Ketika Seokjin hendak keluar apartemen untuk membeli kebutuhan dapur, Namjoon datang dari arah berlawanan masih dengan seragam pilotnya lengkap. Wajahnya terlihat sangat lelah dan kusam, entah apa yang membuat lelaki itu tampak tidak seperti biasanya. Namun yang pasti, setiap langkah lelaki itu semakin mendekat padanya, jantung Seokjin semakin berdebar kencang dan menahan senyum gembiranya karena sang kekasih pulang ke tanah air.Namjoon langsung ambruk kepelukan Seokjin dan menahan wanita itu untuk pergi. Ia membuka pintu apartemen untuk masuk dan langsung menutupnya kembali. Ciuman itu tak terelakan, ciuman rindu sepasang kekasih yang lama tak bertemu.
"Namjoon, kau oke?" Tanya Seokjin khawatir.
Namjoon hanya tersenyum. "Aku butuh kita berbicara serius." Ucapnya lemah.
Seokjin mengangguk, ia mengurungkan niatnya untuk berbelanja dan bergegas membuatkan Namjoon cokelat hangat untuk menjamunya. "Namjoon, kau mau mandi dulu?"
Namjoon menoleh, ia hendak membuka jas kerjanya. "Kau sudah mandi? Mau berendam air hangat bersamaku?" Tawarnya santai.
Seokjin merona, sudah lama dia tidak mandi bersama Namjoon karena beberapa minggu kebelakang kekasihnya itu lebih banyak menghabiskan waktu di Dubai untuk mencari tahu lebih jelas masalah masa lalunya. "A- Aku sudah mandi, tetapi.. eum, tetapi jika kau ingin berendam bersamaku.. hmm aku tak keberatan."
Namjoon yang dengan percaya dirinya bertelanjang dada berjalan mendekati kekasihnya tersebut dan mengulurkan tangannya untuk membawa Seokjin ikut masuk ke dalam kamar mandi.
"Kau sudah mendapatkan apa yang kau cari?" Tanya Seokjin. Dirinya bersandar pada dada bidang Namjoon sambil memainkan air di bathup. Namjoon menggeleng, lelaki itu malah menggenggam dan memainkan jemari lentik Seokjin yang bercat kuku berwarna merah muda kalem. "Jadi selama ini kau tinggal dengan Yoongi tanpa membuahkan hasil apa-apa?"
"Ada banyak yang masih aku selidiki. Entahlah, aku juga bingung dengan semua ini. Hanya Yoongi hyung yang tau jawabannya. Aku merasa semua kejanggalan ini semakin janggal." Namjoon mengusap wajahnya. "Kau, pernah mendengar nama Park Jimin di kehidupan Yoongi hyung?"
Seokjin mendongak dan menautkan alisnya menyelidik. "Jiminie maksudmu?"
Giliran Namjoon yang bingung. "Jiminie siapa?"
"Tunangan Yoongi. Adik tiriku, ibu kandung keponakanku." Terang Seokjin tenang.
Namjoon menaikan alisnya tidak percaya. "Yoongi hyung punya tunangan? Kau punya adik wanita? Dan kau sudah memiliki keponakan? Maaf aku belum memahami keluargamu."
"It's okay. Tak perlu merasa bersalah." Ia mengusap pipi lelaki di hadapannya. "Jadi, apakah Park Jimin yang kau tanyakan padaku itu adalah Park Jimin adik kecilku?"
Namjoon hanya mengendikkan bahunya tak yakin. Memang, ia tidak yakin Park Jimin yang selalu hadir dalam mimpi Yoongi adalah Park Jimin yang sama dimaksud dengan Seokjin. Tapi kemungkinan itu sangat besar. "Bisa kau pertemukan aku dengan Jiminiemu itu? Dia ada di Korea kan?"
"Bahkan dia bekerja di maskapai tempat kalian bekerja. Dia yang mengurus berkas-berkas izin, berkas-berkas riwayat serta catatan hukum mengudara kalian."
Namjoon menegakan badannya dan menatap Seokjin lebih serius. "Apa? Apakah pekerjaan Jimin sevital itu? Aku tidak pernah mendengar ada nama Park Jimin bagian itu."
Seokjin memajukan bibir bawahnya, ia sama bingungnya dengan Namjoon. Hanya sejauh itu ia mengetahui pekerjaan Jimin. Lagipula Seokjin bekerja untuk Emirates bukan Korean Air. "Akan ku manage waktu kalian berdua untuk bertemu. Nanti akan ku sampaikan pada Jimin jika kau mau bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for you.
Fanfiction"Tenang saja, aku akan menunggumu selalu disini." -Park Jimin-. "Aku terlalu lama menunggumu. aku lelah. tapi rasa cintaku terlalu besar mengalahkan rasa lelahku." -Jeon Jungkook-. "Aku tidak bisa menunggu terlalu lama lagi, usiaku sudah tidak muda...