24.

1.8K 225 20
                                    

Libur telah tiba!!

Alsa menikmatinya dengan tidur nyaman bersama Lala. Kelas 12 melaksanakan UNBK, so, Alsa bisa menikmati libur dan bersenang-senang ditengah penderitaan kakak kelasnya.

"La. Alsa masih malu sama kak Anhar yang ngomong suka kemarin-kemarin." Ucapnya malu-malu. Kepalanya ditenggelamkan keleher Lala. Seolah memperjelas bahwa dirinya benar-benar malu mengingat hal itu.

"Andai aja kamu bisa ngomong Laa.."

Alsa tersenyum menatap boneka itu. Alsa sadar Lalanya tak akan pernah bisa menanggapi ceritanya. Tapi mau bercerita panjang dengan siapa lagi selain Lala?

Ibu sibuk.

Adam? Mana mungkin mau mendengarkan.

Kak Anhar? Masa iya bercerita tentang Kak Anhar ke Kak Anhar sendiri. Meskipun Alsa eror tapi dia tahu kok itu tidak akan mungkin untuk dilakukannya.

Sasa?

Nah. Ini yang jadi masalahnya.
Yang membuatnya merasa percuma memiliki teman.

Nyatanya semua orang disekitarnya akan terus saja berkhianat.

Alsa tak mau hal itu kembali lagi terjadi. Padahal, baru saja sebentar membuka hati dan membuka diri pada Sasa, tapi sudah dikecewakan begitu dalam olehnya.

"Huhh.. gimana Alsa gak kecewa ya La? Jadi Alsa setia aja sama kamu. Gak jadi deh pisah walaupun Alsa nanti bakal dewasa."

Dia kembali memeluk boneka besar itu dengan erat. Enggan melepas boneka kesayangannya itu dengan mudahnya. Alsa hanya ingin didengarkan, tidak perlu mendapatkan tanggapan.

Yaaa walaupun Lala sebenarnya tidak bisa mendengarkan juga.

Saat sibuk-sibuknya memeluk Lala. Alsa dikagetkan dengan ketukan pintu. Dia lantas melirik ke arah pintu balkon.

Bisa dipastikan siapa yang datang.

Adam.

Alsa lantas bangkit dan sedikit berlari. Membuka pintu, tanpa peduli dengan tampilan dirinya sekarang yang masih acakadul itu.

Belum juga sempat menyapa apa-apa bahkan menyambut dengan senyum seperti biasa, Adam malah memeluknya erat. Membuat tubuhnya kaku dan bingung seketika. Matanya membelalak karena melihat Anhar yang ternyata masih sibuk mempersiapkan dirinya di kamar.

Ok dia tak ingin dilihat cowok itu tapi mau bagaimana lagi?!

"Dam??" Panggilnya lirih. Berharap Adam akan sukarela melepas pelukannya dan dia akan menariknya duduk untuk menghindar dari Anhar yang bisa saja melihat mereka.

Adam masih saja diam, bahkan tak memedulikan panggilannya. Tangannya yang sejak tadi diam, kini berusaha melepaskan diri dari pelukan erat cowok itu. Hasilnya nihil. Tangan kurusnya tak bisa dengan mudah untuk melepaskan diri dari pelukan erat dari Adam.

"Dam. Takut ada yang lihat. Adam juga gak boleh peluk Alsa. Bukan mukhrimm!" Nasihatnya dengan suara lirih, sedikit malu dengan dirinya sendiri.

Helaan napas terdengan ditelinga Alsa. Suara itu lantas membuat Alsa diam, mulai kembali berpikir. Ada apa dengan cowok itu?

"Dam?" Panggilnya lagi dengan lirih.

Adam kini melepaskan pelukan eratnya dengan sukarela. Tersenyum menatap gadis mungil dihadapannya.

"Maaf ya. Gue kalanjur nyaman dipelukan lo Sa." Jawabnya asal yang malah membuat Alsa sedikit merona.

"Boleh peluk lagi gak?"

***

Alsa yang kini tengah duduk manis masih saja merasa malu sendiri. Bukan tentang Anhar, tapi tentang Adam yang tiba-tiba memeluknya dan sekarang malah duduk disebelahnya dengan entengnya tanpa memikirkan dirinya yang mati-matian menutupi rasa malunya.

Cowok memang gitu ya. Seenaknya!

"Sorry sebelumnya. Gue cuma lagi gak tau mau ngapain. Jadi, kesini peluk lo."

Alsa mendelik. Kesal mendengar penjelasan Adam yang menyebalkan. Hello!! Memangnya Alsa ini buka jasa peluk peneman gabut gitu?

"Adam kok nge-"

"Ok gue lagi tertekan. Udah."

Rasa kesalnya tiba-tiba meluap begitu saja. Hilang, berpindah entah kesiapa. Mulut yang tadi mulai menemukan kembali kalimat pedas, kini malah kembali terkatup rapat. Alsa bingung ingin menanggapi Adam seperti apa.

"Dam so-"

"Gak apa-apa. Gue cuma butuh gini aja Sa." Katanya seraya menyandarkan kepalanya dipundak Alsa. Matanya memejam. Menikmati embusan angin yang sebenarnya tidak begitu menyejukkan karena terkalahkan oleh hawa panas kota.

Alsa makin dibuat kaget. Napasnya makin hilang saja sekarang. Pipinya lebih merona.

Adam memang jago ya merubah-rubah suasana hati Alsa.

Tadi waktu dipeluk saja misal. Alsa serasa dihadang sama geng cabe. Deg-degannya kuat.

Terus penjelasan Adam tadi buat Alsa kesal kayak euummm dicuekin kak Anhar pas ngilang gak tahu kemana.

Dan sekarang?

Rasanyaaa kaget kayak denger suara ban meledak tiba-tiba gitu. Gak disangka karena belum siap-siap. Kalau disamain sama kembang api pas tahun baru sih memang indah ya, tapi kan udah siap lihat dan merasakan. Tapi ini?!

Kejutan yang benar-benar kejutan bagi Alsa. Kayak ban meledak.

"Gue capek Sa. Gue capek sama masalah hidup gue sendiri."

"Dibanding-bandingin itu gak enak ya. Apa orangtua itu gak ngerti perasaan kita? Padahal kan mereka gak tau aja orang yang dibandingin itu dibelakang umum kayak gimana."

Adam menghela napas sebentar. Kemudian mengubah posisi mencari-cari posisi ternyaman untuk menyandar. Berakhir dengan tangan yang kini ikut menggenggam tangan mungil milik Alsa.

"Singkatnya mereka itu suka sama orang lain karena gak pernah deket. Sekadar lihat luar, tanpa paham dalam. Sedangkan mereka tahu banget tentang jelek buruknya kita kan? Tapi kan kita anak mereka, harusnya mereka nerima apa adanya, bukan nuntut kita harus kayak apa yang mereka mau terus."

Alsa mengangguk kaku. Mengiyakan kalimat Adam. Memang. Masalahnya ternyata sama dengan Adam. Dibanding-bandingkan. Sederhana memabg bagi orang tua. Tapi cukup menjatuhkan mental bagi sang anak. Karena mereka tentu akan merasa terinjak oleh orang yang mereka sayang sendiri. Mereka merasa sangat rendah bagi pandangan orangtua mereka.

Dan yaahhh.

Sulit memang ada dalam posisi itu.

"Gue pengen marah, tapi marah kan gak sopan. Nanti durhaka jadi batu kayak malin kundang."

"Kalau gue diem, kata pak ustad gak boleh tuh mendem marah, nanti dimasuki jin. Tahu gak pak ustad yang ada di MNCTV itu loh Sa. Tapi kalau gue ikut ngomong, nanti diomelin lagi. Susah banget kan."

Alsa tersenyum mendengarkan curhatan Adam yang sederhana. Sekarang senyumnya terbit kembali. Teman berbagi yang sesungguhnya ternyata cowok menyebalkan tetangga jauhnya ini.

Belum juga puas dengan bahagianya, senyum Alsa kembali memudar.

"Semoga Adam gak akan khianatin Alsa dan ninggalin Alsa kayak Ayah ataupun Sasa."

Ucapnya seraya melirik cowok yang masih saja bersandar nyaman dipundaknya.

Harapannya kini sesederhana itu. Dan semoga saja, semesta kali ini mendukung keinginan sederhananya.

Semoga saja.

***

Aku kasih yang manis-manis😆
Ok sekian byeee💕💕💕

Introvert?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang