Bulir 22 : Falsehood

71 16 9
                                    

"Makan yang banyak. Kalian harus ikut berdoa untuk kesuksesan ritual besar pengusiran kegelapan. Dengan begitu kalian tidak akan dimakan oleh para Stealth," ujar seorang wanita gemuk sembari memberikan jerami kepada kuda-kuda yang tidak digunakan ke Danau Porte.

"Ibu, aku ingin memberi makan juga." Anak lelakinya yang masih kecil menarik-narik rok ibunya.

"Emmm." Ibunya menoleh. "Baiklah, ambil jeraminya sana."

"Hore!" Anak lelaki itu melompat kegirangan. Dia berlari kecil menuju tumpukan jerami.

"Ambil yang sudah tidak terikat tali," ujar ibunya.

"Baik!" sahut bocah itu.

Anak laki-laki itu sedikit membungkuk untuk mengambil sekelompok jerami yang nampak berantakan. Dia bahkan bersenandung kecil. Saat dia mengambil segenggam jerami untuk kesekian kalinya, matanya memicing menatap sesuatu di bawah tumpukan jerami di hadapannya.

"Hyaa!!!" teriak si bocah.

"Ada apa?" Ibunya langsung menghampiri anaknya yang terjengkang duduk.

"I-ibu ..." Si bocah menunjuk ke arah tumpukan jerami dengan tubuh gemetaran.

"Itu ..." Wanita itu membelalakkan mata dan langsung membungkam mulutnya sendiri. Dia langsung meraih tangan anaknya dan membawanya keluar dari kandang kuda tersebut. Anak laki-laki itu digendongnya dan dia berlari menjauhi kandang kuda untuk mencari seseorang.

***

"Berhenti, Sia!" teriak Holkay yang tengah memacu kudanya mengejar gadis bertudung hitam. Di belakangnya mengikuti para penyerang lain bersama kuda mereka.

Gadis itu masih memacu kudanya menembus hutan dan nampak jika mereka semakin menjauhi arah menuju Danau Porte.

"Candles, aku akan memanahnya!" usul seorang penyerang.

"Jangan gegabah! Aku akan mencegatnya sementara kalian tetap kejar dia!" ujar Candles yang langsung berbelok.

Candles mengeram. Dia sama sekali tidak menyangka gadis itu sampai berbuat seperti ini. Dia berpikir, mungkin Sia sudah mengetahui semuanya. Tapi, bagaimana bisa?

Matahari sudah semakin condong ke barat. Seharusnya dia sudah dalam perjalanan menuju Danau Porte. Candles menyepak kudanya dan berpacu semakin cepat sembari mengalirkan kekuatan spiritual pada kudanya. Dia harus cepat.

Aksi kejar-kejaran masih terus berlanjut. Mereka sudah semakin dekat dengan gadis itu, namun yang dikejar tidak ada tanda-tanda akan menyerah.

"Menyerahlah, Nona! Atau kami akan melukaimu dengan terpaksa!" ancam seorang penyerang.

Tidak ada tanda-tanda penyerahan dari gadis itu. Seorang penyerang dibarisan terdepan mulai kesal dan bersiap akan menyerang dengan kekuatan spiritualnya, tapi suara kikikan kuda bersamaan dengan lompatan dari samping mengagetkan buruan mereka hingga kuda hitam yang dinaikinya mengerem dengan mendadak hingga menjatuhkan si gadis.

Candles muncul tepat waktu. Dia segera melompat turun dari kudanya untuk menangkap gadis itu yang hendak berlari setelah terjatuh dari kudanya.

"Berhenti, Nona!" Candles menangkap tangan gadis itu.

Gadis itu meronta.

"Cepat pasang penghalang untuk mengurungnya!" perintah Candles pada para penyerang.

"Baik.

Para penyerang mengelilingi gadis itu dan mulai membuat penghalang berbentuk kotak mengurung Candles juga.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang