14

1.5K 183 50
                                    

Malam setelah pemberkatan serta pesta kecil pernikahan Taehyung dan Jungkook, Namjoon bilang pada Seokjin untuk membawa Jimin ke suatu tempat. Seokjin mengerti, setelah semalam sehabis bercinta, Namjoon mengatakan pada Seokjin tentang Yoongi yang ingin menemuinya dan memanggilnya dengan namanya dulu ketika masih bekerja pada Emirates. Seokjin shock, tidak berbeda kondisinya dengan Namjoon. Wanita itu akhirnya menuruti kemauan Namjoon dan 'menculik' Jimin serta mengatakan semua apa yang terjadi pada lelaki mereka.

.

Yoongi telah menunggu Namjoon di luar pagar landasan yang di tumbuhi oleh ilalang-ilalang setinggi betisnya. Ia mengubah destinasinya ketempat yang lebih bisa meluapkan segalanya. Bandara. Angin malam berhembus sangat kencang. Suara dengung mesin pesawat terbang pun terdengar sungguh bising. Yoongi melipat tangannya di belakang tubuhnya sambil melihat pesawat-pesawat yang tengah bersiap take off ataupun landing.

Hingga suara roda yang bergesekan langsung dengan tanah dan rumput itu berhenti tepat di belakangnya. Yoongi tau, suara mobil milik Namjoon telah datang. Tanpa perlu menoleh atau memastikannya lelaki itu sudah hapal.

"Maaf aku sedikit terlambat, hyung." Namjoon mengunci mobilnya dari jarak jauh.

"Hmm." Jawab Yoongi singkat. Kedua lelaki ini masih mengenakan tuxedo hitam tanpa menggantinya. Mereka terlihat tampan dan gagah.

"Jadi, kenapa tiba-tiba kau memilih disini? Bukankah kau benci tempat bising?" tanya Namjoon. Lelaki itu melonggarkan dasi kupu-kupunya yang agak mencekik. Seokjin salah membelikan ukuran untuk Namjoon.

"Aku ingin masalah kita selesai." Ucap Yoongi datar. Wajahnya masih sama datarnya.

Namjoon menoleh melihat Yoongi yang masih memandang lurus kedepan. Tatapannya kosong dan terlihat sedih. Namjoon tau, Yoongi sepertinya sudah menyimpan perasaannya seperti ini sudah lama. Namun Yoongi adalah seorang aktor dengan peran dingin yang amat mumpuni, tidak ada yang bisa menebak dengan pasti bagaimana perasaannya hanya dengan melihat raut wajah.

"Masalah? Apa kita memiliki masalah? Seingatku tidak ada masalah apapun." Namjoon mencoba untuk berpura-pura tidak mengerti. Bagaimanapun, membicarakan masa lalu dengan orang yang pernah singgah dihatimu itu perlu kesabaran ekstra. Apalagi Namjoon ingat kata-kata dokter Shafeera untuk tetap tenang menghadapi Yoongi jika berbicara dengannya.

Akhirnya Yoongi menoleh dan menatap Namjoon nyalang. "Aku ingat Namjoon. Aku ingat walaupun tidak semuanya."

"Jangan memaksa otakmu untuk mengingat semuanya, hyung. Jika kau dapat hanyalah rasa sakit."

"Tapi aku sudah terlanjur mengingatnya. Dan aku ingin sebuah penjelasan."

Lelaki yang lebih tinggi menyerah. "Airbus. Segerombolan burung, hutan Indonesia dan Runch Randa." Namjoon mengikuti arah pandang Yoongi.

Yoongi melirik kemudian memasang tampang datarnya lagi untuk melihat Garuda Indonesia yang baru saja mendarat. "Jadi bukan Dreamliner, abu vulkanik dan pendaratan darurat?"

Namjoon menggeleng. "Yang kau sebutkan adalah kecelakaanmu saat mendapat kabar buruk tentangku. Kau selamat, hyung."

Yoongi mendengus, kemudian dia mendecih tak percaya.

Ingatan Yoongi perlahan kembali ketika Namjoon mengunjunginya di Dubai. Setelah hipnoterapi yang ia lakukan, diam-diam dia mendatangi dokter Shafeera dan mengatakan semua hal yang dia ingat. Dokter Shafeera saat itu hanya tersenyum dan menulis semua apa yang di katakan Yoongi dalam file kesehatan Yoongi. Dokter itu senang mendapati pasiennya telah berangsur membaik, walaupun ia tahu bahwa otak Yoongi di paksa bekerja sangat keras untuk menerima dan mencoba mengingat serpihan memorinya yang sempat menghilang itu kembali lagi.

Waiting for you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang