Percayalah, semua akan indah pada waktunya.
***
Adam kini tengah duduk kaku bersama Mamanya juga Riri yang sibuk dengan makanan ringan miliknya. Melihat tingkah adiknya, Adam jadi ingat Tito. Ingat akan pertengkaran kemarin yang cukup membuat mereka menjadi canggung. Tapi untunglah mereka masih baik-baik saja.
Masih dengan pikiran yang melayang tentang Tito, panggilan Mamanya yang berbeda membuat Adam menengok dan mengernyit bingung. Masih belum tahu penyebab perubahan baik Mamanya ini.
"Mama mau minta maaf sama kamu, Bang."
Adam lantas menunduk, tak ingin menatap Mamanya yang kini terlihat memelas di depannya. Sebenarnya Adam tidak apa-apa akan sikap Mamanya yang terlalu keras terhadapnya, tapi kalau Mamanya jadi baik, kenapa gak diterima kan??
"Selama ini kamu cenderung diem di depan Mama, Mama gak tau apa-apa tentang kamu. Yang Mama tahu, cuma nilai kamu yang selalu rendah dan Mama malah gak peduli sama kebaikan yang kamu lakuin ke orang sekitar kamu."
Adam tersenyum mendengar penuturan Mamanya. Sedikit bingung, bagaimana seorang ibu malah tak paham sedikitpun tentang kehidupan anaknya. Apa pantas? Rasanya lucu saja.
"Mama berterimakasih banget kemarin sama Rei, dari obrolan sederhananya sama Riri, Mama jadi tahu tentang kamu."
Adam lantas menegakkan tubuhnya, sedikit terkejut dengan fakta itu. Mulut ember si bencis ternyata yang membuat Mamanya menjadi lebih baik.
"Bang Rei juga bilang katanya Bangadam pacaran sama mbak-mbak aneh komplek. Riri gak percaya." Adam melotot mendengar ucapan adiknya yang sedikit kurang enak.
Adam paham akan "mbak-mbak aneh komplek" siapa lagi kalau bukan Alsa. Dia lantas memelototi Riri, berusaha mengode untuk diam saja dan tidak perlu membicarakan tentang Alsa.
"Mbak-mbak aneh siapa?" Tanya Ana, Mama Adam dengan wajah bingung. Suasana haru dan canggung tadi berubah menjadi membingungkan sekaligus menegangkan bagi Adam, hanya karena celetukan adiknya yang menyebalkan.
Dia sendiri bingung hendak menjawab seperti apa atas pertanyaan Mamanya itu. Dijawab jujur tapi kan masa iya, dia yang biasanya cenderung diam tiba-tiba menceritakan ini itu tentang Alsa. Kan gak bagus.
"Ri, mbak aneh siapa? Abang kamu punya pacar?" Tanya Ana lagi penuh selidik. Riri yang santai hanya menganggukkan kepalanya masih sibuk memasukkan cemilan ke dalam.mulut mungilnya.
"Bang?"
Adam hanya bisa menyengir, menggaruk kepalanya yang berketombe. Bingung sendiri.
"Eum ... Ma, nanti ya. Adam pergi dulu." Adam lantas pergi begitu saja meninggalkan Mamanya yang masih merasa bingung dengan tingkah laku anaknya itu.***
Derap langkahnya begitu cepat, seolah mengejar sesuatu yang akan pergi dan tak kembali lagi. Seberusaha mungkin mengejar waktu yang mungkin saja tidak akan mengasihaninya lagi. Antara bahagia juga takut, antara bingung juga lega, perasaannya kini tak jelas. Ya sebenarnya biasanya juga demikian. Tapi kali ini lebih membingungkan.
Alsa masih saja berjalan dengan tempo cepat, menuju rumah Adam yang sedikit jauh dari rumahnya. Ada rona bahagia namun juga raut bingung yang jelas kentara pada dirinya. Memang ya, Alsa selalu unik. Tak pernah sederhana sekali saja dengan perasaan atau ekspresi wajah yang biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert?
Teen FictionDia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dirinya dari dunia luar. Seolah menjadi Rapunzel yang hidup dengan bunglon kecilnya bernama Pascal di dalam sebuah menara tinggi. Jika Rapunze...