Dua Puluh Delapan

1.9K 148 6
                                    

"Balik?"

Mentari menatap seseorang yang menyapanya dari dalam mobil yang setengah kaca penumpangnya diturunkan. Di kursi pengemudi, Nusa menatapnya dengan pandangan bertanya.

Mentari menoleh ke belakang, seolah sedang menegaskan bahwa ia yang sedang Nusa ajak bicara. Gadis itu kemudian melirik ke arah kursi belakang—yang tentu saja kosong.

"Mau bareng?"

Mentari menatap Nusa sejenak, mengingat kalimat terakhir Luna sore itu. mengalah pada hatinya, Mentari mengangguk dan membuka pintu penumpang.

"Lo kenapa?" tanya Nusa ketika setelah setengah perjalanan, Mentari tidak juga membuka mulut.

"Kenapa apanya?" Mentari bertanya balik.

"Kayaknya, akhir-akhir ini lo jadi pendiam."

"Cuma perasaan lo,"

"Dan jadi balik jutek kayak dulu," sela Nusa saat mendengar nada ketus Mentari.

"Nggak!"

"Lo marah sama gue?"

"Nggak, ya!" Mentari lalu melihat seringai di wajah Nusa. "Lo ngetawain gue!?"

"Nggak," elak Nusa, tapi seringai itu belum juga hilang. Malah semakin lebar.

"Terus?" kejar Mentari.

Nusa menoleh sekilas, tapi tetap tidak menjawab pertanyaan Mentari, justru mengatakan hal lain.

"Padahal, kalau lo marah sama gue, gue mau ngajakin ke tempat yang mungkin aja bikin marah lo reda."

"Kemana?"

"Akan gue kasih tahu kalau lo mau gue ajak kencan."

Mentari mengerjapkan mata, kencan?

Menyadari raut terkejut Mentari, Nusa mengusap tenguknya, salah tingkah. "Kencan. Sama gue. Lo mau?"

Kelopak mata Mentari kembali mengerjap, "Apa lo selalu ngajak cewek kencan seperti ini?"

"Sejujurnya, lo adalah cewek pertama yang gue ajak kencan,"

"Masa!?" jerit Mentari heboh. "Gue kira ..."

"Lo kira, apa?" tanya Nusa saat kalimat Mentari terhenti begitu saja.

"Gue kira ... seenggaknya gue adalah cewek kesekian."

Nusa tertawa. Tawa yang selalu bisa membuat kepak kupu-kupu di perut Mentari menggila.

"Gue nggak pernah pacaran atau ngajak cewek kencan sebelumnya," aku Nusa. "Jadi, yah, ini memang yang pertama buat gue."

"Masa sih?" Mentari masih tidak percaya.

"Kalau lo bener-bener penasaran, gue akan kasih tahu semuanya saat kencan nanti."

"Jadi, lo akan menyimpan semuanya buat kencan pertama ini?"

Nusa mengangguk dengan seringai di wajahnya, "Perks of having a date with Nusa Arkana."

Mentari tertawa. Jenis tawa yang tidak bisa dielakkan denting merdunya, tak terkecuali oleh Nusa.

"Jadi, lo mau atau nggak?" tanya Nusa setelah Mentari berhenti tertawa.

Mentari pura-pura berpikir, sebelum kemudian tersenyum manis. "Oke."

"Oke?"

"Oke!"

"Gue jemput ... ehm, malam Minggu?"

Mentari kembali tertawa, "Jadi, ini beneran kencan?"

"It is not a game I'm playing, Mentari Anindya." Nusa tersenyum kecil sebelum memanuver mobilnya. "So, be ready for me."

Langit, Bulan, dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang