24. Late Honeymoon

5.2K 642 54
                                    

Aku perlu banyak bersyukur setelah mendapat kabar bahwa Taehyung sudah melewati masa kritisnya. Dua hari yang lalu ia sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa dan semalam sudah siuman.

Sempat agak kesal karena polisi enggan memberi waktu baginya untuk istirahat dan memintanya untuk memberi kesaksian atas penyerangan yang terjadi padanya, tapi Taehyung sangat kooperatif dengan proses penyelidikan, sehingga ia bersedia menjawab cukup banyak pertanyaan yang diajukan oleh penyidik.

"Banyak-banyak istirahat. Jangan banyak bergerak sampai lukamu membaik. Mengerti?"

Taehyung hanya mengangguk karena mungkin ia sendiri jengah atas nasihat yang berulang kali kusampaikan. Aku hanya khawatir. Jangan sampai Taehyung terluka lagi karena aku.

Sebenarnya aku ingin menjaganya lebih lama, tapi mendadak Yoongi memiliki rencana yang tidak boleh kutolak. Sebelum persidangan selanjutnya—yang mungkin akan lebih menyulitkan, Yoongi ingin mengajakku pergi untuk menyegarkan pikiran.

"Ibu hamil tidak boleh stress," katanya tadi pagi, selama perjalanan menuju rumah sakit. Akhir pekan begini Yoongi libur dan entah kapan ia menyiapkan semuanya, katanya kami akan menginap di suatu tempat malam ini.

"Aku pergi dulu, Tae. Lusa aku akan datang lagi."

"Iya, Noona. Nikmati saja waktu kalian. Ada Hoseok Hyung di sini, jadi jangan khawatir."

Sekali lagi kami berpamitan, termasuk pada Hoseok yang menjaga Taehyung sejak semalam, kemudian kami pergi ke mobil yang Yoongi parkir di basement. Kupikir kami perlu pulang dulu untuk mengambil beberapa pakaian, tapi rupanya Yoongi sudah mempersiapkannya.

"Kita akan ke mana?" tanyaku.

"Nanti kau akan tahu." Yoongi enggan memberi bocoran.

Aku tidak bertanya lagi, enggan untuk memaksa. Yoongi menyiapkan kejutan dan aku harus menghargainya. Lagipula, aku juga sangat menyukai kejutan.

Karena perjalanan ini sepertinya akan cukup jauh, aku pun memutuskan untuk memejamkan mata. Istirahat sejenak sebelum bersenang-senang nanti.

***

Aku sempat tak tahu diri karena berpikir mungkin saja Yoongi akan mengajakku ke tempat romantis di mana tidak akan ada yang mengganggu kami nantinya. Meski terlambat, tapi siapa tahu Yoongi ingin mengajakku bulan madu.

Tapi begitu mataku terbuka dan menyadari bahwa kami sedang melintasi jembatan terpanjang Korea Selatan yang ada di Incheon, aku jadi berpikiran lain soal tempat romantis. Tetap tidak ada yang mengganggu kami nanti—mungkin, tapi bisa jadi tidak akan ada suasana romantis layaknya bulan madu.

Yoongi membelokkan mobil ke kanan di persimpangan kedua setelah lepas dari jembatan. Aku tahu arah jalan ini dan tidak mengerti kenapa Yoongi mengajakku ke sana.

"Yoon ...."

"Tidak ada siapa pun di sana. Orang tuaku sudah lama pindah ke Seoul."

Yoongi bicara seolah tahu apa yang ingin kubicarakan, tapi ... pria ini tidak salah sama sekali. Mobil yang kami tumpangi memasuki area perumahan yang sangat familiar dan berhenti di depan rumah dua lantai bercat putih yang tampak tenang. Rumah Yoongi yang bersebelahan dengan bekas rumahku dulu.

Sebisa mungkin aku mengabaikan bekas rumahku yang tampak tidak mengalami perubahan apa pun, bahkan dari warna catnya yang serupa dengan rumah Yoongi. Kebahagiaan dan lukaku berkumpul di sana.

Craziest Thing [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang