Lima

3.3K 213 5
                                    

"Kayak tahun-tahun sebelumnya, kenaikan kelas sekolah kita dibagi jadi dua bagian; seremonial pelepasan kelas tiga di pagi hari, pentas seni akhir tahun diadakan malam hari. Pagi, kita bertugas jadi panitia teknis buat bantu guru-guru menyiapkan acara seremonial untuk kelas tiga. Malamnya, akan ada pertunjukan dari beberapa ekstrakulikuler ..."

Semua pengurus OSIS memperhatikan penjelasan Fajar, si ketua panitia kegiatan akhir tahun sekolah mereka. Fajar menuliskan beberapa hal di whiteboard, lalu menjelaskan beberapa hal lainnya. Satu-dua orang bertanya, satu-dua lainnya memberi usul untuk konsep akhir tahun sekolah mereka.

"Ada masukan lagi, Ngit?" Fajar menoleh ke arah ketua OSIS mereka.

"Buat sementara, gue rasa cukup. Nanti lo sama gue ngadep pak Tarangga, Jar."

Fajar mengangguk, menyanggupi permintaan Langit untuk menemui pembina OSIS mereka. Pemuda itu lalu duduk di tempatnya, membiarkan Langit kembali mengambil alih rapat.

"Oke, kenaikan kelas sementara kita cukupkan. Gue mau update ulang tahun sekolah. Gimana, La?"

Sheila, si Wakil Kepala Departemen Kesenian sekaligus ketua panitia ulang tahun sekolah berdiri dari tempatnya. Seperti Fajar, Sheila menjelaskan tentang konsep ulang tahun sekolah mereka tahun ini. Bedanya, kali ini Sheila lebih membahas tentang teknis kegiatan, karena ulang tahun sekolah akan diadakan dalam waktu kurang dari satu bulan lagi.

"Fokus kegiatan kita bulan ini ulang tahun sekolah. Jadi gue minta bantuannya untuk fokus sama kegiatan ini tanpa melupakan kewajiban kalian di bagian masing-masing," ujar Langit setelah Sheila selesai menjelaskan persiapan acara ulang tahun sekolah.

"Jangan lupa ada pertandingan basket!"

"Iya, itu juga gue nggak lupa," Langit menyeringai pada Rendra, si Kepala Departemen Olahraga.

"Oh iya, akhir bulan ini ya, Ngit?" Irvine si Sekretaris menoleh pada Langit.

Langit mengangguk khidmat, membuat tawa seluruh anak kelas dua hampir menyembur.

Dasar sok kalem!

"Semangat ya, Ngit."

Sekarang para pengurus OSIS itu harus menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Sudah jadi rahasia umum kalau Irvine—dan Marina dan Sheila dan entah siapa lagi pengurus OSIS SMA Angkasa—suka pada Langit. Gadis-gadis itu terus berusaha mendekati Langit, diluar dan di dalam OSIS. Walau hanya ditanggapi pemuda itu dengan sikapnya yang biasa.

"Makasih, Vin." Langit menanggapi kalimat Irvine dengan senyum kecil. "Kasih semangat sama Rendra juga, dong. Dia kan kaptennya,"

Lagi-lagi para pengurus OSIS menahan tawa mereka. Irvine tersenyum kecut melihat tanggapan Langit yang cuek. Gadis itu dengan terpaksa mengucapkan hal yang sama pada Rendra.

Rapat dibubarkan tak lama kemudian. Para pengurus OSIS langsung membenahi barang-barang mereka, beranjak dari ruang OSIS dan bergegas pulang. Beberapa gadis berlama-lama disana, sengaja menunggu Langit yang biasanya keluar paling terakhir bersama Lintang dan Samudra. Membereskan peralatan yang mereka gunakan untuk rapat.

"Langsung balik, Ngit?" tanya Lintang.

"Nggak," sahut Langit, berusaha mengabaikan Marina yang barusan menyenggol lengannya saat membereskan kursi—entah sengaja atau tidak. Begitu melihat ruangan sudah cukup rapi, Langit bergegas meraih tasnya dan melanjutkan jawabannya atas pertanyaan Lintang, "Gue mau ke anak-anak drama dulu. Gue tinggal ya, Tang, Sam!"

Langit melambaikan tangannya pada kedua wakilnya dan bergegas berlari ke arah ruangan eskul drama. Membuat gadis-gadis yang tersisa disana—yang sengaja menunggui Langit—mendengus sebal. Sebagai gantinya, mereka ikut membereskan barang-barang mereka dan meninggalkan Lintang serta Samudra begitu saja.

Langit, Bulan, dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang