"Udah dong Sa, jangan nangis terus!" Ucap Adam kesal yang diangguki oleh Sasa, sementara Alsa tetap saja meraung keras di dalam laboratorium juga membopong kodoknya yang sudah mati.
Alsa merasa terpukul karena kodoknya mati. Terlebih mati kelaparan, dan lebih-lebihnya lagi, dosa sang kodok akan diberikan kepadanya?!
"Hwaa!!! Adam, nanti Alsa dapat dosa dari kodoknya ya?!" Tanyanya sambil sesekali mengusap ingusnya yang tanpa sengaja keluar.
Adam yang sedikit ilfeel hanya bisa mengedikkan bahu, tidak tahu dengan urusan dosa sang kodok yang entah nantinya akan bagaimana.
Sasa yang setia menepuk pundak Alsa, merasa bingung, tidak tahu akan melakukan apa.
"Adam!! Alsa bikin mumi aja ya kodoknya? Alsa gak rela ngubur kodoknya," pintanya dengan tangis kencang, seolah dia benar-benar kehilangan orang tersayangnya.
Adam yang mendengar lantas melotot tajam. Sedikit menyesal mengikuti tarikan tangan Alsa. Andai saja dia bukan tetangga jauh yang baik hati, mungkin Adam akan meninggalkan Alsa begitu saja tanpa mempedulikan tangis kencang Alsa.
"Hmm Sa, boleh tuh bikin mumi aja. Nanti dipajang di kamar. Keren deh," ucap Sasa antusias, membayangkan mumi kodok yang keren terpajang di dinding kamar.
Alsa lantas berhenti menangis, tersenyum dan lari keluar laboratorium. Sementara Sasa dan Adam masih bingung, belum bisa mencerna tujuan Alsa keluar dengan gesitnya kali ini.
***
Azka yang tepat berjalan sendirian di koridor sepi sontak kaget dengan isak tangis serta sentakan cukup kencang dari kaki pendek Alsa. Melihat Azka yang berdiri bingung sambil memandangnya, Alsa lantas menghentikan adegan larinya tepat di depan Azka.
Belum juga mencerna kejadian di depannya, Azka dibuat bingung dengan genggaman tangan mungil Alsa. Ada rasa aneh saat tangannya digenggam oleh Alsa. Bukan getaran seperti jatuh cinta, melainkan seperti menyentuh sesuatu yang kenyal, berlendir dan aneh.
Azka mengernyit dan memandang tautan tangan mereka berdua. Genggaman sebelah kiri mereka terlihat lebih besar dari sebelah kanan. Alsa yang melihat ekspresi Azka lantas menarik tangan sebelah kirinya, dan menatap Azka dengan tatapan sedih.
Adam juga Sasa yang memandang adegan tersebut dari pintu lab dengan perasaan yang berbeda. Sasa yang merasa baper seperti menonton drama korea secara langsung dan Adam sedikit merasa aneh dengan pemandangan tersebut. Mungkin jika digambarkan seperti komik, mukanya akan berubah menjadi jelek seolah muak dengan pemandangan tersebut.
"Dam! So sweet ya,"
"Iyain deh iyain!" Jawab Adam kesal.
Azka yang bingung entah kenapa menjadi diam dan membisu tanpa ada ocehan ataupun perlawanan untuk menghindar dari Alsa. Dia juga tidak peduli dengan benda aneh yang sekarang ada di tangan kirinya.
"Az-ka, Al-sa bantu kuburin kodok ya? Ma-u kan??" Katanya dengan tersedu-sedu, merasakan sedihnya mendapatkan dosa sang kodok yang entah sebesar apa.
Azka yang mendengar kata kodok lantas memandang tangan kirinya dengan jijik, membuang kodok Alsa yang sudah mati ke sembarang arah.
Adam yang melihat lantas tertawa jahat, puas dengan ending yang begitu konyol. Sementara Sasa hanya bisa menatap sendu, benar kata cak lontong dalam iklannya.
"Hidup gak seindah drama korea."
***
Kini, Alsa tengah bersantai di dalam kamarnya. Bercerita panjang bersama Lala tercinta. Ketukan pintu lantas membuatnya mengalihkan pandangannya dari Lala. Ibu sudah berdiri di sana dengan tatapan yang sulit terbaca. Alsa mengernyit, bingung dengan Ibu sekarang. Kebingungannya hanya dibalas dengan anggukan yang tidak bisa dicerna oleh Alsa.
"Turun yuk sama Ibu,"
Alsa lantas mengangguk. Mengikuti langkah Ibunya menuju ruang tamu. Langkahnya tak secepat ketika berlari pagi, rasanya tidak begitu sesemangat ketika menemui kodok kesayangan. Ada perasaan aneh yang entah apa. Hingga tiba ditangga terakhir, tatapannya bertemu dengan seseorang yang lama tidak ditemuinya, seseorang yang cukup sukses membuatnya berubah seperti sekarang, seseorang yang menghilang entah kemana dan sekarang berdiri di hadapannya dengan senyum, tanpa rasa salah sedikitpun diraut wajahnya.
Air mata menetes begitu saja tanpa aba-aba dimata Alsa, sukses membuat senyum seseorang dihadapannya hilang begitu saja.
***
Udah. Lega😆
Stay tuned part selanjutnya
Bye👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert?
Fiksi RemajaDia menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang Alsava Beatarisa, sosok remaja yang benar-benar membentengi dirinya dari dunia luar. Seolah menjadi Rapunzel yang hidup dengan bunglon kecilnya bernama Pascal di dalam sebuah menara tinggi. Jika Rapunze...