Kata orang, Youri Kievano memiliki karir yang mulus.
Pertama, sejak kuliah dia sering mengirimkan tulisannya ke berbagai media dan akhirnya dimuat.
Nurani Bangsa memuat artikelnya yang ke-20, teman-temannya melihat hal itu sebagai keberuntungannya.
Mereka tidak tahu saja bahwa dia sudah tidak beruntung sebanyak sembilan belas kali.
Belasan kali penolakan tak membuatnya patah, malah maju menantang.
Setiap tulisannya yang ditolak, dipajang di kamarnya.
Melalui referensi, dia banyak belajar bahwa ketika seseorang meruntuhkan dinding dalam seratus pukulan, dinding itu bukan ambruk hanya karena pukulan ke-100, ada 99 pukulan yang membuatnya makin terlatih.
Kedua, pamannya berhasil memasukkannya ke dunia media yang keras. Youri pernah berusaha menolaknya, tapi pamannya menasihati, "Paman memang mengenalkanmu dengan Pak Widadi, tapi dia tidak mendengar pujian apa pun dari Paman" katanya kala itu. "Sejarah dibuat dengan memanfaatan peluang, bukan menafikannya saat ada di depan mata karena idealismemu untuk mandiri."
Youri memahami benar nasihat itu. Sejak itu dia selalu ingin membuktikan bahwa pamannya hanya menunjukkan suatu gunung, tapi dialah yang mendakinya. Puncak gunung itu makin terlihat olehnya, selalu terlihat, tapi dia tak pernah mencapainya.
Mungkin tidak akan pernah...
Dia tergolek di kursinya, tidur tidur ayam. Musik hip-hop mengentak dari speaker-nya tapi tak membuatnya ikut berdendang.
Semalam tadi, Lisna, gadis pelayan toko yang hitam manis, menamparnya karena menganggapnya telah mempermainkan dirinya.
Dia mengenal gadis itu seminggu yang lalu, ketika harus membongkar kasus keracunan massal di sebuah mal. Keracunan itu menyebabkan satu kematian. Keracunan makanan basi menjadi alasannya. Karena tak bisa mengorek informasi lebih dalam dari polisi, dia mengencani gadis itu, mengajaknya makan malam, dan menanyakan informasi secara tersamar.
Sekarang, informasi keracunan massal ini sudah terbuka lebar. Kematian itu bukan disebabkan keracunan makanan, tapi diracuni.
Polisi menunda investigasinya karena pengamanan pertemuan OPEC jadi prioritas utama.
Dan, dengan alasan yang sama, Youri terpaksa menghentikan investigasinya juga sebatas penyebab kematian itu.
Youri menerapkan metode pencarian informasi yang bervariasi, memanfaatkan bakat romantis yang terpendam adalah salah satunya. Kadang cara itu memang diperlukan untuk beberapa kasus, Lisna adalah salah satunya.
Lisna merasa tidak dipedulikan lagi ketika Youri sama sekali tidak meneleponnya sejak informasi itu terbongkar dua hari lalu.
Padahal, menurut Youri, dia sama sekali tidak mempermainkannya hanya memanfaatkan, tak lebih, itu pun hanya untuk kepentingan investigasi.
"Kamu pikir kenapa polisi ingin agar informasi itu tertahan?" teriak Youri ketika tamparan Lisna sudah mendarat di pipinya.
"Untuk menjaga citra mal!" balas Lisna.
"Bukan, ini semua lebih dari itu."
Lisna menatap sayu, kemarahannya mulai redup.
"Sayang sekali aku harus meliput pertemuan OPEC!" lanjut Youri. "Kalau tidak, aku akan melanjutkan investigasi dan membeberkannya pada masyarakat.
"Mungkin itu rahasia dan harus tetap jadi rahasia?"
"Dan, sekarang kamu mempertanyakan perasaanku? Youri menekankannya "Itu rahasia dan akan tetap jadi rahasia!"
Lisna menamparnya lagi, di pipi yang berbeda. Sejak dua hari yang lalu, setelah tulisan tentang keracunan massal, Youri memang tak masuk kerja. Dia merasa cukup untuk libur dua hari setelah seminggu penuh tekanan.
Dua tamparan yang mendarat di wajahnya semalam tadi membangunkannya dari liburnya.
Alarm ponselnya menjerit. Dia mencoba meraih sumber suara.
Ponselnya tertangkap di sebelah kasur. Dia membalikkan untuk melihat jamnya, walaupun dia sudah tahu sekarang jam berapa karena dia sendiri yang menyetel alarmnya.Jam lima...
Tangannya refleks menutup mulutnya yang menguap. Dia menggeser mouse untuk mematikan screen saver.
E-mail?
Dia menggeser mouse menuju gambar amplop kecil. Klik.
"Apa yang kamu tahu tentang bom nuklir? hanya itu yang tertulis di surat elektroniknya. Dia tidak mengerti. Karena itu dia membalasnya, "Tanyakan aku tentang komunikasi, jurnalistik, atau pers. Nuklir? Kurasa Anda salah orang!"
Youri mengirimnya. Setelah itu dia beranjak untuk mengambil wudu. Saat kembali dari kamar mandi dia melihat amplop kecil lagi di taskbar-nya.
"Cari tahu! Ini bisa membawamu ke puncak....," kata e-mail itu.
Puncak?
Dia tak tahu apa yang harus dibalaskannya. Dia menghamparkan sajadah dan memulai ritual sholat Subuhnya.
***
