Special Chapter: Just Die

3.1K 609 90
                                    

Yoongi tidak tahu apa maksud Sojung menghubungi dan mengajaknya makan malam hari ini. Alasannya ingin makan malam berdua tanpa Hyunjung dan menggunakan statusnya sebagai istri pertama yang punya hak atas perhatian dari suami sebagai tameng.

Hanya makan malam. Yoongi pikir tidak masalah. Ia memenuhi permintaan Sojung dengan datang ke restoran makanan Italia yang baru pertama kali Yoongi kunjungi di Seonsang-dong.

Yoongi tiba sekitar jam delapan malam dan Sojung sudah di sana, lengkap dengan beberapa menu yang sudah tersaji di meja. Sojung selalu seperti itu. Ia tidak peduli yang lain akan suka atau tidak, yang penting ia memesan sesuai seleranya. Arogansinya mengerikan.

"Kau tampak lelah sekali. Makan yang banyak, aku pesankan spagetti untukmu. Tidak ada campuran seafood sama sekali. Kau suka, 'kan?"

Yoongi tidak menyahut barang sepatah kata pun. Ia duduk, membenarkan posisi serbet di pangkuannya, lalu menyantap spagetti yang tersaji di hadapannya. Ia sama sekali tidak berminat untuk basa-basi dengan Sojung.

"Yoongi, sebenarnya aku penasaran, kenapa kau membawa Hyunjung ke dalam hidupmu?" kata Sojung. Ia sudah menyentuh spagetti miliknya, namun belum ada yang masuk ke dalam mulutnya. "Memang aku yang memintamu mencari perempuan lain agar kita bisa memiliki keturunan, tapi aku benar-benar sempat tidak mengerti kenapa harus Hyunjung."

Yoongi masih setia dalam aksi bungkamnya. Bicara Sojung tidak akan sesingkat itu. Makan malam mereka takkan berlalu tanpa arti sama sekali. Yoongi tahu itu.

"Sampai aku dengar apa yang membuat Ayah marah besar hari ini ... aku akhirnya mengerti. Sedikit."

"Sedikit?" Yoongi akhirnya bersuara.

"Ya, sedikit. Aku tidak begitu peduli dengan masalah perusahaan atau segala bentuk kelicikan yang pernah Ayah lakukan demi bisnisnya. Ternyata kau membantu Hyunjung untuk balas dendam pada keluargaku dan ... aku sedikit tidak mengerti dengan hal itu."

"Memang apa yang kaumengerti?" sahut Yoongi. Spagetti yang masih tersisa ia abaikan begitu saja. "Kau hanya peduli pada dirimu sendiri sehingga banyak hal di sekitarmu yang tak kaupahami sama sekali."

"Singkatnya, aku bodoh." Sojung menyimpulkan sendiri. "Aku menyadarinya, karena itulah aku bertanya padamu. Kemungkinan besar mustahil berhasil, tapi tidak ada salahnya berandai. Kalau Hyunjung berhasil mengusut tuntas kejanggalan kematian orang tuanya dan mungkin saja tersangka utamanya adalah ayahku, dengan segala dampak besar yang pasti akan menyeret kedua orang tuamu, kau tega memenjarakan mereka juga?"

"Jika mereka bersalah, kenapa tidak?"

"Wah ...." Sojung seperti takjub sendiri pada pada jawaban Yoongi barusan. Semakin hari, semakin banyak hal tak terduga dari diri Yoongi yang mulai muncul ke permukaan. Yoongi yang Sojung tahu sebelumnya tidak semengerikan ini. Bukankah Yoongi sangat penurut?

"Kenapa? Kau mungkin akan melakukan hal yang sama asal dirimu selamat. Di sini bukan aku satu-satunya orang yang tega melihat orang tua dipenjara meski untuk alasan yang berbeda."

Sojung mengangguk kaku. "Memang. Tapi ... apa untungnya bagimu? Aku yakin memang tidak ada perasaan apa pun di antara kalian saat sepakat untuk menikah."

"Kau benar. Tapi jika kukatakan alasan yang sesungguhnya ... mungkin akan sedikit menyakitimu. Itu kalau kau benar-benar belum tahu."

"A-apa?"

"Berpisah denganmu. Aku yakin kau tahu betapa tidak sukanya aku terhadap pernikahan kita."

Sojung tahu dan itu sangat menyakitinya tanpa Yoongi ketahui. Tentu ada alasan yang membuat Sojung bersikeras ingin menikah dengan Yoongi dan itu berhubungan erat dengan perasaan.

"Bahkan jika keluargaku hancur, aku takkan membiarkanmu pergi."

Kening Yoongi berkerut samar. Kekeraskepalaan Sojung memang sulit untuk ditaklukkan. Yoongi pikir ... cukup salah satu saja yang hancur untuk membuatnya berpisah dengan Sojung. Jangan keduanya karena ... karena ... Hyunjung tidak akan suka jika Yoongi kembali berbuat jahat terhadap Sojung.

"Aku takkan pernah membiarkanmu pergi, apa pun yang terjadi. Sebagai gantinya, aku akan melepaskan Hyunjung dan anaknya. Aku takkan merebut apa pun darinya. Tapi kau harus tetap di sisiku."

"Kau gila?"

"Aku memang sudah gila." Sojung meninggikan suaranya. "Kau tahu, Yoongi. Bagaimanapun juga, Hyunjung takkan menang dalam persidangan. Jika posisinya mengancam, bukan tidak mungkin dia akan berada dalam bahaya."

"Jangan pernah berani menyentuhnya sedikit pun!"

"Karena itulah tetaplah di sisiku! Aku akan melepaskan Hyunjung dan anaknya. Akan kupastikan mereka hidup layak nantinya. Kau juga bisa memastikan itu nanti, tapi—"

"Sebenarnya apa yang kaupikirkan, Lee Sojung?"

"Kau! Kau yang kupikirkan! Selalu kau! Jangan serakah, Yoongi. Aku saja cukup untuk mendampingimu."

Yoongi mendesah berat. Perempuan dengan arogansi setinggi langit kini terobsesi padanya. Seperti prestasi, namun terlalu mengerikan untuk dibanggakan.

"Kau tahu apa yang kupikirkan hanya untuk berpisah denganmu? Salah satu harus kusingkirkan, kau atau keluargamu. Rasanya seperti aku ingin meruntuhkan benteng raksasa kalau aku memilih keluargamu, jadi aku pernah berpikir untuk menyingkirkanmu. Tapi ternyata kau juga tidak semudah itu untuk disingkirkan."

Mata Sojung terbelalak. "Apa maksudmu?"

"Kecelakaanmu. Aku yang menyebabkan kau kecelakaan. Kenapa hanya koma? Kenapa tidak mati saja sekalian?"

***

Tbh, aku sendiri gak paham seserem apa Yoongi kalo rasa benci dia ke Sojung udah menguasai.

Oh ya, please answer this. Ada yg baca work aku yg lain? Selain CT, mana yg kalian mau aku prioritasin? Satu aja. Biar aku bisa fokus ke CT sama satu work yg satu itu.

Craziest Thing [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang