Perasaan Jungkook tidak lagi nyaman ketika melihat Ahreum dan Jimin semakin dekat. Ibu dan anak itu membuat Jungkook iri. Jungkook memberanikan diri bertemu Jimin secara empat mata untuk membicarakan bagaimana Ahreum kedepannya.
"Jimin!" Jungkook melihat Jimin yang baru saja masuk restoran itu dengan wajah kebingungan.
Tidak ada Ahreum ataupun Taehyung. Hanya Jungkook sendirian yang Jimin lihat. Wanita mungil itu melambaikan tanganya juga untuk membalas mengiyakan. "Halo Jungkook, maaf menunggu lama. Tadi Yoongi menyuruhku untuk mampir sebentar ke maskapai. Kau sudah pesan makan?" suara Jimin sedikit terengah.
Jungkook menggeleng, ia tersenyum dan melambaikan tangan pada salah satu pegawai untuk memesan makanan. "Kita tidak minum wine kan?" ucapnya sambil mengerling pada Jimin.
Jimin tersenyum sambil mengangguk anggukan kepalanya dan sesaat kemudian ia tertawa. "Yang kita tinggal di maskapai nanti menangis dan memarahi kita."
Jungkook ikutan tersenyum. Dirinya sampai bertanya beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk menemui Jimin. Apa yang membuat dirinya begitu cemburu melihat kedekatan Ahreum dengan ibu kandungnya? Mengapa Jungkook sampai punya pemikiran seperti itu? Padahal Jimin ini tidak menunjukan aura-aura mengancam untuknya.
Jungkook merasa bersalah pada Jimin karena secara tidak sadar ia menghakimi Jimin karena kecemburuannya terhadap sang putri.
"Jadi, ada apa calon Nyonya Kim ingin bertemu diriku?" Jimin mencoba untuk mencairkan suasana.
Jungkook tersenyum simpul, namun mata beningnya memancarkan kekosongan. "Aku.. aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku..."
"Apa ini tentang Ahreum?" potong Jimin cepat. Gelagat Jungkook yang kurang nyaman itu membuat Jimin berspekulasi dengan cepat jika masalah ini pasti ada hubungannya dengan buah hatinya dengan Taehyung. Jungkook pun mengangguk kecil.
"Aku minta maaf sebelumnya, Jimin. Kalau kau kurang nyaman aku membahas anak kalian. Aku.. aku hanya ingin mengetahui bagaimana tindakan kalian selanjutnya ketika kita menikah dengan pasangan kita masing-masing." Wanita bongsor di hadapan Jimin itu mengigit bibir bawahnya ragu.
Jimin menghentikan jemarinya yang hendak menyuap makanan. Ia menggenggam jemari Jungkook sambil tersenyum untuk membuat wanita yang lebih muda darinya itu tenang. "Jungkook." Panggilnya halus. "Seharusnya aku yang berterima kasih tiada henti padamu. Aku berhutang banyak padamu." Ucapnya ambigu.
Jungkook menautkan alisnya tidak mengerti. Bagian mananya yang Jimin berhutang? Dalam hal apa? "Aku tidak mengerti." Balas Jungkook sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau yang mengurus dan membesarkan Ahreum layaknya anak kandungmu sendiri. Kau mencintai Ahreum dengan segenap hatimu yang tulus. Kau rela, bahkan kau ikhlas sebagian waktumu terbuang karena harus menjaga Ahreum," Jimin menjeda. "bahkan kau rela mengorbankan harga dirimu demi melindungi Ahreum. Aku yakin, mengurus seorang bayi yang bukan darah dagingmu sendiri pasti dapat cemoohan yang sangat besar. Itu yang tidak bisa aku berikan padanya."
"Aku mencintai Ahreum."
Jimin tersenyum kembali, "aku tahu dan sangat mengerti. Kalau kau tudak mencintai Ahreum, tidak mungkin kau sanggup merawatnya seperti itu."
Wajah Jungkook yang tegang perlahan mengendur, menahan gemuruh di dadanya yang benar-benar merasa ingin pecah dalam tangisan. Walaupun akhirnya air mata itu jatuh juga, Jungkook tetap mencoba untuk tenang.
"Aku sudah berbicara dengan Taehyung jauh hari. Aku dan Taehyung sepakat untuk menjadikanmu ibu yang sah secara hukum bagi Ahreum. Adopsi Ahreum selayaknya hukum yang berlaku untuk mengangkat anak. Namun aku hanya meminta satu hal padamu, Jungkook. Aku.. tolong berikan kabar gadis kecilku setiap hari, jika kau tidak memperbolehkannya bertemu denganku, hanya itu saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting for you.
Fanfiction"Tenang saja, aku akan menunggumu selalu disini." -Park Jimin-. "Aku terlalu lama menunggumu. aku lelah. tapi rasa cintaku terlalu besar mengalahkan rasa lelahku." -Jeon Jungkook-. "Aku tidak bisa menunggu terlalu lama lagi, usiaku sudah tidak muda...