"Sebelum tidur apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang guru wanita di depan murid-muridnya.
"Mencuci tangan dan kaki lalu berdoa," jawab murid-murid TK itu serempak dengan suara lucu yang menggemaskan. Senyum lebar mengakhiri jawaban kompak mereka.
"Benar." Sang guru tersenyum lebih lebar daripada muridnya. "Sebelum tidur kalian harus berdoa. Kalau sampai tidak berdoa, maka Stealth akan datang dan masuk dalam mimpi kalian."
"Stealth Stealth pergilah. Jangan masuk dalam mimpiku. Aku ingin bermimpi indah bersama teman-temanku. Dan esok aku bangun dengan ceria." Anak-anak mulai bernyanyi bersama diringi dengan tepuk tangan. Melafalkan lirik lagu tentang Stealth entah siapa yang menciptakan lagu aneh itu.
Seorang gadis kecil dengan rambut dikuncir dua nampak bernyanyi dengan tidak bersemangat. Tepukannya pun tidak bertenaga. Matanya sibuk mengintip keluar kelasnya. Sehabis mengintip, buru-buru gadis kecil itu menyembunyikan tubuhnya di balik teman di bangku sebelah depannya. Berharap yang mengintip di balik jendela kelas tidak bisa melihatnya.
PRANG! BRAKK!
"Kyaaa!"
Semua penghuni kelas berteriak terkejut karena tiba-tiba kaca jendela pecah berkeping-keping. Sungguh beruntung jendela kaca itu tidak berteralis. Menyisakan lubang besar dengan sisa-sisa kaca di pinggir kusennya. Beberapa anak yang duduk di dekat jendela terkena pecahan kaca. Suara jeritan dan tangis bercampur menjadi satu. Menarik perhatian warga TK lainnya. Sang guru dengan panik mengomando anak-anak untuk segera keluar dari kelas sementara menyelamatkan anak-anak yang terkena pecahan kaca.
Suara-suara kepanikan bertanya-tanya mengapa tiba-tiba kaca jendela bisa pecah. Tidak ada apapun di sana. Tidak juga karena pohon besar di depan kelas yang ambruk maupun bola tersesat. Apalagi lemparan batu. Kaca jendela itu hanya pecah begitu saja.
Sang guru yang sibuk menyelamatkan satu persatu anak-anak itu tak memperhatikan si gadis berkuncir dua yang tetap duduk di bangkunya. Matanya membelalak ketakutan, tubuhnya gemetaran. Dia ingin berteriak meminta pertolongan, ingin lari sejauh yang dia bisa, tapi tubuhnya tak sanggup bergerak.
"Tertangkap." Suara besar seperti gaung si pengintip dengan mengarahkan cakarnya tepat di depan wajah si gadis kecil. Inilah yang merusak jendela. Cakar besar dan tajam miliknya inilah yang membuat keributan. Tapi, tidak ada yang bisa melihatnya. Hanya si gadis berkuncir dua yang melihatnya.
Wajah si pemilik cakar yang hanya berjarak beberapa centi dari wajah si gadis terlihat seperti monyet dengan dua taring besar yang mencuat keluar. Tubuhnya seperti tertutup batu-batu dengan celah yang mengeluarkan cairan merah menjijikkan. Tiga tanduk di kepalanya menambah seram makhluk itu yang sayangnya hanya bisa dilihat oleh si gadis kecil berkuncir dua.
"A-a-" Belum sempat si gadis kecil mengeluarkan suaranya, cakar tajam besar itu terayun pasti ke tubuh mungil si gadis kecil yang hanya bisa membelalakkan mata tanpa sanggup mengeluarkan jeritan.
***
"Tidaaaaak!!!" Teriak Sia langsung membuka matanya. Napasnya terengah. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Menelan ludah dengan susah payah, matanya beredar memindai apapun yang sekarang berada di hadapannya. Dia menarik napas lega karena masih berada di kamarnya. Diusapnya keringat yang membanjiri kening. Meraih ponsel dan mendapati jam dilayarnya menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia bangun kesiangan.
"Pao." Suara yang sudah sangat dikenali Sia terdengar telinganya. Sia tersenyum lebar melihat buntalan bulu putih itu melayang-layang di atasnya. Pao Pao ada di kamarnya. Seingatnya Pao Pao menghilang sejak kemarin di Dominion. Tiba-tiba sekarang Stealth yang sudah dianggapnya teman ini sudah berada di kamarnya. Sia mengulurkan tangan, meraih Pao Pao dan meletakkan makhluk bulat itu di samping kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasyFollow untuk baca ^^ ♡♡♡♡♡♡ Kunjungan klub biologi dari Black Campus ke ibu kota lama Estonial, Dominion, menjadi sebuah bencana bagi Celosia Leene, salah satu mahasiswi yang datang karena ajakan sahabatnya yang kebetulan salah satu anggota klub. Ta...