Chapter 1

20 4 1
                                    

"Rin... Rinrin!" Aubree yang sedang serius bergosip dengan kelas sebelah menulikan telinga dari teriakan Putri. Ia dengan sengaja mengabaikan karena gosip yang sedang di dengarnya begitu hot.

"Rinrin! Serius lo harus liat ke sini!OI BUDEG!" Aubree menoleh dengan kesal.

"Apasih? Kalo mau-"

"Disuruh turun elah, udah masuk jam olahraga kita. Lo ah susah banget di panggil kalo lagi gosip." Putri, teman sebangkunya menarik Aubree dari bangku di koridor.

"Gaiz nanti cerita ulang sama gue ya!" Pekik Aubree masih sempat-sempatnya.

Mereka melakukan pemanasan selama 30 menit sebelum memulai olahraga, sebenarnya lebih banyak diisi dengan candaan dari pada serius. Lalu Pak Sufri sang guru olahraga datang menyuruh berkumpul untuk di beri aba-aba, "Sebelum memulai pembelajaran marilah kita berdoa bersama-sama sesuai keyakinan masing-masing, berdoa dimulai." Semua menunduk, "Selesai. Nah, kalian kan udah pemanasan, kita mulai aja terus lompat tingginya ya?"

"Iyaaa!" Serentak semua mengiyakan.

"Kita mulai dengan yang cowok dulu. Cewek neduh aja dulu." Ujar Pak Sufri. Para kaum hawa pun berpindah tempat ke bawah pohon yang rindang.

"Ersza, Rinrin, Wulan, Nisa, kesini bantu bapak jaga matras sesuai ditempat." Mereka ber-empat lantas bangkit lagi dan mengambil posisi disetiap sudut mantras. 

Satu persatu maju dengan loncatan terbaik mereka. Tingkat ketinggian pun semakin lama semakin tinggi. Aubree ngeri sendiri melihatnya, tampaknya mudah tapi jika grogi mampuslah patah tulang.

"Rin! Bang Al tuh mau loncat 130cm. Cius keren banget!" Nisa menunjuk-nunjuk ke arah Archer yang sedang mengambil ancang-ancang. Sejak ketahuan dia memanggil Archer dengan Al seminggu yang lalu, semua berasumsi mereka memiliki hubungan special. 

"Bang Al? Idih geli, jijik, muntah gue." Aubree mengalihkan pandangan agar tak perlu melihat Archer yang akan melompat.

Bukk!

"Astogeh!" Pekik Aubree kaget. Ia tidak menyadari posisinya yang menjaga matras di bagian kanan, posisi yang akan berhadapan langsung dengan yang meloncat saat terjatuh.

"Cieee.... Cieee... Depan mata ni cieee..." Teman-temannya mengejek sambil menunjuk-nunjuk mereka berdua.

Aubree memutar badanya agar tak harus berhadapan dengan Archer ketika cowok itu bangun dari matras. Lalu kembali berbalik untuk menyusun matras yang agak bergeser saat cowokitu sudah pergi.

"Rinrin, Rin." Seseorang memanggilnya sambil melepar batu-batu kerikil.

"Paan si, gue lagi nyusun matras." Aubree menoleh kearah Ersza yang tersenyum-senyum geli.

"Lo nggak liat muka Archer? Dia nahan nahan senyum lho tad-"

"Halah itukan dia yang seneng karena bisa loncat paling tinggi. Jangan baperan deh lo, gue yang di ejek lo yang baperan." Ersa memandang datar Aubree yang sudah kembali ke posisi nya. "Untung temen gue lu anying, minta di sleding si bule nih."

Aubree terkadang rese dengan kata-kata pedasnya, jarang memfilter omongan, dan judes. Tapi dibalik itu semua jika dia telah menaruh kepercayaan, jangan sungkan meminta tolong. Aubree akan berubah menjadi malaikat dengan orang yang menurutnya benar-benar tulus berteman.

Hi! MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang