yang sedari tadi hanya diam.
"Aku menemukan kamera yang hancur di kotak sampah tadi pagi. Saat aku pergi untuk membuang sampah, kamera itu ada di sana. Itu milikmu?" tanyanya pada Eun Ra.
Ingatan gadis itu kembali memutar kejadian tadi malam. Ia yang menemukan kamera itu, lalu ia pula yang sebenarnya membuang benda itu tanpa diketahui siapapun.
"Bukan, itu bukan milikku," jawab Eun Ra pelan.
"Lalu, milik siapa? Bagaimana bisa benda itu datang tiba-tiba?" gumam Johnny yang sebenarnya terdengar oleh Eun Ra. Namun gadis itu tidak ingin menanggapi sama sekali.
Keduanya lalu terhanyut dalam pikiran masing-masing. Johnny pun mengambil ipad-nya lagi untuk mengecek kembali jadwal Jae Hyun, walau ia masih tetap memikirkan tentang kamera itu.
Sedangkan Eun Ra, sedang menimang-nimang antara ya atau tidak. Ya untuk mengatakan yang sesungguhnya pada Johnny, dan tidak untuk sebaliknya.
"John..." Sudah ia putuskan. Mungkin lebih baik untuk mengatakan yang sebenarnya. Lagipun, ini untuk keselamatan semua orang.
"Hm, ada yang ingin kau sampaikan, Eun Ra-ssi?" sahut Johnny yang merasakan kejanggalan.
"Apa yang ingin kau katakan?" ulangnya lagi.
"Tentang kamera itu..,"
"Iya? Ada apa dengan kameranya? Atau kau teringat sesuatu?" Johnny menatap Eun Ra serius, begitupun sebaliknya. Namun tak lama, Eun Ra membuang pandangnya disertai helaan kasar nafasnya.
Johnny pun beralih. Lantas ia memijit keningnya asal.
"Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk hal ini dan seterusnya," ujar Eun Ra tegas. Johnny yang mendengar itu langsung melemparkan tangannya dari kepalanya.
"Ya, kau harus. Aku mempercayaimu."
Bersamaan dengan ucapan Johnny, Jae Hyun ke luar dari ruangan tempat dirinya awal berada, yakni ruangan di mana ia mendapat peringatan.
Tatapan mata pemuda itu tak jauh berbeda dari awal ia masuk ruangan tersebut, hanya saja sekarang lebih terlihat masam. Apalagi setelah mendengar ucapan Johnny, sekarang ia menjadi lebih suram.
Jae Hyun lalu berjalan menjauh dari tempat. Sedangkan Eun Ra dan Johnny yang tadinya melihat ke arah pemuda itu, sekarang bertukar pandang. Tatapan dua pasang mata itu seolah memiliki arus yang saling terhubung dan mengerti satu sama lain.
Gadis itu lantas mengangguk, begitupun Johnny. "Semua kuserahkan padamu, Nona Eun Ra."
TBC
Maafkan kalo ada typo ya, hehe
Big thanks for readers💕
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Dear My Bodyguard | JJH ver.
Fanfiction[COMPLETED] Kehidupan Jung Jae Hyun-solois yang sedang berada di puncak popularitas, saat dipertemukan dengan bodyguard barunya. Akankah menjadi lebih baik? Atau sebaliknya? By: febwith_j -Since 26/11/2017 -End 23/03/2019 Cr. Cover picture from MOTO...