7

1.3K 192 123
                                    



Seokjin sedang membantu Taehyung membersihkan luka di pelipis dan mengempeskan lebam pada bibirnya yang sobek. Ia tak bisa berkata apa-apa, niatnya yang di utarakan pada Yoongi malah membuat sisi "kelam" lelaki pucat itu bangkit. Yoongi menghajarnya habis-habisan hingga Taehyung tumbang. Sedangkan Taehyung hanya diam menerima perlakuan Yoongi yang begitu kasar terhadapnya.

"Kau pantas mendapatkannya, brengsek." Ucap Yoongi masih dengan aura kelam sambil menenggak wine seharga $1000 nya.

"Yoongi, sudah." Seokjin melerai. "Taehyung sudah mendapatkan apa yang pantas ia dapatkan. Ku mohon berhenti."

Yoongi hanya mendecih, meneguk lagi winenya langsung dari botolnya. "Sebaiknya kalian berdua pulang, aku mau mencari Jimin."

"Aku ikut." Ucap Taheyung reflek. Seokjin malah sengaja menekan luka di sudut bibirnya untuk membuat Taehyung jera dan mengerang kesakitan. "Lihat apa yang telah kau perbuat, Tae. Waktumu sungguh tidak tepat."

"Bagus pembimbingmu adalah Namjoon, jika aku pembimbingmu jelas saja aku akan mengagalkan semua tes mu dan tidak akan pernah menganggapmu seorang kapten."

Seokjin menoleh, kalau tidak salah dengar Yoongi menyebut nama Namjoon. Tapi sebisa mungkin Seokjin untuk bersikap tenang, toh belum tentu Namjoon yang di maksud.. tunggu, Seokjin baru sadar jika Yoongi dan Taehyung adalah pilot Korean Air, berarti kemungkinan besar Namjoon yang dimaksud adalah..

"Seokjin, kau oke?" tanya Yoongi. Ia bersiap mengambil kunci mobilnya ketika melihat wanita satu-satunya di apartemennya itu diam termenung. Seokjin mengangguk dan berusaha tersenyum pada temannya itu.

"Kau tega, hyung. Itu namanya menyalahkan wewenang." Taehyung mencoba membela diri. "Mana bisa melakukan itu hanya karena masalah pribadi. Lagipula aku kan berniat baik untuk menikahi Jimin, kau kira selama ini aku tidak tersiksa dengan penundaan yang ayah lakukan untuk menikahi Jungkook hanya karena masalah siapa ibu dari anak kandungku."

"Akan lebih baik jika kau segera menikahi Jungkookmu itu, bukannya malah melamar Jimin di depan mataku."

"Kau.. menyukai Jimin, hyung?" tanya Taehyung hati-hati. Sobekan di sudut bibirnya masih perih.

Yoongi melirik Taehyung sengit. Muka babak belurnya entah mengapa membuatnya puas setengah mati. Namun rona merah di wajahnya tidak bisa di sembunyikan lagi.

Yoongi malu.

Iya, Yoongi menyukai Jimin. Ia menyukai wanita mungil yang tinggal di sebelah apartemnnya. Ia menyukai wanita yang menggemari jahe hangat buatannya. Ia menyukai wanita beranak satu yang terlihat lemah itu.

"Tidak." Jawabnya singkat. "Aku keluar dulu, ku titip apartemen padamu, Jinseok."


***


Yoongi menemukan Jimin di sebuah taman kecil sepi di dekat sebuah kantor besar setelah hampir seharian mencarinya keliling kota. Pandangannya kosong, kakinya di goyang-goyangkan seperti menunggu ibunya datang menjemput.

"Jimin." Panggilnya. Jimin langsung menoleh menemukan Yoongi tengah berjalan ke arahnya. Tiba-tiba Jimin merasakan debaran aneh ketika melihat Yoongi jalan dengan setelan kemejanya yang terlihat sangat tampan. "Di situ kau rupanya. Aku sudah mencarimu kemana-mana tapi ternyata kau disini."

"Untuk apa mencariku?"

"Mengajakmu bercinta." Jawabnya asal.

Jimin membelalakan matanya tak percaya. Ia tertawa miris sambil memukul pundak Yoongi bermaksud bercanda. "Ish. Kau selalu saja usil." Lelaki itu duduk disebelahnya dan mengeluarkan sebuah botol minum kecil berwarna biru muda. "Minumlah."

Waiting for you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang