19

629 61 7
                                    

Sawasdee krab readers 🙆
Long time no see
~Happy reading~

🍃🌸🍃
Lima huruf berjuta makna
Perginya gak dijemput
Pulangnya gak diantar
Datangnya tak terduga
Namanya Cinta
🍃🌸🍃

Berada di ruangan yang pengap dingin sekaligus gelap membuat dadaku sesak.
Kurang lebih sudah setengah jam aku menunggu pertolongan dari adik kelas yang berhasil kupanggil tadi.

Suaraku kini sudah serak karena
terlalu lama berteriak.
Sial.Hari ini memang hariku yang sial.

Virus sial sudah menyerangku sejak aku terbangun tadi pagi.
Bangun kesiangan,telat datang, lupa membawa buku pr dan sekarang terkunci di toilet sekolah.Sungguh kesialan yang beruntun.

Kutarik napas dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan.
Bau menyengat dari toilet ini membuatku sulit untuk bernapas.

"Huftt" dengusku.

Aku berjalan mendekati pintu toilet dan kugedor-gedor pintu ini berulang kali.

"Siapapun yang diluar,please tolong gue!" teriakku dengan suara yang kini telah serak.

Tiba-tiba kudengar suara hentakan kaki seseorang dari luar.

Tap tap tap...

"Nafisa!" teriak seseorang memanggil namaku.
Suara maskulin yang familiar kudengar.

Apa mungkin itu Rafa?

Entahlah, tapi aku sudah tak sanggup lagi untuk menjawab panggilan suara itu.
Kepalaku pusing dan mataku perlahan terpejam.

***

Austin berlari dengan napas yang terengah-engah.
Mendengar cewek aneh-Nafisa dalam bahaya membuatnya khawatir bukan main.

Sebelumnya ia hendak memasuki kelas setelah ia selesai pergi ke kantin membeli sebatang rokok.
Tak heran sebatang nikotin bercampur tembakau itu selalu menemaninya ketika dalam keadaan frustasi seperti saat ini.

Namun,setelah ia mendengar Nafisa-cewek aneh yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang itu dalam bahaya,buru-buru ia berlari sekuat tenaga ke toilet cewek yang tak jauh dari kelasnya.

Cewek aneh,tunggu gue.

"Nafisa!"
Austin berteriak memanggil Nafisa.

Namun,sang empunya tak kunjung menyahut.

Austin mengacak rambutnya asal,kekhawatirannya kian memuncak.
Ia buka semua pintu toilet mencari dimana Nafisa berada.

Semua pintu toilet telah ia buka,kecuali toilet dengan peringatan 'toilet rusak'  yang belum dibukanya.

Tanpa pikir panjang, Austin mendobrak pintu toilet itu.

"Nafisa"
Betapa terkejutnya ia menemukan Nafisa dalam keadaan pingsan dengan tubuh yang menyandar di dinding toilet.
Keringatnya bercucuran dan wajahnya benar-benar pucat sekarang.

"Cewek aneh!,bangun!" ucap Austin sambil menepuk pipi Nafisa pelan.

Frustasi melihat keadaan Nafisa membuat Austin buru-buru mengendong tubuh Nafisa.

Dengan nafas yang memburu bergegas ia berlari membawa Nafisa menuju UKS.

Dipertengahan jalan,ia berselisih dengan Rafa.

Melihat Austin,menggendong gadisnya membuat dada Rafa tercekat.
Buru-buru ia mencekal Austin.

"Biar gue yang bawa Nafisa ke UKS!" sergahnya.

"Gak usah biar gue aja!" tolak Austin.

"Biar Nafisa gue yang urus!,gue pacarnya!" ucap Rafa mencekal Austin yang enggan memberikan Nafisa.

"Gue gak mau debat sama lo! sekarang nyawa Nafisa dalam bahaya" ucap Austin.

"Minggir!,gue gak mau Nafisa kenapa-napa!" ucap Austin mencekal tangan Rafa yang ingin mengambil alih Nafisa.

Austin pun berlari ke UKS meninggalkan Rafa.

Rafa mengacak rambutnya frustasi,ia merasa gagal karena Austin telah lebih dulu menolong gadisnya.
Dengan perasaan yang khawatir ia pun mengikuti Austin dari belakang.

***

Sesampainya di UKS Austin pun merebahkan tubuh Nafisa di brankar dan Rafa pun memanggil petugas UKS.

"Thank's, lo udah bawa Nafisa kesini" ucap Rafa berterima kasih.

"Gue liat lo segitu khawatirnya sama Nafisa".

"Gue ingetin,Nafisa itu pacar gue,
dan gue mohon lo jangan deket-deketin dia lagi!" ucap Rafa dengan penuh penekanan.

Peringatan dari Rafa dijawab Austin dengan smirk tak peduli dengan ucapan Rafa tadi.

Austin pun keluar dari UKS.

***
Setelah mendapat pengobatan dari dokter di UKS,beberapa menit setelah Austin berlalu Nafisa pun siuman.

Nafisa membuka matanya perlahan dan melihat Rafa yang kini tertidur sambil memegang tangannya erat.

Nafisa pun mendudukkan tubuhnya,kepalanya sakit,ia tidak mengetahui jelas siapa yang membawanya kesini.
Yang ia tahu,suara seorang cowok yang familiar didengarnya dan juga aroma tembakau-

Ternyata Rafa yang menolongku
Tapi Rafa tidak merokok
Kenapa aku mencium bau tembakau?

Rafa tiba-tiba bangun dan ia mendapatiku yang tengah melihatnya.

"Syukurlah kamu udah siuman Fis. Aku takut kamu kenapa-napa" ucap Rafa tulus.

"Aku gak apa-apa kok,cuma pusing dikit aja" sahutku.

"Makasih ya!,kamu udah nolongin aku" kata Nafisa dengan tersenyum.

"Hm" sahut Rafa.
Ia hanya bisa tersenyum kecut.
Ia sadar ia telah berbohong untuk yang pertama kalinya pada Nafisa.





Bersambung.....

Yang baca comment dong!
Jebal... 🙇
Biar aku tambah semangat lanjutinnya 😊

Thank's guys atas vomment kalian di part sebelumnya.
Add 1% about love ❤ di reading list kalian ya!

See yaa 😘














1% ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang