Aubree P.O.V.
Aku terbangun di hari Sabtu yang cerah ini dengan senyuman, senang bisa bersantai tanpa harus memikirkan tugas kuliah weekend ini. Oh iya! Aku sudah memasuki perguruan tinggi, tidak usah bertepuk tangan, aku memang membanggakan. Sebenarnya aku masih kesal tidak di beri izin kuliah di luar, tapi Australian Nasional University sudah masuk jajaran yang hebat kan?
Aku dan dua sahabatku berada di jurusan yang sama, dan kelas yang sama. Takdir memang baik, selalu menyatukan kami. Oh! Jangan lupakan Callum, hihihi. Kami berada di fakultas yang sama tapi beda jurusan. Callum mengambil management sedangkan aku mengambil international business.
Aku bangkit untuk duduk dan terpekik melihat benda hijau diatas selimutku. "Abang! Rese tau nggk!" Aku berlari turun dari lantai 2. Arvyn mengerjaiku lagi, menaruh mainan kodok diatas kasur. Dia sangat tahu bahwa aku geli dengan kodok.
"Awas lo, gue balas!" Pekikku saat sampai di dapur, lalu kaget saat melihat Callum juga ada di dapur, sedang mengambil jus di kulkas.
"Morning Bree." Callum mencium keningku sebelum kembali melanjutkan kegiatannya menuang jus.
"Kok nggk bilang si kesini. Ih! Aku masi semrawut." Mulutku berujar seperti itu, tapi kaki ku tetap melangkah menuju meja makan dan duduk.
"Lo ngences juga Callum udah liat." Celetuk Arvyn. Aku mendelik, laku teringat tentang kodok tadi.
Aku menoleh ke Callum, "Cal, tadi Abang, naruh kodok di kasur, geli banget!" Aduku.
Arvyn melirikku, "Dih tukang ngadu." Sinisnya.
"Biar aku pindahin. Sarapan dulu." Callum meletakkan sepiring egg scramble dan stroberi di depanku. Jangankan kalian, aku juga heran, kenapa Callum yang melayani sementara ini di rumahku. Dan juga berlaku sebaliknya jika aku berada di rumah Callum, aku yang melayani sementara dia duduk, aneh? Iya aku juga sadar.
Callum keluar dari ruang makan dan naik ke lantai dua, ke kamarku. Di saat yang bersamaan Olivia masuk, "Cemberut banget Bree." Ujarnya melihatku.
"Kak! Pacar Kakak nih, rese banget, gue di kerjain pake kodok." Aduku lagi. Kali ini pasti Arvyn kena marah, Callum mungkin tadi hanya mencak-mencak, bisa dipecat jadi mantan jika dia batu hantam dengan Arvyn.
Aku terbahak saat Olivia menjewer kuping Arvyn, "Suka banget ganggu adiknya." Arvyn memekik terkejut, tidak sakit tapi dingin karena Olivia baru saja dari luar dan tangannya pastilah dingin.
"Dingin banget tangan kamu Liv." Arvyn menggenggam tanan Olivia. Dasar, kami memang tidak ada bedanya, Callum mana sih, aku mau pamer juga.
"Iyalah, aku baru dari luar. Siapa yang masak sarapan?" Olivia melepas paksa genggaman tangan Arvyn dan mengambil piring. Kami sering makan bersama, apalagi sarapan. Maklum karena orang tua kami yang sama-sama sibuk. Yang paling sering menjadi tempat sarapan adalah rumahku, karena biasanya kami akan berkumpul disini. Callum datang menemuiku, dan Olivia yang anak tunggal lebih suka kemari dari pada dirumahnya sendiri. Katanya karena di rumahku lebih banyak bahan masakan Indonesia.
"Nggk tau aku baru bangun. Kayaknya Callum deh, kalau Abang kan nggk mungkin bisa enak." Ujarku dengan suara pelan di akhir kalimat.
Tapi ternyata Arvyn mendengarnya, dia menendang kecil kakiku di bawah meja, "Dari pada lo dek, nggk pernah masak."
"Callum nggk kasi gue masak, bwek!" Aku menjulurkan lidah ke Arvyn. Di rumah kami ada bibi yang memasak, tapi hanya untuk makan siang dan malam, karena kebiasaan dari dulu, jika sarapan nyonyiah yang selalu siapkan. Jadi saat nyonyiah sedang tidak dirumah kami terbiasa membuat sarapan sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Mate
Teen Fiction"Jangan jadi mantan lama-lama, kapan balikannya?" - Sammy. "I pink you Bree." - Callum "Say the answer louder Aubree!" - Rachel & Jessi "Yes! I WILL!" - Aubree • • • Nggak pinter buat summary mohon di maklumi:) But this story is simple with some sl...