Hai hai Darkness muncul lagi ...
Sia membuka sebelah matanya, mengintip apakah pria yang dia paksa untuk menemaninya di dalam kamar masih berada di tempatnya atau malah meninggalkannya diam-diam. Senyumnya mengembang melihat pria itu duduk di bawah ranjang, masih dengan posisi yang sama, membelakanginya. Rasa hangat langsung memenuhi relung hatinya. Memang terlalu dini untuk menyebut apa yang dirasakannya ini adalah cinta, tapi dia sudah mengakui bahwa dia menyukai pria itu. Meski pada awalnya pria itu telah masuk daftar pria yang harus dihindarinya. Bagaimanapun, siapa yang bisa melarang hatinya untuk memilih tempat berlabuh. Semua terjadi begitu saja. Sia sendiri tidak dapat memastikan kapan awal mulanya perasaan itu menghampirinya.
"Cepat tidur atau aku akan meninggalkanmu," suara Holkay mengejutkan Sia.
"Aku tidak bisa tidur," ujar Sia yang sudah tertangkap basah.
Holkay menoleh dan mendapati Sia tengah menatapnya dengan setengah wajah tertutup selimutnya. Gadis itu terlihat lucu. Holkay langsung kembali membelakangi Sia. Dia sangat terkejut. Bisa-bisanya dia berpikir Sia terlihat lucu. Gadis yang dianggapnya sedikit gila dan menyusahkan. Dia tidak percaya pada dirinya sendiri.
"Holkay, kamu tidak marah?" tanya Sia.
"Untuk apa?" tanya balik Holkay.
"Meski sudah terlambat, seharusnya aku memanggilmu kakak. Bukankah kau lebih tua daripada aku?" Sia menurunkan selimutnya. Dia mengulurkan tangan ke arah ujung rambut Holkay, begitu dekat tapi tak sampai menyentuhnya.
"Hah? Bukankah itu sudah sangat terlambat. Apa kau sedang merencanakan sesuatu lagi?"
"Bisakah kau berhenti berpikir buruk tentangku?" Sia menarik tangannya. Dia berbaring miring membelakangi Holkay. "Selamat malam. Kalau aku membuka mata kau tidak ada di sini, aku benar-benar akan melarikan diri lagi!" ancam Sia.
"Diam dan tidurlah!" balas Holkay.
Sia mengerucutkan bibirnya. Selalu saja seperti ini, padahal dia berniat bicara baik-baik. Tekadnya membuat Hokay bertekuk lutut padanya sepertinya tak semudah membalikkan telapak tangan. Dia harus menyerangnya terus, seperti yang dikatakan Armenia.
Armenia.
Sia kembali teringat pada gadis itu. Dia benar-benar tidak bisa menemui Armenia sejak kembali pagi tadi. Dia sendiri tidak diperbolehkan keluar dari rumah ini. Dia menghela napasnya. Pao Pao bahkan entah berada di mana setelah kemunculannya dengan wujud besar seperti bola raksasa dengan mata merah menyala. Sekarang dia merasa telah kehilangan dua kawan yang disukainya.
Asion ... siapa sebenarnya dia? Dia tidak seperti wanita cantik yang kutemui di sungai. Pria itu terlihat tidak berdaya.
Sia menarik selimutnya hingga menutupi kepala. Hatinya tak tenang. Bukan hanya karena Holkay sedang bersamanya di dalam satu ruangan, tapi juga karena penglihatan-penglihatan akan makhluk-makhluk rupawan itu. Dia ingin bercerita pada Armenia.
***
"Bagaimana?" Marsala muncul dari balik tirai yang membatasi ruangan yang biasa digunakan untuk melakukan ritual penyucian suku Heilige.
"Saya sudah melakukan penyucian pada gadis ini, tapi entah kenapa dia tetap seperti ini," ujar Guran, guru pengobatan Armenia.
Marsala melihat ke arah Armenia yang duduk bersimpuh dengan badan basah kuyup. Gadis itu hanya diam sembari menundukkan kepalanya. Dia merasa baik-baik saja, tapi gurunya bersikeras melakukan ritual penyucian padanya. Mengatakan bahwa dirinya telah tercemar kegelapan hanya karena dia berdekatan dengan Sia. Armenia mengelak dan tetap ngotot kalau dirinya baik-baik saja, tapi tetap saja dia tak dapat membantah ketika kepala suku dan Marsala turut mengatakan untuk menyucikan dirinya. Apakah salah sedikit menunjukkan emosinya? Haruskah dia tetap seperti sebelumnya, menjadi Armenia yang sering diam, tak berekspresi sampai terlihat tidak memiliki semangat. Menjadi gadis suram yang tak mengenal kesenangan. Andai orang tuanya masih hidup, tentu saja dia tidak akan seperti ini. Setidaknya ada yang akan membelanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
FantasíaFollow untuk baca ^^ ♡♡♡♡♡♡ Kunjungan klub biologi dari Black Campus ke ibu kota lama Estonial, Dominion, menjadi sebuah bencana bagi Celosia Leene, salah satu mahasiswi yang datang karena ajakan sahabatnya yang kebetulan salah satu anggota klub. Ta...