Chapter 21

4 1 0
                                    

Aubree P.O.V.

"Lo bawa test pack nya kan?" Sammy menoleh kearahku.

"Bawa lah, gilak lo udah disini baru nanya." Sahutku.

Setelah menemani Rachel kemarin, saat pulang aku dan Sammy diam-diam mengambil testpack. Berbekal testpack dan pesan di group aku dan Sammy nekat pergi ke rumah Damian hari ini. Tentu saja kami tidak tahu dimana rumah si pendiam itu, jadilah aku meminta Callum mengantar kami.

"Cal tunggu di mobil aja ya." Aku membujuk Callum, kan bisa berabe kalau Damian tidak mau bertanggung jawab dan kami ingin baku hantam tapi di tahan Callum kalau dia ikut turun.

"Jangan macem-macem ya Bree, Sam lo juga jangan aneh-aneh ya. Atau aku periksa dulu tas kalian, tau-tau ada kapak." Callum mengintip tasku.

"Enak aja, dikira kami mau potong-potong bawa-bawa kapak." Aku mendelik.

"Yaudah, jangan aneh-aneh pokoknya. Kalau dia nggk mau tanggung jawab, panggil aku." Aku menangguk dan keluar dari mobil. "Siap Cal."

Kami berjalan sekitar lima meter dari pagar dan menekan bell, tidak lama seorang asisten rumah tangga muncul. Wanita itu terlihat terkejut lalu langsung tersenyum, "Cari Damian ya?" Aku menebak dari ekspresi ART itu sepertinya Damian tidak pernah kedatangan tamu.

"Iya, ada?" Tanya Sammy, tersenyum manis. Manis-manis dahulu pahit-pahit kemudian.

"Ada, teman nya ya? Masuk dulu, saya panggilkan Damian." Kami melangkah masuk dan di persilahkan duduk di ruang tamu. Sambil menunggu aku dan Sammy mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan baru tahu dari foto keluarga kalau Damian seorang anak tunggal. Aku mengernyit, kenapa rata-rata kami anak tunggal ya, aku sendiri yang punya abang, jangan-jangan aku tidak di rencanakan lagi. Aku buru-buru menepis pikiran absurd itu ketika mendengar suara langkah mendekat.

"Who?" Damian berdiri di pintu, seperti takut mendekat. Dasar culun! Dikira kami virus apa.

"Hi, I'm Aubree and this is Samatha. We wanna talk about something really serious." Aku memendam kekesalan dan tersenyum.

Damian duduk di depan kami, memasang wajah tidak nyaman. Dih! Aku jadi penasaran gimana dia jika mabuk, sampai menghasilkan manusia pula.

Sammy mengeluarkan ponsel dan aku mengeluarkan testpack, menaruh dua benda itu di atas meja yang berada di tengah kami. "Rachel, is pregnant with your baby." Mata Damian melotot, mulutnya melongo, buka tutup seperti ikan sesak nafas.

"What!? Are you kidding me?" Aku dan Sammy menggeleng. "If you remember, you went to a party held by the Kedrick about a few months ago. And you were drunk, both you and Rachel, and things we don't wanna say out loud happened." Aku berhenti sejenak, memperhatikan wajah Damian, seperti sedang memutar memori.

"Rachel left in the morning before you woke up. She just found out yesterday about the pregnancy, and she's afraid that you'll faint if she tells you. But we think the sooner the better. And I must emphasize, that she is still a virgin at that time, not a wild girl. So without any test needed, the baby is yours." Aku menghela nafas, susah juga berbicara pelan-pelan, ini di perlukan agar informasi tadi merekat seperti lem setan di kepala Damian.

"But you are famous, you could have sleep-"

"You damn Damian, are you stupid! Just because we're pretty young and cute doesn't mean we're wild and free." Aku membentaknya.

"You got that damn Damian?!" Sambung Sammy ikut membentak. Enak saja si culun ini. Kami ini terhindar dari pergaulan bebas ya, tolong otakya jangan konslet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi! MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang