Chapter 2

15 4 0
                                    

Aubree, Nisa, dan Dea sudah berkumpul di kantin CW pulang sekolah. Tugas kelompok yang menghantui dari minggu kemarin harus segera selesai, habis mereka di tangan guru killer jika masih dianggurin.

Putri yang tidak ada kerjaan juga ikut sekedar nongki, menyumpal telinganya dengan earphone dan bermain hago.

"Archer belum ada kabar De?" Nisa memandang Dea yang sedari tadi menghubungi Archer.

"Udah gue ingatin tadi, berani juga dia kabur." Aubree berujar kesal.

Masih dengan tatapan fokus ke layar laptop Aubree mengomel karena sudah satu jam dan batang hidung Archer belum juga tampak.

"Perlu wifi gk Rin? Kerumah gue aja kalo perlu, deket juga situ." Ujar Dea yang sudah putus asa menelfon Archer. Rencananya mereka akan menggunakan hotspot Archer untuk membuat tugas. Jadi jika di tanya ada kerja sama mereka bisa menjawab ada.

"Belum sih, bahanya udah lengkap tinggal di gabungin. Paling nanti kalo perlu video." Aubree mengklik beberapa kali dan merenggangkan tanganya.

"Nih De, bagian lo. Lupain aja si Ar." Aubree menggeserkan laptopnya kearah Dea. "Tinggal kopas aja dari web yang udah gue download, bagian penting yang lo highlight tadi, jangan semua. Jangan lupa foto nya juga."

Dea mengambil print-out materi mereka dan melihat bagian penting untuk di kopas. "Enteng banget ya, gue suka kerja kelompok bareng lo. Tau gue apa-apa aja yang harus di buat."

Aubree terkekeh, "Coba lo sekelompok vocal sama gue, kicep gue."

"Tugas seni mah dua kali satu semester. Powerpoint lima dalam seminggu. Lagian kalo udah seni semua kicep, Zalba tuh ahlinya seorang." Dea menggelengkan kepala, stress memikirkan kerja kelompok seni yang disuruh nari, sementara dia bar-bar begini.

"Bener banget." Timpal Nisa yang sedang mencoret-coret print-outnya.

Lalu dari arah samping yang merupakan parikiran terdengar suara berisik motor. Lima detik kemudian Archer datang, memarkirkan motornya, dan berjalan dengan wajah santai menuju meja yang kelompoknya duduki.

"Baru nyape pangeran? Kemana aja?" Aubree bertanya sarkastik.

"Maaf permaisuri, tadi mandi dulu sebelum kesini." Jawaban Archer sontak membuat Aubree blank, dan di soraki heboh oleh Dea, Nisa, dan Putri yang entah kapan sudah melepaskan earphonenya.

"Rese lu anying." Aubree melempar bungkus kacang yang belum terbuka, meninggalkan suara gemericik saat mendarat dengan mulus di lepala Archer.

Dengan santai nya Archer mengambil dan membuka bungkusan. "Thanks kacangnya." Lalu di makan.

Aubree menghela nafas, memilih diam tidak menyahuti. Capek dan sangat tidak berfaedah. Jika diteruskan sampai pulang pun tidak akan berhenti berdebat.

🍃🍃🍃

"Pagi Rin, gimana malem nya?" Nisa datang dan mencomot buah dari bekal sarapan Aubree.

"Maksud lo?" Aubree memandang heran Nisa yang sudah duduk disampingnya.

"Lo enggk usah sungkan sama gue. Semalem lo chatt-an bareng Archer kan?" Aubree melotot.

"Lahh paan si lo. Suuzon aja kerjanya. Semalam ya, gue siapin PPT kelompok, bukan kek lo yang ngechat sama siapa tuh cowok, Fai... Fai-" Nisa membekap mulut Aubree sambil tersenyum kaku.

"Iya iya, lo ngerjain PPT." Aubree tersenyum menang sambil terus menghabiskan sarapannya.

"Rin! Gue baru inget lagi." Seru Nisa semangat.

Hi! MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang