Bacanya perlahan ya (:
Jum'at.
Alsa berjalan menuju gang depan, tempat pangkalan bang ojek langganannya. Dengan menenteng tas imut juga langkah lebar seraya bersenandung ria, Alsa tersenyum sambil sesekali memanggil beberapa ibu-ibu yang ditemuinya.
"Ibuuu!!! Beli sayur?" Tanyanya antusias yang hanya ditanggapi dengan senyuman bingung dari raut wajah wanita paruh baya itu.
Sedang yang bertanya sudah lewat begitu saja tanpa menunggu jawaban dan melihat tanggapan.
"Eta budak meuni kitu pisan?? Dulu ambuna ngidam naon?" Gumam wanita paruh baya tersebut dengan gelengan kepala yang terus berlanjut.
"Jogging kek!" Sapa Alsa masih dengan senyum yang manis baginya.
"Iya Nehh"
"Wahhh Kek, saya bukan orang sunda." Jawab Alsa dengan raut wajah bingung.
"Lu kok budeg ya? Gue ngomong Neh! Bukan Neng." Jawab kakek-kakek tersebut dengan ngotot.
Alsa dibuat bingung dengan ucapan kakek tersebut. Neh maksudnya apa ya?
"Hmmm yayayayaya" Alsa berlalu tidak memperdulikan kebingungan yang masih menggantung di pikirannya. Dia lantas melanjutkan langkah ringannya, menuju pangkalan ojek yang biasa menjadi tempat tongkrongan bang ojek langganan miliknya.
"Dasar bocah aneh!" Kesal kakek-kakek tersebut yang jelas tidak di dengar oleh Alsa.
Senyum di bibirnya masih saja mengembang. Pangkalan ojek sudah di depan mata dan
"Lah?!"
Pangkalan tersebut kosong tanpa seorangpun di sana. Tidak ada kuda besi yang terparkir rapih dengan topi besi di kepalanya. Alsa hanya bisa menganga. Sedikit terkejut dengan kejutan yang ada di pangkalan.
"Alsa gimana?"
Matanya melirik keadaan sekitar yang cukup sepi. Hanya ada ibu-ibu yang lewat dengan cuek tanpa mempedulikan Alsa di sini. Tubuhnya hendak berbalik, ingin pulang dan tidak sekolah. Tapi tanpa sengaja matanya melihat seseorang.
"Hey!!!" Teriaknya kencang membuat orang tersebut menoleh ke arah Alsa.
"Hey tayo!! Hey tayo, dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, Tayo selalu senang!!" Nyanyinya dengan keras sambil melangkah menuju rumah.
Orang tadi hanya bisa menampilkan ekspresi cengo. Merasa kesal dan aneh dengan tingkah Alsa.
"Dasar bocah." Gumamnya mencoba sabar menghadapi Alsa.
Alsa yang tidak mendengar umpatan itupun terus berjalan dengan ringan dan senyum yang terus saja mengembang. Senyumnya makin mengembang karena dirinya berhasil menyanyikan lagu Tayo. Entah, dirinya merasa begitu bahagia.
Matanya sesekali melirik ke arah rumah-rumah di sekitarnya. Pandangannya berhenti pada salah satu gerbang rumah dengan cat putih yang tepat berada di depan rumahnya yang sedikit terbuka. Netranya menangkap sebuah kuda besi yang rasanya tidak asing.
"Kok Alsa kayak kenal ya?" Gumamnya sambil melangkah mendekati gerbang, berusaha meneliti kuda besi tersebut lebih dekat.
Memorinya masih belum ditemukan. Alsa masih lupa dengan kuda besi yang sekarang ada di hadapannya. Rasanya ingatannya begitu tumpul, tapi untungnya tidak untuk urusan pelajaran di sekolah.
"Ann-an- ih ini tulisan apa?" Kesalnya saat mengeja sebuah sticker yang tertempel pada body motor besar tersebut.
Sebuah teriakan kencang mengagetkannya. Sontak Alsa membelalak dan lompat dengan otomatis tanpa perlu perintah.
"Hey!!! Neng siapa?!"
Alsa hanya menatap bingung seseorang di depannya. Ternyata ibu-ibu tadi yang Alsa sapa.
"Eh? Ibu tadi ya? Anu-" Alsa bingung ingin berbicara apa sekarang. Tangannya hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang bersih tanpa ketombe juga kutu.
"Neng temennya den Fuza?" Tanya ibu-ibu tersebut.
"Eh? Iyaa-"
"Ya udah masuk bibi panggilin ya." Potong ibu tersebut dengan cepat, dan menghilang begitu saja meninggalkan Alsa yang masih saja bingung di tempat.
"Kayaknya iya temen Alsa?" Lanjutnya dengan kebingungan.
***
Pantatnya terasa tidak nyaman sekarang. Kakinya terus saja mengetuk-ngetuk lantai putih dalam ruang tamu yang menurutnya luas. Matanya terus melirik ke seluruh penjuru ruangan, meneliti deretan foto yang hampir tidak asing.
"Duhh. Kok Alsa bingung."
Alsa gelisah. Takut. Sekarang posisinya sudah berada di dalam ruang tamu rumah Ann-an tadi. Dirinya bingung, ingin keluar tapi rasanya tidak sopan. Bertahan duduk sendirian dalam ruangan asing pun rasanya sama sekali tidak nyaman.
"Ehh!! Neng, jenguk Fuza ya?" Ucap wanita paruh baya yang Alsa yakini adalah Ibu dari Ann atau Fuza?
Alsa hanya menampilkan raut wajah bingung. Namun detik berikutnya Alsa dikagetkan dengan ucapan Ibu Ann.
"Sini ke kamar Fuza. Kamu tahu dari siapa Fuza sakit? Atau kamu pacarnya?" Ucapnya seraya menarik lengan Alsa pelan.
Alsa makin dibuat bingung.
"Alsa harus jawab apa?" Batinnya.
"Hmm tante-"
"Ila." Potong Ila, Bunda Fuza dengan cepat.
"Oh. Hmm tante Ila, Alsa-"
"Oh ya ampun. Kamu Alsa? Anak depan rumah ya? Cantik ternyata." Potongnya lagi yang cukup membuat Alsa sedikit kesal.
Alsa hendak berpamitan untuk pulang, tapi sayangnya langkah kakinya sudah sampai di depan pintu bercat hitam yang Alsa yakini adalah kamar Fuza atau Ann.
"Nah, Alsa masuk aja ya? Tante mau bikin minum." Ila meninggalkan Alsa begitu saja.
Alsa hanya bisa berdiri di depan pintu dengan wajah cengo dan kebingungan. Masuk tapi kan tidak kenal, tidak masuk tapi mau apa?
Kakinya sedikit bergemetar.
"Duh Lala. Alsa harus gimana?" Batinnya.
Saat masih sibuk memikirkan akan melakukan apa, pintu di hadapannya sudah terbuka lebar dan menampilkan sosok cowok jangkung dengan rambut acak dan pipi sedikit merah. Awalnya cowok tersebut kesal tapi entah kenapa menurut pandangan Alsa cowok tersebut langsung tersenyum seolah baik-baik saja saat menatapnya.
"Alsa, masuk." Ucap Anhar atau Fuza atau Ghaisan Anhari Hafuza.
Alsa hanya menatap Anhar bingung. Rasanya tidak asing. Dengan pikiran bingung, dirinya malah dengan enteng melangkahkan kaki memasuki kamar Anhar tanpa rasa takut dan risih.
"Hmm kamu-" jeda.
"Oh!!!! Ya ampunnn motor bising. Pantesan Alsa gak asing sama motor di depan. Wah kamu sakit? Kasihan." Ucapnya ceria kala mengingat sosok cowok jangkung di depannya.
Anhar hanya tersenyum manis, menanggapi celoteh Alsa. Rasanya pusing yang dia rasakan sejak tadi sedikit menguap hilang dengan celoteh dan raut wajah Alsa yang ceria.
"Gak apa kok. Makasih udah jenguk." Jawab Anhar dengan senyum.
"Eh!! Alsa kesini dipaksa sama bibi kamu. Kejebak." Jawab Alsa polos yang jelas saja membuat Anhar tersenyum kecut.
"Nyatanya lo belum inget Sya." Batinnya dengan sedikit rasa getir yang Anhar rasakan.
***
Up!!
Vote comment ya.
Siapa Anhar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert?
Teen FictionDia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dirinya dari dunia luar. Seolah menjadi Rapunzel yang hidup dengan bunglon kecilnya bernama Pascal di dalam sebuah menara tinggi. Jika Rapunze...