Untuk kedua kalinya hari ini, Youri masuk ke kamar Viko. Kali ini si Jenius itu sedang terpekur di depan komputernya. Dia sengaja tidak menimbulkan kegaduhan. Dia memukul kepala Viko yang tak menyadari kehadirannya.
"Aduh!" serunya. "Sialan!"
"Gimana?" tanya Youri tanpa basa-basi.
"Heh, Goblok! Kalau masuk tuh ketok pintu!" teriak Viko.
"Heee... sori, deh, gimana?"
"Pas banget ya datangnya, ini baru datang! " kata Viko lebih pelan, "Mentok lagi... "
Youri menatapnya penuh penasaran. Selama setahun ini, kata-kata itu tak pernah diucapkan kepadanya. Untuk urusan bidangnya, "mentok lagi" bukanlah kata-kata yang bisa diucapkan Viko begitu saja.
"Double remailer anonymous!" dia melanjutkan sambil terbatuk.
"Dua?" teriak Youri, "Memangnya bisa?"
"Kalau kamu punya cukup uang, sepuluh juga bisa."
Youri menghampiri komputer dan mencari-cari. Hanya tampilan windows biasa, tak ada dialog apa pun yang tertera di sana.
"Tadi aku mengirimkan pelacak untuk satu kali tembusan, jadi nggak sampai ke pemiliknya. Aku sudah mengirimkan pelacak lagi, mudah-mudahan memang benar cuma dua," timpal Viko melihat sikap Youri yang mencari-cari.
Meskipun Youri tak pernah lepas dari komputer dan koneksi internetnya, dia benar-benar awam tentang jaringan maya yang kompleks ini. Yang bisa dilakukannya sebatas yang orang lain lakukan untuk mencari informasi. Itulah sebabnya, dia menganggap Viko adalah asetnya yang berharga. Yang bisa dilakukannya sekarang hanya menunggu dan menunggu.
***