Sia terduduk bingung di atas jerami kandang kuda dan dilihat oleh beberapa pasang mata. Di sekitarnya terpasang penghlang yang saat disentuh olehnya membuatnya tersetrum seperti listrik.
"Apa yang kalian lakukan?" protes Sia. Dia berdiri. "Biarkan aku keluar!" teriaknya.
"Kami tidak akan membiarkanmu ke mana-mana! Kami akan menahanmu sampai utusan ke Danau Porte kemari," ujar seorang penyerang yang tinggal menjaga perkampungan.
"Sekarang sudah titik balik matahari. Kenapa gadis ini di sini," bisik wanita gemuk yang menemukan Sia tadi.
"Ibu ... aku takut." Si bocah laki-laki bersembunyi di belakang ibunya sembari mengintip Sia yang berada di dalam penghalang.
Sia memandang wajah-wajah ketakutan yang menatapnya. Lalu menoleh dan melihat langit senja. Dia merasa ada yang aneh. Seperti ada sesuatu yang terlupa. Tapi, dia tidak bisa mengingatnya.
"Jika gadis ini di sini, lalu siapa yang berada di Danau Porte."
"Iya ya. Bagaimana dengan ritualnya? Apakah kita akan kembali ke masa-masa kegelapan lagi? Itu benar-benar mengerikan."
Sia menoleh ke arah orang yang berbicara barusan. Jika mereka telah berangkat ke Danau Porte dan meninggalkannya. Tunggu sebentar ...
Ayo kita lari, Sia. Aku tidak akan membiarkan mereka membunuhmu.
"Armenia ..." gumam Sia mulai teringat apa yang sudah terjadi.
Dia ingat. Saat dia muntah-muntah dan dimarahi Ramyan, tiba-tiba Armenia datang dan menghantam kepala wanita itu. Gadis itu langsung menggelandangnya pergi ke kandang kuda ini. Tubuhnya yang lemas karena muntah-muntah dibaringkan Armenia di atas jerami dan ditutupi dengan jemari. Dia masih dapat bernapas dan melihat Armenia.
Maaf, aku terpaksa memberi obat di dalam makanmu hingga kamu muntah-muntah. Tapi aku tidak punya cara lain untuk menolongmu selain membuatmu keluar dari ruangan itu. Tunggulah di sini, aku akan segera kembali.
Setelah itu Sia ingat, Armenia mengambil jubah hitam dan juga topengnya. Lalu gadis itu pergi meninggalkannya tersembunyi di antara jerami.
"Armenia, tidak!" Sia bernapas patah-patah. Dia mengarahkan tangannya ke arah penghalang.
"Awas! Perkuat penghlangnya!" teriak seorang pernyerang para dua penyerang lain.
"Aaah!!" teriak Sia yang kembali tersengat listrik dari penghalang. Namun, dia tidak menyerah dan menyentuh penghlang lagi dan dia tersengat kembali.
"Menyerahlah!" bentak penyerang itu.
"Lepaskan aku! Aku harus menyelamatkan Armenia!" Sia balas membentak.
"Apa yang diucapkan gadis ini?"
"Armenia si gadis murung itu?"
Sia melihat telapak tangannya yang memerah karena tersengat penghalang. Dia meremas tangannya sendiri.
Ayo kita keluar.
Sia terkejut mendengar suara Asion. Tangannya bergerak sendiri ke arah penghalang. Dia mencoba menarik tangannya, tapi itu seolah bukan tangannya.
"Hyaaaaa!!!" teriak orang-orang di luar penghalang ketika angin besar menghempas mereka bersamaan dengan rusaknya penghalang. Di depan mereka berdiri gadis bergaun putih tanpa lengan dengan rambut berkibar-kibar.
Para penyerang dan orang-orang itu menatap ketakutan melihat Sia melangkah ke arah mereka dengan pandangan kosong.
"I-Ibu aku takut ..." bocah laki-laki itu mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasíaFollow untuk baca ^^ ♡♡♡♡♡♡ Kunjungan klub biologi dari Black Campus ke ibu kota lama Estonial, Dominion, menjadi sebuah bencana bagi Celosia Leene, salah satu mahasiswi yang datang karena ajakan sahabatnya yang kebetulan salah satu anggota klub. Ta...