2. Worst Decision

6.1K 752 52
                                    

Dari milyaran orang yang menghuni planet bernama Bumi ini, kenapa harus lelaki ini yang menjadi pemilik dompet kulit tadi? Kenapa harus dia yang jadi korban pencopetan Taehyung? Kenapa pula aku tadi pakai acara menggunakan kartunya segala?

Kupikir aku sedang sangat beruntung berkat jutaan won yang kudapat hari ini, tapi aku salah besar. Keberuntungan itu malah mengantarkanku pada kesialan yang akan membuatku malu tanpa sebab karena harus bertemu dengan lelaki yang kini mengambil duduk di kursi tinggi sebelah kananku.

Min Yoongi.

"Jadi sekarang kau jadi pencuri?" Nada bicaranya masih sama. Datar sekali. Tidak ada emosi. Tapi aku merasa seperti sedang melalui penghakiman sosial yang paling memalukan.

"Dompetmu ada di tempat sampah," kataku. Tujuannya datang pasti demi dompetnya, jadi aku to the point saja. Aku harus pergi sejauh mungkin. Secepat mungkin.

"Aku harus ambil sendiri, begitu? Di sini kau yang mencuri." Ada sedikit emosi dalam wicaranya kali ini, dan itu bukan emosi yang positif.

Dalam sekali gerak, aku turun dari kursi. Tidak lagi peduli dengan rasa malu, kuhampiri tempat sampah dekat kasir, kubuka dan kuambil kembali dompet kulit yang rupanya milik Yoongi.

Aku kembali lagi padanya untuk mengembalikan dompetnya. Yoongi tidak bereaksi. Hanya menatap dompetnya sepersekian detik, lalu fokus netranya dialihkan padaku.

"Ini dompetmu. Di sana sampah kering jadi itu masih bersih. Semua uang sudah kuambil, tapi aku benar-benar mengharapkan kebaikan hatimu untuk merelakan lima ratus ribu won uangmu dan tambahan tagihan tiga puluh ribu won dari kartu kreditmu. Aku permisi."

Aku benar-benar pergi. Mempertahankan harga diri yang masih ada sisa atau tidak dalam diriku. Min Yoongi bukan siapa-siapa. Dia hanya seseorang yang kukenal di masa lalu, tapi kenapa rasanya malu sekali berhadapan lagi dengannya sebagai perempuan berlabel pencuri?

Yoongi tidak memanggil, apa lagi mengejar. Manik kecilnya mengikuti langkahku saja belum tentu. Aku benar-benar berharap Yoongi sedang berbaik hati dan setelah ini aku takkan bertemu dengannya lagi.

***

Kami makan besar malam ini.
Aku dan Taehyung bermain batu, kertas, gunting untuk menentukan menu lezat malam ini. Samgyetang atau Hanwoo.

"Ini ayam terenak yang pernah kumakan seumur hidupku," ujar Hoseok berlebihan.

Aku menang. Samgyetang menang. Hoseok girang. Ya ... meski yang menang Hanwoo pun Hoseok tetap senang. Asal makan enak dia sudah bahagia.

"Jangan bikin malu!"

Aku memperingatkan. Kami ada di kedai yang sedang ramai-ramainya. Pengunjung kedai lain dan mungkin pemilik dan pegawainya akan berpikir kami kampungan hanya karena satu Samgyetang yang memang rasanya lezat bukan main.

"Ada motel di dekat sini yang sewanya tidak terlalu mahal. Tapi kita harus sewa satu kamar jika mau uangnya bertahan untuk seminggu."

Di antara kami bertiga, Hoseok yang paling pintar berhitung. Asal-usulnya tidak jelas. Asli gelandangan tanpa keluarga atau pemuda labil yang kabur dari rumah, aku dan Taehyung tidak tahu. Dulu kami pernah berbagi cerita soal asal masing-masing dan Hoseok menolak cerita.

Craziest Thing [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang