1.

8.9K 725 45
                                    

Alsa terduduk kaku di pojok kamar mandi sekolah. Dingin menyelimuti tubuhnya yang basah, disiram air oleh gerombolan cabe-cabean kelasnya. Alsa hanya bisa diam, memeluk lututnya. Mencoba menghangatkan tubuh, walaupun rasanya tetap sama, tetap saja dingin. Giginya bergemelatuk, menahan dingin yang Dia rasakan.

"Kok Alsa tetep ngerasain dingin? Padahal udah beberapa kali, bahkan berkali-kali Alsa kayak gini,"

Kepalanya menunduk, menatap sepatu pantofel hitamnya yang juga ikut basah. Matanya tidak mengeluarkan air mata-setetespun. Rasanya percuma menangis, karena semua orang yang mendengar tangisannya tidak akan pernah peduli. Sekadar mendengarkan isaknya saja mereka tak sudi.

Baju osis putih yang dipakainya sudah berwarna cokelat, kainnya menerawang memperlihatkan kaus tipis yang dipakainya. Tubuhnya berbau tak sedap, tersiram air bekas cucian tong sampah organik. Alsa tak lantas bergerak mencoba membersihkan pakaiannya yang kotor. Dia memilih diam, mempertahankan pelukan eratnya.

Alsa menerawang mengingat-ingat hal yang janggal di pikirannya. Dia berdiri, masih dengan pikiran yang sedikit ganjil. Dia mencoba mengingat-ingat lagi.

"Astaghfirullahh!!!"

Ada jeda pada kalimatnya. Dalam satu tarikan napas dan gebrakan pada pintu, Dia berteriak kencang dan berlari. Tidak memedulikan keadaannya yang kacau.

"Alsa belum kasih makan kodok penelitian di lab!!"

***

Brukk!!!

Suara gebrakan pintu laboratorium lantas mengagetkan semua murid juga guru biologi berkepala botak kelas 11 MIPA 1. Semuanya kompak bersuara, ada yang mengumpat keras, latah, beristighfar, bahkan ada yang begitu heboh mengatakan sumpah serapahnya. Semua kompak menoleh ke arah pintu, dan kontan saja mereka menganga lebar melihat pemandangan di pintu lab.

Sosok gadis mungil dengan rambut panjang basah, baju osis putih yang berubah menjadi cokelat dan nyeplak, sudah ada di depan pintu. Dengan napas ngos-ngosan, Alsa masih celingukan mencari kodok penelitiannya yang belum diberi makan sejak kemarin.

Pak Syaif lantas menurunkan letak kacamatanya, memandang Alsa dari atas sampai bawah. Muridnya yang satu ini terlihat aneh dengan tampilan yang acak-acakan dan membawa bau yang tidak sedap, bahkan sejak satu jam yang lalu Alsa tidak mengikuti pelajaran biologinya sama sekali.

"Alsa? Kenapa baju kamu-"

Ucapan Pak Syaif terhenti karena Alsa langsung menerobos murid lain yang masih bingung dengan tingkahnya. Dia lebih memilih mengambil kodok penelitian miliknya, membopongnya dan memberi makan jangkrik juga belalang yang tadi sudah Dia tangkap di taman belakang sekolah.

Semua temannya lantas melongo, bahkan ada beberapa yang tidak bisa menahan tawanya. Alsa yang terkenal pendiam dan antisosial, malah bertingkah absurd dan cukup mengejutkan memang.

"Maaf pak! Tadi Alsa gak masuk pelajaran Bapak. Tadi Alsa di siram sama geng yang kata Adam geng cabe-"

"Loh kok gue ikut-ikutan sih Sa?"

Adam yang tidak terima namanya di sebut lantas menyela kalimat Alsa. Pak syaif yang sudah paham dengan apa yang di maksud Alsa lantas menoleh ke arah geng cabe yang dimaksud Alsa.

Dengan sekali tarikan napas, Pak Syaif mengeluarkan kalimat maut yang biasa beliau lontarkan kepada anak nakal di SMA Permata.

"Keliling lapangan 10 kali, sambil bantu Mang Is jualan di kantin, atau orangtua kalian bapak panggil?"

Kelimanya; Angel, Cecil, Vey, Ninka, dan Melda lantas merengut. Muka kelimanya kompak merah menahan marah juga malu. Mereka saling berpandangan bernegosiasi memilih penawaran dari Pak Syaif.

Introvert?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang