17.

2K 256 15
                                    

Jangan kaget ya ... ati-ati dahinya berkerut nanti.

@@@


Weekend. Alsa menikmatinya dengan bermalas-malasan di atas kasur bersama Lala. Kini dia lupa dengan kodoknya yang mungkin saja sudah bahagia di alam lain. Masalahnya mulai sedikit terlupakan karena ada sang mata-mata abal yang dengan tulus membantunya. Berharap, dia bisa diandalkan.

Walaupun taktik nya meniru upin ipin kembara kembar nakal, tapi semoga misinya tidak akan gagal.

Masih dengan mata terpejam, indra pendengarnya malah dijejal paksa dengan suara bising motor. Bukannya mengutuk, Alsa malah dengan cepat lari ke arah balkon, melihat motor yang ada di bawah jalanan sana.

Benar saja, orang yang diharapkan tengah ada di sana dengan motor kesayangannya.

"Anhar!!" Panggil Alsa dengan suara melawan bisingnya motor itu.

Anhar yang peka lantas mendongak dan tersenyum. Alsa jadi makin bersemangat sekarang. Dengan bergegas, dia turun menghampiri tetangga dekatnya itu.

"Anhar beberapa hari kok gak keliatan?"

Anhar hanya tersenyum, melihat Alsa sekarang. Baju tidur putih yang lusuh, rambut yang masih acakadul baday juga kristalan air liur yang melekat di pipinya, cukup lah mendefinisikan Alsa sebagai manusia ter-terbuka mungkin? Atau ter-masa-bodoh?

"Aku lagi sibuk sama ujian. Kan aku kelas 12 Sa." Jawabnya dengan mengulum senyum. Berusaha menahan diri untuk tidak tertawa melihat Alsa.

Alsa yang melihat keanehan Anhar lantas mengernyit, bingung dengan respon Anhar.

"Kenapa?"

1.
2..
3...
4....

Tawa Anhar pecah begitu saja. Tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Alsa yang berpenampilan kumal itu dengan ekspresi yang aneh cukup lah membuatnya tertawa lebar-lebar.

"Kenapa sih?"

"Ada kristal di pipi kamu Sa,"

Alsa yang bingung dengan polosnya memegang pipinya. Sadar akan itu, Alsa lantas lari ke dalam rumah dengan rona merah juga rutukan karena kebodohannya.

***

"Sasaa!!"

Teriakannya tidak digubris. Alsa yang berada di luar rumah Sasa masih saja berteriak kencang memanggil Alsa.

"Sasaaa!! Dirumah gak?!"

Masih belum ada jawaban. Alsa yang merasakan terik mentari makin dibuat kesal, seolah panasnya sinar itu semacam pengisi daya emosi pada dirinya.

"Eh non. Masuk dulu. Neng Sasa lagi masak." Itu Bibi yang kemarin sempat sedikit mengusir kehadiran Alsa waktu Sasa ada masalah itu. Alsa lantas tersenyum dan masuk. Duduk di sofa ruang tamu yang kemarin waktu belajar bersama sempat didudukinya.

"Bentar ya non, tak panggilin neng Sasa."

Alsa hanya tersenyum menanggapi. Andai bibinya dirumah tidak sejudes itu, dan ramah seperti Bibi Sasa, mungkin Alsa akan lebih sering curhat ini itu ke bibi. Tapi nyatanya, bibinya sejudes dan segalak guru konseling yanh ada di sekolah. Malah melebihi itu.

Menyebalkan ya.

"Hey. Ke dapur aja yuk. Sasa masih masak nih!" Sasa muncul tiba-tiba dengan celmek yang masih dikenakannya. Tangannya berbalut tepung, terkesan kotor bagi Alsa.

Alsa mengangguk antusias menanggapi ajakan Sasa. Dia melangkah di belakang Sasa dengan senyum yang masih saja setia terukir. Kakinya sudah tepat berada di dapur yang pernah dilihatnya penuh dengan percahan piring juga gelas, tapi sekarang tentu saja sudah baik. Lebih baik dari sebelumnya.

"Papa Sasa kemana?" Tanya Alsa dengan polosnya. Tidak takut dengan Sasa yang mungkin saja tersinggung atau mengingat masalahnya kemarin.

"Oh .. gak tahu" jawabnya dengan senyum tipis. Tangannya kembali sibuk dengan adonan tepung yang entah akan dibuat apa.

Alsa hanya duduk diam di meja makan. Tak ingin berniat membantu Sasa. Takut-takut malah menghancurkan masakannya kan?

Di meja makan sudah tersaji sup bayam, nasi yang masih sedikit mengepulkan asap, ikan goreng dan air putih dari sumber alami tentunya.

"Sa, perasaan Alsa gak bilang kan sebelumnya mau kesini? Kok sajiannya banyak banget sih?" Tanyanya percaya diri. Menganggap bahwa hidangan yang ada di depannya ini dibuat khusus untuknya.

Sasa juga bibi tertawa mendengar kalimat Alsa.

"Duh ... Non, ini buat Pak Albar. Katanya mau kesini. Kangen masakan neng Sasa."

Alsa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Paham dengan ucapan bibi.

Belum juga Sasa menyelesaikan masakan terakhirnya, klakson mobil terdengar jelas di luar. Bibi dengan tergesa keluar, menyambut seseorang yang Alsa pikir mungkin Pak Albar itu atau mungkin Papa Sasa.

Alsa yang sedikit penasaran menoleh ke arah datangnya Pak Albar itu. Matanya dibuat membelalak otomatis melihat sosoknya.

"Om!! Ini makanan kesukaan om, jamur krispinya masih Sasa goreng. Duduk dulu ya .."

Kalimat Sasa lebih membuat Alsa semakin linglung. Sebenarnya skenario macam apa ini yang dibuat oleh semesta?!

Pak Albar-albar itu belum juga duduk. Masih diambang sekat ruangan dapur dengan senyum yang tercetak jelas dibibirnya. Setelan jas kantor masih melekat. Bisa disimpulkan mungkin beliau baru saja selesai kerja mungkin?

"Gak apa sayang, om tunggu kok." Ucapnya. Belum sadar akan kehadiran Alsa yang masih saja linglung belum terima dengan skenario yang telah dibuat oleh semesta. Terlebih apa ini?! Sayang? Maksudnya apa?!

"Sini om duduk. Udah selesai semua. Oh iyaa .. ini Alsa."

Albar lantas sadar dengan kehadiran gadis lain di meja makan. Matanya sontak melebar. Sama persis seperti Alsa tadi. Sementara Alsa hanya bisa menatap sinis. Masih belum bisa menerima kejadian ini.

"Haha Sasa lupa kalau ada Alsa. Ini temen Sasa om."

Alsa yang merasa jengah sendiri lantas berdiri. Kursi yang menggeser kebelakang menimbulkan bunyi yang tidak enak didengar. Raut wajahnya bahkan terlihat amat kesal, sangat berbeda dengan awal dia datang.

"Alsa pulang. Maaf ganggu Sa," ucapnya menghadap Sasa. Niat hati ingin curhat panjang lebar, tertawa lebar bersama kawannya. Tapi apa yang dia dapat? Sebuah kekecewaan.

"Dan anda, selamat makan." Lanjutnya, dengan mata yang melirik tajam ke arah Albar.

Ayahnya.

***

Up nihh!! Gak tahan kalau harus nunggu 200. Ok kayaknya gak perlu target-targetan lagi ya.

Nahloh gimana coba kenapa jadi gini?!
Terima gak kalau ayah kalian malah lebih deket dengan anak orang lain? Kayak perhatiannya tersita gitu loh buat orang lain?

Makin ruwett deh ini kehidupan Alsa. Udah ya.. btw stay tuned sama part selanjutnya💕

Lav you readerskuhh😚
Spam notif ya. Vote jangan lupa..

Introvert?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang