Mena mulai tak sabar. Dia menggigit-gigit bibirnya, berharap Youri cepat datang.
Dia duduk di tepi trotoar di depan gedung PWI, seberang Hotel Savoy Homan.
Dia menelepon Youri berkali-kali tapi tidak diangkat. Gelap mulai turun, udara makin menusuk kulitnya.
"Lagi di jalan kali," hiburnya menyabarkan diri.
Kemudian, dia mengetik pesan pendek untuk Youri agar menemuinya di depan gedung PWI, Media Center, yang terdapat di seberang hotel Savoy Homan.
Setengah jam yang lalu semua komputer yang terkoneksi internet d Media Center terserang virus. Virusnya membuat komputer hang sampai saat ini dan di monitor hanya terlihat tulisan, "Zionis Hostage comes to stop revolution!". Pesan yang tak dimengerti kebanyakan orang disana. Tapi, Mena tahu siapa Zionis Hostage yang dimaksud.
Setengah tahun lalu ketika Mena baru saja bekerja di NB, Youri dikirim ke Timur Tengah.
Perjalanannya itu
dimaksudkan untuk meliput suasana Timur Tengah pascainvasi Amerika Serikat dan sekutunya di lrak.Mena tak tahu pasti bagaimana perjalanan Youri di sana. Yang pasti, ketika lsrael menggempur basis Hizbullah di Lebanon, muncul berita buruk di kantor.
Berita itu menyatakan bahwa Youri menjadi salah satu sandera Israel. Kontan seluruh isi kantor kalang kabut.
Berita ini tidak menjadi berita besar seperti penyanderaan reporter dan kamerawan Metro TV. Hanya beberapa kalangan yang mengetahui keadaannya; pihak NB, BIN dan beberapa orang di pemerintahan pusat dan daerah.
Tentu saja setelah penyanderaan reporter Metro TV di Irak, berita penyanderaan ini akan makin membuat citra pemerintahan terpuruk.
Namun, usaha untuk membebaskan Youri tetap dilakukan. Usaha diplomasi dari departemen luar negeri mentok karena diketahui Youri kehilangan identitas jurnalisnya, tak ada bukti bahwa dia jurnalis.
Ada yang menyarankan untuk mengirim pasukan rahasia untuk membebaskan Youri secara diam-diam, tapi sebelum terlaksana rencana itu langsung digagalkan.
Alasannya, Indonesia adalah negara dengan mayoritas umat muslim terbesar di dunia, kalau sampai diketahui ada penyusupan agen rahasia ke medan perang Israel-Hizbullah, Indonesia bisa tamat dalam sekejap.
Semua usaha selalu terhalang kepentingan politik Indonesia di dunia internasional. Puluhan solusi berdatangan tapi realisasinya nol.
Seminggu berlalu tanpa kabar pasti. Di akhir minggu telepon rumah Mena berdering.
"Aku ada di Limassol," ujar suara berat Youri di seberang telepon.
"Limassol? Limassol... Limassol... Limassol, Cyprus?" teriak benaknya kala itu, setelah berusaha mengingat pengetahuannya tentang kota-kota dunia.
Tanpa pikir panjang, meskipun itu hari Minggu, Mena segera menghubungi Kementerian Luar Negeri. Ketika tak ada jawaban, dia menghubungi langsung menteri luar negeri di rumahnya.
Tiga hari setelah itu, Youri kembali dengan keadaan payah. Barang bawaannya tak ada yang dibawa pulang, semuanya hilang.
Wajahnya ketika itu menyiratkan ketakutan yang sangat besar. Nyaris sebulan Youri menjalani terapi untuk menghilangkan trauma pascaperangnya. Dan sampai hari ini pun, Mena tak pernah tahu kenapa dia menjadi orang pertama yang di hubungi Youri.
Sesosok tubuh terlihat berjalan agak gontai dari gedung Pikiran Rakyat, sebelah gedung PWI. Mena mengenali dengan mudah sosok Youri walau dalam gelap malam. Dia berdiri dan menyambutnya.
"Ada apa?"
"Ada di dalam, "jawab Mena sambil berjalan masuk ke gedung PWI.
Youri mengekor di belakang.
Rusman Suryapinanta dan beberapa stafnya masih sibuk menanggulangi masalah virus ini. Beberapa teknisi terus mengetik perintah berbahasa pemrograman yang tidak dimengerti Mena.
Ketika sampai di depan salah satu komputer, dia menunjuk ke arah monitornya. Espresi wajah Youri kaget tak tertahan. Matanya terbelalak begitu saja ketika melihat tulisan yang berada dalam halaman tanpa efek, hanya berwarna putih di atas hitam. Youri melirik ke arahnya. Kemudian, dia mengisyaratkan untuk pergi keluar.
"Revolusi apa yang coba kau hentikan?" tanyanya ketika mereka sudah berada di tempat tadi bertemu.
Youri melenguh dan menggeleng.
"Hari ini internet membuatku kayak... idiot!" ucapnya setelah mengusap rambutnya ke belakang. Dera kekesalan begitu kental di wajahnya.
***