Bulir 7 : The Hidden Girl

175 25 1
                                    


"Dua puluh tahun itu waktu yang cukup lama untuk bersembunyi. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa kalian melakukannya. Kalian bersembunyi dengan sangat baik. Dan oh, ya, ayahku menitipkan salam padamu, Tuan Daizen," ujar Holkay.

Bayangan dua puluh tahun yang telah lewat mengalir jernih seperti kilas balik bagi Daizen. Wajah itu memang sudah berubah, lebih besar. Tapi, Daizen tidak akan lupa akan sorot mata tajam itu.

***

Dua puluh tahun yang lalu.

Di dalam sebuah rumah nampaklah sepasang suami istri yang tengah bersenda gurau. Sesekali disela-sela pembicaraan mereka, sang suami yang tak lain adalah Daizen, mengelus-elus perut besar Meola yang tengah mengandung. Dua bulan lagi diperkirakan istrinya itu akan melahirkan. Kebahagiaan yang sudah mereka nanti selama sepuluh tahun lamanya akhirnya akan lengkap juga. Mereka akan menjadi orang tua.

Di luar hujan tengah turun dengan derasnya dan langit menggelap. Tiba-tiba pintu rumah Daizen diketuk. Tanpa berpikiran buruk, dia membuka pintu rumahnya. Di depan pintu berdiri seorang pria dewasa dan seorang anak kecil. Mereka berdua memakai pakaian sedikit tidak biasa. Bahkan ada pedang di pinggang pria dewasa itu.

Mau tidak mau Daizen mempersilakan mereka berdua masuk ke rumahnya. Meski pedang itu membuatnya was-was, namun melihat anak kecil yang pakaiannya terlihat basah itu membuatnya iba, meski anak kecil itu nampak tidak merisaukan keadaannya sendiri. Bahkan Daizen baru menyadari bahwa sorot mata anak kecil itu begitu tajam.

"Siapa kalian?" tanya Daizen pada dua orang tamunya.

"Kami datang untuk bayimu," jawab pria itu.

Meola yang tengah menghidangkan teh langsung terkejut. Buru-buru diletakkannya cangkir teh itu dan melangkah mundur. Berdiri di dekat suaminya yang duduk berhadapan dengan dua tamunya. Memeluk perutnya dengan posesif.

"Apa maksud kalian?" Daizen menyalak.

"Kau bisa bertanya pada istrimu," jawab pria itu.

Daizen menatap istrinya yang terlihat mengeyitkan kening.

"Bagaimanapun kau tidak bisa menghapus fakta bahwa darah suku Heilige mengalir padamu dan juga bayimu."

Meola langsung menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar mendengar ucapan pria asing itu tentang suku Heilige.

"Sayang, ada apa?" tanya Daizen langsung berdiri, memegang tubuh istrinya yang melemas.

Meola mendadak tidak sadarkan diri. Daizen yang panik langsung menggendong tubuh istrinya ke kamar mereka. Barulah Daizen tahu bahwa istrinya berasal dari suku Heilige. Keluarga istrinya meninggalkan suku mereka dan memilih hidup berbaur di kota yang bebas.

Dan tiba-tiba saja orang dari suku asal istrinya itu datang menemui mereka yang entah bagaimana bisa menemukan keberadaan mereka dan berniat mengambil bayi berharga mereka dengan alasan untuk menyelamatkan Estonial dari kegelapan.

Tentu saja mereka menolaknya meski sudah dipaparkan tentang kisah gelap Estonial. Tidak ada orang tua yang akan rela anaknya yang bahkan belum terlahir, diminta oleh orang asing begitu saja. Karena itu mereka memutuskan untuk pergi sejauh yang mereka bisa.

***

Daizen menatap tidak percaya melihat anak kecil dua puluh tahun lalu sekarang berada di rumahnya menemukan putrinya yang dia sembunyikan selama ini.

Saat ketegangan menyelimuti pertemuan mereka, Sia kembali melihat Pao Pao yang bertingkah aneh kembali. Dan tiba-tiba ...

"Menyingkir dari dekat jendela!" teriak Holkay

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang