"Hei, ini tidak adil dua lawan satu. Jadi, biarkan aku bergabung."
Sia terkejut melihat kedatangan pria murah senyum itu. Ah, bahkan dia masih mengumbar senyum walau semua orang dapat melihat mata dan hidungnya memerah.
"Kau urus boneka itu. Aku akan mengurus nenek peyot yang di sana!" Candles masih tersenyum sembari menunjuk Marsala yang mulai berdiri lagi.
"Candles ..."
"Jangan salah paham. Aku sama sekali tidak ingin berurusan denganmu. Aku melakukannya untuk Armenia."
"Ya." Sia tersenyum enggan lalu merangkak naik pada bongkahan es di mana Holkay berdiri dalam diam karena pengendalinya sedang mengurus dirinya sendiri.
"Jangan menyia-nyiakan nyawa Armenia."
Tanpa menunggu jawaban dari Sia, pria itu berlari menuju ke arah Marsala. Dengan kekuatan spiritualnya, dia memantrai pedangnya. Pedang besar yang biasa dia gunakan untuk menebas para Stealth kini untuk pertama kalinya akan berurusan dengan sesama manusia. Tapi, masihkan wanita seperti itu pantas disebut manusia?
"Aku tidak akan menyia-nyiakannya." Sia berdiri di depan Holkay yang menatapnya kosong. Dia membuat pelindung yang membungkus Holkay dalam kotak es. "Maafkan aku Holkay, aku tidak akan meninggalkanmu seperti ini. Maaf." Sia menatap sendu pada Holkay lalu dengan sigap dia memulai ritual untuk melepaskan pengendalian Marsala.
Mengetahui niat Sia, Marsala tidak tinggal diam. Dia menggerakkan Holkay dengan kekuatan penuh.
"Bunuh wanita di depanmu," bisiknya dengan penuh tekanan.
Holkay mulai menggerakkan pedangnya dan menebas pelindung es yang dibuat Sia.
"Ah!" Sia membelalakkan mata karena hampir tertebas oleh pedang Holkay. Satu jengkal lagi dan kepala Sia akan ikut terputus.
"Sial!" teriak Marsala memegangi tangan kanannya yang hampir tertebas juga. Darah mengucur dari lengannya. Dia melirik tajam pada pelaku yang membuatnya seperti ini.
"Lihat apa nenek tua?" tanya Candles menyeringai. Pedangnya membidik lebih akurat setelah dia memantrainya dengan kekuatan spiritual yang terasa meluap ketika dia ingin melakukan sesuatu untuk Armenia.
Sia memanfaatkan kesempatan yang diberikan Candles untuk memperkuat pelindung untuk mengurung Holkay. Dia menatap miris pada mata kosong Holkay. Dia juga dapat merasakan bagaimana keputusasaan Holkay dalam pengendalian Marsala.
"Holkay ... maafkan aku," ucap Sia sembari menutup mata.
Sia ... maafkan aku. Tolong akhiri semua ini.
Sia dapat mendengar suara Holkay. Air matanya menetes dari sudut matanya. Mulutnya bergetar menahan tangis sembari mengucapkan mantra. Dia menyentuh dinding pelindung dengan kedua telapak tangannya.
"Hiiyaaaa!" teriak Sia bersamaan dengan hancurnya pelindung es itu.
Sia membuka matanya yang kini hanya terlihat hitam. Dia bergerak cepat memutari tubuh Holkay seolah memotong sesuatu yang tidak terlihat. Tubuh Holkay limbung dan dia duduk berlutut sembari menyangga tubuh dengan kedua tangannya. Terdengar deru napasnya seolah baru saja tercekik.
"Sial!" umpat Marsala karena pengendaliannya terputus.
"Menyerahlah, Tetua!" Candles mengayunkan pedang tepat di depan wajah Marsala. Membuat wanita itu hampir saja tertebas kepalanya.
"Kau kira dirimu siapa berani memerintahku. Kau itu hanya suku Heilige yang tidak sebanding untuk melawanku." Marsala mulai terengah juga. "Aku akan mengakhiri semua ini!"
![](https://img.wattpad.com/cover/138045968-288-k392618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasyFollow untuk baca ^^ ♡♡♡♡♡♡ Kunjungan klub biologi dari Black Campus ke ibu kota lama Estonial, Dominion, menjadi sebuah bencana bagi Celosia Leene, salah satu mahasiswi yang datang karena ajakan sahabatnya yang kebetulan salah satu anggota klub. Ta...