23. Sticky Note

4.1K 666 76
                                    

Sidang pertama dilaksanakan hari ini. Aku akan hadir karena memang seharusnya begitu. Yoongi menyempatkan diri untuk cuti dan menemaniku ke pengadilan. Gugup sekali.

"Ikuti apa pun yang Baekhyun Hyung katakan. Kau akan mendapat jaksa yang mungkin tidak akan memberikan dukungan penuh padamu, dan mungkin keadaan akan berbalik Jaeguk yang menuntutmu atas pencemaran nama baik."

"Aku takut."

"Aku tahu, tapi kita coba hadapi sama-sama. Ini adalah langkah pertama yang sudah terlanjur kita ambil dan tidak mungkin untuk kita mundur kembali."

Sekali lagi aku memeluk Yoongi sebelum keluar kamar dan mendapati Sojung yang tampak siap untuk pergi. Semalam Sojung bilang akan ikut ke persidangan dan bersikeras ingin satu mobil dengan Yoongi.

Hari ini Yoongi akan satu mobil dengan kedua istrinya sekaligus. Aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Mereka semakin membuatku bingung. Terkadang aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan dan ... itu membuatku takut.

"Jaeguk mengerahkan tim hukum terbaiknya," ucap Sojung di bangku belakang mobil. "Kau takkan menang, Hyunjung."

"Menang atau tidak itu bukan urusanmu."

Bukan aku, melainkan Yoongi yang membalas. Aku meliriknya dan wajahnya masih tampak masam. Sojung benar-benar merusak suasana hatinya yang sebenarnya tidak terlalu baik. Sama denganku, sidang pertama hari ini juga membuat Yoongi gugup.

"Aku hanya memberitahu," ujar Sojung santai. "Jaeguk pasti bersalah dan menganggap tuntutanmu cukup mengancam. Jika tidak, mereka hanya akan mengerahkan tim hukum yang masih junior. Tapi apa pun itu, kau takkan menang. Ayah tidak akan membiarkannya."

Tidak ada tanggapan yang aku ataupun Yoongi berikan. Kami tahu itu dan dengan Sojung mengatakannya, itu malah membuat kami semakin gugup, tapi juga semakin pantang untuk menyerah.

Jam sepuluh kurang sepuluh, kami sampai di pengadilan. Tadinya aku dan Sojung akan diturunkan di depan gedung, tapi karena ada banyak media yang meliput—bentuk cari perhatian yang dilakukan Jaeguk, kami jadi ke sama-sama ke parkiran basement dan bertemulah kami dengan Baekhyun yang juga baru sampai.

"Kau sudah siap?" tanya Baekhyun.

"Ya. Aku siap."

Mata Baekhyun semakin menyipit karena senyumnya. "Baguslah, karena aku cukup gugup hari ini. Ayo masuk!"

Persidangan dimulai tepat jam sepuluh pagi. Aku, Yoongi, Baekhyun, dan Sojung duduk di kursi penonton sidang yang tidak terlalu penuh. Jaksa yang menangani kasus ini ada dua, semuanya laki-laki dan masih tampak muda—mungkin seumuran Yoongi. Di kursi terdakwa, ada seorang laki-laki paruh baya berpakaian formal ditemani seorang pengacara. Moon Jaesuk—terdakwa—dan Jeon Mingyu—pengacara.

Yang kudengar dari Baekhyun, terdakwa itu adalah Kepala Tim Strategi yang menjadi divisi penting di Jaeguk. Segala ide eksekusi berasal dari atasan, dan terdakwa itulah yang mengatur rencana dari eksekusi sampai pembersihan. Otaknya cerdas, jadi pihakku harus berhati-hati menghadapinya.

Bagiku, dengan adanya terdakwa dari pihak mereka, sudah cukup membuktikan jika kematian orang tuaku disebabkan karena pembunuhan yang dimanipulasi menjadi bunuh diri. Tapi ... aku jelas bodoh kalau lengah begitu saja. Keadaan dapat berbalik begitu cepat, itulah keahlian tim hukum Jaeguk.

Ada dua saksi dipanggil di persidangan hari ini. Mereka adalah polisi dan dokter yang terlibat dulu. Mereka mengaku dengan gamblang bahwa Moon Jaesuk menyuruh dan memberi uang suap agar memalsukan kematian orang tuaku menjadi bunuh diri. Kesaksian itu sendiri, tapi mereka punya bukti penguat berupa rekaman suara dan CCTV saat mereka menerima suap.

Craziest Thing [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang