Segala hasil pelatihan intelijen selama bertahun-tahun menguap sudah. Kelelahan membuatnya terburu-buru mereguk air minum kemasan. Sedetik kemudian, kerongkongannya tercekat. Kelelahan memacu jantungnya bekerja keras, batuk parah tak bisa dihindarinya. Letjen (Purn.) Eko Susanto tahu ajal sudah menjemputnya, malaikat maut sudah terlihat bayangannya.
Tak boleh kubawa mati, dia tak boleh melakukannya sendirian....
Seorang gadis membantunya memberikan minum. Jelas gadis ini tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sekilas, Eko melihat sekitarnya, beberapa orang memegang perutnya seperti kesakitan.
"Makanannya sudah basi!" kata seorang ibu gendut bersandar di kursinya.
Gila kalau mereka mau membantai semuanya. Informasi ini harus kuwariskan!
Eko Susanto menepis gelas yang disodorkan padanya. Dia menarik gadis pemberi air itu ke depan wajahnya. Gadis itu ketakutan, wajahnya tersembur air liurnya yang tak terkontrol ketika berbicara.
Dengan suara tercekat dia berkata, "Kue.. mak.. karon.. cok.. la... "
"Apa?!!" ujar si gadis.
"Makar... ron... cok..... " batuknya makin menjadi."Maaf, Pak," timpal gadis itu. "Kami nggak punya itu." Itulah kalimat yang didengarnya di dunia.
***
