Youri masuk ke ruang Pemred dengan mengusahakan wajah berseri.
Ruangan itu memang terlihat makin bagus setiap harinya, terlebih setelah dua hari dia tidak melihatnya.
Dia sering berangan-angan dialah pemilik ruangan ini. Widadi Atmowiloto menyambutnya dengan wajah masam.
"Halo, Bos!" sapa Youri sembari menarik kursi untuk dirinya.
Widadi menatapnya dengan kening berkerut, "Kamu tahu ini hari apa?"
"Jumat?"
"Terakhir kuingat aku memberimu libur satu hari, bukan dua!"
"Yaaa,sori deh... soalnya pantainya keren banget. Satu hari nggak cukup!"
Mendengar jawaban itu widadi yang sudah setengah baya terlihat makin muram. Wajahnya memancarkan semburat merah padam.
Walaupun begitu orang tua ini sudah sangat terbiasa dengan pembangkangan Youri. Mendebatnya jelas bukan pilihan terbaik.
"Aku akan menulis tentang nuklir," lanjut Youri menutupi tentang bom nuklir.
"Sebentar lagi pertemuan 0PEC, harusnya kamu menulis tentang minyak."
"Aku tahu itu," gelak Youri. "Aku dan Mena yang akan meliputnya, ingat?
"Tapi, apa urusan nuklir dengan semua ini?"
"Di situlah intinya," gaya oratornya muncul lagi. "Saat perhatian masyarakat Indonesia terpusat pada minyak, aku ingin mengingatkan tentang energi lain yang lebih menjanjikan. Masyarakat harus tahu kalau minyak menimbulkan lebih banyak masalah untuk masa depan dunia."
"Dan, kamu pikir nuklir belum membuat masalah?"
"Sudah, dan itulah yang harus diperbaiki. Aku ingin mengubah paradigma masyarakat tentang nuklir. Peristiwa Hiroshima-Nagasaki dan tragedi Chernobyl hanya kesalahan kecil dalam... "
"Kesalahan kecil?" Pertanyaan itu seakan menohok.
"Maksudku, sejak awal harusnya nuklir dikembangkan untuk menyejahterakan manusia, ayo akuilah, itu adalah mahakarya. Tapi sakit hati Amerika justru memanfaatkan nuklir sebagai pembunuh massal di Jepang. Di situlah awal citra buruk nuklir terbentuk. Setahuku, itu menjadi salah satu penyesalan terbesar Einstein karena pernah mengusulkannya kepada Roosevelt." Youri mengeluarkan semua pengetahuan nuklirnya untuk meyakinkan bosnya.
"Terserah, pokoknya sebelum naik cetak naskahnya sudah ada di sini!" teriak Widadi sambil menunjuk mejanya sendiri, "Dan tulisan tentang minyak juga!"
"Youri yang tadinya ingin berteriak penuh kemenangan merengut kembali, "Itu...?"
"Kami di sini bekerja keras selama kau liburan!" teriak si Pemred. "Kalau bukan yang terbaik, kamu sudah menghilang dari sini sejak lama!"
Youri tak mau mendebatnya lagi. Dia keluar ruangan ketika rekan-rekannya sibuk kembali ke tempatnya. Menguping kemarahan Widadi kepada Youri adalah salah satu hiburan paling menyenangkan di kantor ini.
Youri menyadarinya tapi tak bisa menghilangkan kebiasaan itu. Atau, bahkan dalam hati dia senang karena bisa menghibur rekan-rekannya.
***
Hayyy Sobaaatt 😁😁
Akhirnya setelah berhasil menyelesaikan USBN di sekolah Aisyah kini hadir lg untuk meng-up-kan TBC eps lalu, memang membutuhkan waktu yg lumayan lama untuk merangkai kata-kata dan alurnya yang penuh teka-teki 😊😵😳Okee, untuk sobat jangan lupa voment-nya y (vote dan comment) karena setiap voment sangatlah berarti bagi author 😍😍
Ikuti terus kelanjutan ceritanya y🙌🙌🙌