Youri keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, tubuh bagian bawahnya ditutupi handuk merah. Setelah mengacak-acak rambutnya di depan kaca, Youri langsung duduk di depan komputer. Kali ini lagu yang mengalun adalah musik klasik Chopin's Revolutionary Elude yang dimainkan oleh Maksim. Searching result: zero. ltu yarg tertulis di komputernya.
"Siapa orang ini?" gumamnya.
Dia menyerah. Sambil mengkuti alunan Maksim, dia berpakaian. Sarapannya adalah roti tawar yang diolesi blueberry jam, ditambah keju parut dan limpahan susu kental di atasnya. Dia sarapan sambil menyalakan motornya.
"Akhirnya kamu pulang juga!" sapa suara manja dari belakangnya. Youri berbalik dan tersenyum kepadanya.
Sinna Yuniar adalah pegawai bank bagian kredit yang terlalu banyak omong. Gosip adalah keahliannya. Pakar gosip tentu saja akan menemui wartawan agar gosipnya makin menyebar. Dan benar saja, kali ini juga dia datang bersama gosip.
"Tahu, nggak? Si Nita yang di sebelahku itu kayaknya hamil," lanjut si tukang gosip.
"Oh ya?" Youri menanggapinya dengan lemah.
"Iya, tadi aja dia muntah-muntah... Kayaknya morning sickness gitu, deh! "
"Mungkin cuma masuk angin. Kemarin juga aku muntah pagi-pagi. Itu temasuk morning sickness?"
"Itu sih beda, kamu kan cowok!" timpal Sinna, "Lagian si Nita tuh kan banyak banget cowoknya."
"Trus?" timpal Youri agar Sinna merasa diperhatikan.
"Ya gitu, deh. Kamu cari tahu deh yang mana cowoknya!"
"Kenapa harus aku?"
"Ihhh... kamu gimana sih? Kamu kan wartawan, di mana sih naluri investigasimu?"
"Dengar ya, Nona cantik," sahut Youri mulai penuh tekanan pada kata-katanya. "Tiga hari lagi ada pertemuan OPEC dan aku harus meliputnya. Banyak yang harus kusiapkan, jadi naluri investigasiku sedang kusalurkan ke sana" Youri mengatakannya dengan wajah berseri, tapi siapa pun tahu kalau kata-kata penuh tekanannya menunjukkan dia sedang kesal.
"Tapi, tentu saja, informasi tadi itu sangat penting, dan aku akan mencatatnya," lanjut Youri.
Catat kepalamu!
Sinna tampaknya mengerti kekesalannya. Dia meninggalkan Youri bersama motornya. Youri masuk lagi ke kamar kosnya, sementara motor terus menderum.
Sekali lagi melirik komputernya, sekedar penasaran, hasilnya masih sama.
Pencarian ini bisa berhari-hari... lagian apa urusanku dengan bom nuklir?
Setelah mematikan dan memasukkan laptop ke dalam tas, dia beranjak keluar lagi. Saat mengunci pintu, Nita lewat. Gadis itu berperawakan kurus, berwajah tirus tapi manis. Nita Sukardi bekerja sebagai suster di rumah sakit besar Al-Islam.
"Katanya sakit, ya?" sapa Youri.
"Iya nih, kemarin kehujanan. Sekarang aja mau beli obat," jawab gadis itu
Cuaca Bandung memang sudah kacau...
"Kalau aku punya waktu, aku mau deh antar kamu ke dokter," lanjut Youri basa-basi.
"Nggak usah repot-repot, entar malam juga sembuh, kok!"
Sebenarnya itu bukan basa-basi biasa. Kalau saja gadis ini tidak tinggal di kompleks rumah kos yang sama, dia mau saja mengencaninya.
Dia tidak melakukannya karena tak mau pekerjaannya terganggu karena punya pacar yang bertempat tinggal terlalu dekat.
Youri berangkat setelah Nita tak terlihat. Sudah dua hari libur, sekarang dia berada pada puncak gairah bekerja.
***
