Btw. Kalian mau gak kalau aku bikin cerita Introvert? Part cowok gitu?
Comment ya!
***
Langkahnya yang semula lebar, perlahan melambat. Gurau yang sejak tadi cukup menghibur sohibnya sekarang hilang, berubah senyap. Teman-temannya hanya mengernyit bingung dengan tingkah lakunya yang tiba-tiba berubah.
Rei yang hendak bertanya malah mendapatkan jari telunjuk dibibir dengan raut wajah kesal Azka yang entah karena apa penyebabnya. Tito yang sibuk memakan snack lantas abai dan acuh terhadap tingkah aneh Azka yang sejujurnya membuatnya juga Rei penasaran. Yang benar saja, untuk apa mereka berhenti di koridor sepi dan Azka seolah menguping di dalam ruang BK yang "mistis" itu.
"Bu ini Azka mau ngup-"
Belum juga Rei menyelesaikan kalimatnya, kini dua jari telunjuk milik Azka dan Tito sudah menempel serasi dibibir Rei yang tebal. Rei kembali mendenguskan napasnya jengah dengan tingkah aneh temannya yang entah karena apa.
"Sumpah ya, kita ngapain disini? Lo mau ngapel Bu Erni?" Tanya Rei dengan suara memelan, ogah tertempel jari telunjuk temannya lagi.
Azka masih sibuk menempelkan telinganya di depan pintu ruang BK, sedang Tito terus saja mengunyah snack yang masih tersisa setengahnya. Rei yang bertanya hanya bisa menganga bingung, suara kunyahan snack Tito yang menjawab rasa penasarannya kali ini.
Tanpa aba-aba, Rei memilih pergi. Kesal sendiri dengan tingkah Azka dan Tito yang sok cuek terhadapnya. Tapi abaikan saja lah ya Rei yang tingkahnya macam ciwi-ciwi yang PMS, rempong binggo.
Tito yang sibuk makan kini mulai merasa penasaran dengan apa yang sejak tadi Azka dengar dari dalam ruang BK. Bukannya Tito budek ya, tapi memang kini telinganya tidak begitu jelas mendengarkan sesuatu yang ada di dalam ruang BK.
"Ka, emang lo dengerin apaan dari tadi?" Tanya Tito yang masih sibuk dengan snacknya.
"Syutt!!" Jawab Azka kesal karena tak bisa mendengar jelas pembicaraan di dalam. Suara Tito membuatnya tidak fokus untuk mencerna pembicaraan seseorang eh atau dua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Telinganya kembali mendekat ke arah pintu, Tito yang merasa dicueki lantas kembali masa bodo. Mengedikkan bahu dan melanjutkan nyemil yang baginya sungguh nikmat, walaupun sekadar ciki gopekan tapi rasanya sukses membuat mulutnya terus mengunyah tanpa henti.
Azka lantas memicing, mencoba fokus mendengarkan. Tapi sekarang telinganya tak lagi mendengar pembicaraan lagi. Hanya ada suara beberapa orang yang lewat juga suara kunyahan Tito yang keras. Telinganya kembali menempel rapat pada pintu. Belum juga menempel dan siap dengan tumpuan kedua kakinya, pintu BK telah terbuka lebar dengan gadis mungil yang keluar dari dalam. Azka yang kaget sontak jatuh. Alsa lantas menjauh, takut-takut Azka melihat bagian bawahnya yang tentu saja jelas terlihat dari posisi Azka sekarang.
"Oh pantesan dari tadi nguping," beo Tito dengan tangan yang masih terus mengambil snack yang tak habis-habisnya.
Mendengar kalimat Tito, Alsa hanya mengernyit dan kembali memandang Azka yang kini tengah sibuk membersihkan butiran debu yang tentu saja menempel dibajunya.
Alsa yang tidak bisa menahan rasa penasaran yang langsung gentayangan di dalam pikiran, lantas menanyakan pada Azka dengan polosnya.
"Azka ngapain disitu. Ngejengkang juga,"
Azka hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal dan tidak berdaki. Hanya bisa menyengir bingung, tidak tahu harus menjawab apa karena dirinya juga tidak tahu mengapa menguping Alsa diruang BK?
***
"Harusnya tadi lo jawab gini Ka, Azka lagi dengerin suara pujaan hati a.k.a Bu Erni yang tadi kedengarannya merdu banget sumpah Sa," beo Rei dengan nada dibuat-buat yang benar-benar terdengar menggelikan ditelinga Azka.
"Udah deh gak usah ngoceh mulu! Tadi tuh kuping gue auto denger sayup-sayup suara dari dalem. Eh taunya si tulalit."
Tito hanya mencibir mendengar jawaban Azka.
"Kalau cuma denger sayup-sayup ngapain niat banget nguping sampe ngejengkang kaya tadi?" Sindir Tito pedas layaknya lambe-lambe ciwi yang lagi nyindir pelakor lewat story.
"Nahh bener tuh kenapa lo sampe niat banget nguping si Alsa? Emang apa coba yang lo denger selama nguping?"
Azka menyengir lebar. Benar apa kata Tito, kenapa dirinya begitu niat menguping? Padahal biasanya juga Azka yang paling masa bodoh diantara mereka bertiga. Dan yah, nyatanya dirinya sendiri tidak bisa menjawab rasa penasaran sohibnya yang sayangnya kini masih saja terus memicingkan mata memperhatikan gerak-geriknya.
"Jangan-jangan lo naksir lagi sama si Alsa yang lo sebut tulalit." Tuduh Rei yang lantas dibalas dengan tonyoran kepala dari Azka.
"Enak aja lo! Gue masih merasa harga diri gue belum naik sumpah gegara itu bocah. Masa katanya gue menang warna kulit sama ngasih duit retjeh gitu di dalem kelas. Kesannya gue missqueen gitu tau gak!" Omel Azka dengan tatapan sayu memandang kulitnya yang memang tergolong putih bagi ukuran cowok. Ingatannya kembali melayang pada minggu kemarin saat kejadian memalukan itu. Ah rasanya benar-benar memalukan untuk diingat.
Niat hati ingin tepe-tepe di depan gadis mungil yang tengah merona, eh taunya malah-ah sudahlah. Azka terlanjur badmood untuk menjelaskan.
Yang jelas dia sendiri tidak tahu alasan dirinya sendiri menguping hingga terjengkang.
Dan yang jelasnya lagi, Azka tidak menyukai Alsa sama sekali.
Untuk sekarang tentunya.
***
Hihi udah ah kali ini sedikit aja ya.
Ketemu lagi sama si Azka yang putih bin crewet kek ciwi-ciwi. Btw dia and the genk itu emang gitu ya,Tau lah suka aja sama mulut cowok yang kek ciwi-ciwi.
Udah lah ya. Alsa nongol banyak di part selanjutnya.
Stay tuned yup shay!!😍❤Vote and comment kalian aku tunggu ya!
Bye-bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert?
Teen FictionDia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dirinya dari dunia luar. Seolah menjadi Rapunzel yang hidup dengan bunglon kecilnya bernama Pascal di dalam sebuah menara tinggi. Jika Rapunze...