4

60 48 24
                                    

   Reza kembali dengan tangan yang lembap. Dia menemukan mejanya sudah ditempati seseorang. Dia tak bia melihat wajahnya karena membelakanginya. Yang pasti, pria itu sedang bekerja dengan laptopnya.

   "Maaf, Mas, ini meja saya," katanya. Pria itu berbalik. Kumis dan janggutnya menyeruak seperti sudah berhari-hari tidak dicukur. Pria itu tersenyum.

   "Maaf, aku sudah menyimpan tas ini sebelum makanan ini ada di atasnya," pria itu menunjuk pada tas hitam yang disimpan di kursi "Nggak apa-apa kan berbagi meja?.  Semuanya penuh".

   Masa, sih?

   Reza duduk di sebelahnya agar bisa menonton televisi yang lagi-lagi masih menyiarkan persiapan pertemuan OPEC.

   Berita terbaru masih tentang unjuk rasa menentang kehadiran Amerika Serikat dalam pertemuan itu. Unjuk rasa itu menghiasi kedatangan Presiden di Gedung Sate.

   Dia memulai makannya dan pria itu melanjutkan mengetiknya.

   Di sela bekerja, pria itu menyantap burgernya. Reza mulai penasaran dengan apa yang dikerjakan pria di sampingnya itu. Dia mencuri curi pandang ke layar laptopnya. Rupanya pria itu sedang menulis beberapa persamaan reaksi kimia. Reza mengenali persamaan reaksi itu sebagai reaksi inti nuklir.

   "Fisi nuklir?" gumamnya.

   Pria itu menoleh, "Ya, kamu tahu ini?"

   "Reaksi berantai dari fisi nuklir?" kata Reza seakan bertanya. "Iya, dong, itu kebalikan dari reaksi fusi yang artinya penyatuan. Kayak di matahari, inti hidrogen berfusi jadi inti helium."

   Pria itu menjadi lebih memerhatikannya.

   "Reaksi fisi, satu inti pecah jadi dua dan seterusnya, materi berubah menjadi energi atau yaaa... semacam itulah," lanjut Reza, khawatir penjelasannya berlebihan atau justru terlalu dangkal.

   "Makanya, sedikit uranium bisa menghancurkan Hirosima-Nagasaki atau kebocoran di Chernobyl bikin hampir seluruh penduduk kota itu mati dan sisanya cacat seumur hidup. Radiasi nuklir asalnya dari reaksi sederhana yang ditulis di situ." Reza menunjuk layar.

   "E = m.c², rumus buat bikin bom atom, ya, kan?"

   "E = mc² memang bisa dipakai buat menghitung energi yang dihasilkan dari bom atom, tapi ini bukan rumus buat bikin bom atom. Lagian penerapan rumus ini nggak segampang itu Iho!"

   Pria yang semula memerhatikan layar laptop, menjadi terfokus kepadanya.  Reza menjelaskan semua yang diketahuinya tentang reaksi inti.

   Pada dasarnya, reaksi kimia hanya ada dua, reaksi asam-basa dan reaksi inti.

   Reaksi asam-basa melibatkan perpindahan elektron yang berorbit di sekeliling inti, sementara reaksi inti terjadi karena ada perubahan komposisi inti atom.

   Reaksi inti terbagi lagi menjadi reaksi fisi yang berarti penguraian inti menjadi inti yang lebih sederhana, dan reaksi fusi berarti penyatuan satu
inti dengan inti lain membentuk suatu unsur baru. 

   Satu unsur bisa memiliki komposisi inti yang berbeda, perbedaan komposisi yang paling banyak dikenal disebut dengan nama isotop. 

   Pria itu mencatat beberapa keterangan penting darinya. Terkadang, pria itu menyantap burgernya dan Reza melanjutkan makannya.

   "Tapi nuklir tuh bukan cuma bom, lho," lanjut Reza, "misalnya kobalt-60 dipakai buat membunuh sel kanker. Trus, stronsium-89 dan samarium-153 dipakai mengurangi nyeri pada tulang."

   "Mekanismenya seperti apa?"

   "Ya itu tadi, mereka kan menghasilkan radiasi. Nah, radiasi sinar X atau gamma tuh sangat kuat jadi bisa membunuh sel kanker. Cari saja istilah PET, CT scan, atau FDG, MRI juga bisa. Semua itu memanfaatkan unsur-unsur radioaktif dalam penggunaannya.

   Pria itu menulis nama-nama yang disebutkannya tadi pada satu buku kecil.

   "Wah, saya mesti masuk, nih," kata Reza menilik jam tangannya. "Sudah dulu, Ya! "
   "Kamu magang di sini, Chelsea?" tanya pria itu.

   Reza menyadari kalau name tag-nya yang ada dibelakang jaketnya terlihat.

   "Panggil saja Reza."

   "Chelsea jadi Reza tuh jauh, lho"

   "Chelsea Rezarivan." ucap Reza. Pria itu jadi tahu dari mana nama Reza-nya berasal.

   "Oh, Youri Kievano," kata pria itu sambil mengulurkan tangannya.

   Reza terenyak seketika saat menjabat tangannya.  Youri Kievano yang dibayangkannya tidak seperti ini. Youri ini terlihat masih muda, memang kumis dan janggut kasarnya membuat ia tampak lebih tua, tapi Reza yakin orang ini belum melewati umur tiga puluh.

   Dalam khayalannya, Youri Kievano adalah orang dengan berjuta pengalaman dan kecerdasan di semua bidang, dan tentunya kriteria orang seperti itu tidaklah semuda ini. Setidaknya menurutnya.

   "Katanya mau masuk?" tegur Youri. "Nanti telat, lho!"

   "0h," Reza bangkit dari lamunannya. "Well, see you! "

   "Yah, see you!"

   Reza masuk ke store dengan degupan jantung yang masih berpacu jauh dari normal.

   Sistem impuls sarafnya terhambat oleh denyut jantung seperti derap kuda sedang dicambuk sang joki.

   Di dalam, dia baru bisa memutuskan untuk mendapatkan nomor teleponnya, atau setidaknya untuk menyampaikan kekagumannya.

   Setelah menandatangani kartu mino dan melepas jaketnya, dia kembali ke lobi.

   Ditempat duduknya tadi bukan Youri yang dilihatnya, tapi orang lain. Dia mencarinya ke wastafel, tapi tak ada orang. pintu toilet pun terbuka. Untuk membunuh rasa penasarannya, dia kembali ke lobi.

   Dia melihat motor melesat dan orang yang menungganginya melambai kepadanya. Reza menyadari bahwa penunggang motor sport itu adalah Youri. Reza melambai balik kepadanya. Saat dia memutuskan untuk mengejar,  motor itu sudah melesat ke jalan raya.

   "Duh...," keluhnya. "Kenapa jadi nggak bisa mikir, ya?"

   "Reza pun masuk dan melanjutkan pekerjaannya.

***

TBCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang