"Apakah kau Luxtuary?" dia menatapku sebentar kemudian memalingkan wajahnya dan kembali menatap lurus ke depan.
"Bukan" jawabnya datar. Aku sedikit terkejut mendengar jawabannya, pasalnya dia sangat mirip dengan Lux. Hening, tidak ada yang mengeluarkan suara lagi diantara kami. Aku sibuk dengan pemikiranku mengenai anak ini, rasanya aku seperti pernah melihatnya. Aku tersentak dan langsung menatapnya saat mengingat sesuatu.
"Kau anak yang waktu itu aku lihat di taman kan?" dia kembali menatapku, masih dengan ekspresi datarnya.
"Aku tidak tahu" benar juga, dia pasti tidak mengingatnya. Aku ingin menanyakan sesuatu lagi padanya tetapi dia langsung memotong perkataanku.
"Namaku Fellix kalau kau mau menanyakan hal itu" aku langsung terdiam dan tidak berniat untuk menanyakan sesuatu lagi. Aku memalingkan wajahku, kembali menatap langit sambil bersenandung kecil.
"Wellyz kita sekelas!" suara itu, suara yang sangat kukenali.
"Bisakah kau tidak berteriak seperti itu Nee?" aku berhenti memandangi langit dan mengarahkan pandanganku ke arah Neelyn yang sekarang sudah duduk di kursi yang ada di depanku.
"Maaf, aku hanya bersemangat saja hari ini" ucapnya sambil memasang cengiran khasnya. Aku memutar bola mataku malas.
"Bukannya kau selalu bersemangat setiap hari"
"Tapi-" Nee menghentikan ucapannya saat melihat seorang wanita paruh baya memasuki kelas ini. Keadaan kelas yang awalnya berisik kini mulai tenang.
Tap...
Tap...
Tap...
Suara lantai yang beradu dengan high heels mengiringi setiap langkahnya. Guru tersebut berhenti di depan kelas dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Selamat pagi anak-anak, aku adalah wali kelas kalian. Namaku Elly, kalian bisa memanggilku Mrs.Elly"
Seperti biasa, semua siswa kini harus memperkenalkan diri satu persatu dan jujur aku tidak menyukai hal ini. Akupun membuka buku tulisku dan mulai mencoretnya asal, memilih tidak peduli dengan semua ini.
.
.
.
Author POVTak terasa waktu berjalan begitu cepat. Bel pulang sekolah sudah berdering dari sepuluh menit yang lalu. Wellyz belum beranjak dari tempat duduknya karena masih menunggu Neelyn yang sedang menyalin tulisan yang ada di papan tulis. Dia hanya diam di sana sambil memperhatikan siswa siswi yang berjalan menuju gerbang sekolah.
"Aku sudah selesai Lyz, ayo kita pulang sekarang" Wellyz dan Neelyn kini berjalan beriringan di koridor sekolah yang sudah sepi.
Langit kini sudah mulai berubah warna dan sang mentari perlahan mulai tenggelam, cahaya jingganya menerpa dua sosok gadis yang sedang berjalan di trotoar yang mulai sepi. Sepanjang perjalanan, Neelyn mulai berceloteh banyak hal, seperti biasa. Sedangkan Wellyz sibuk dengan pikirannya sendiri dan tidak terlalu menanggapi celotehan tidak penting yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
"Wellyz ayo kita ke taman sebentar, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu" tanpa menunggu persetujuan dari Wellyz, Neelyn langsung menarik tangannya menuju ke taman yang ada di dekat situ. Merekapun duduk di salah satu bangku kosong yang ada di sana. Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat sampai Neelyn mulai membuka pembicaraan.
"Wellyz, apakah kau tahu siapa anak laki-laki yang duduk di deretan yang sama denganmu itu?"
"Tidak" Wellyz masih menatap lurus ke depan tanpa menyadari raut wajah sahabatnya yang mulai berubah.
"Hmm...Wellyz apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu?" Wellyz terdiam sebentar, merasa ada yang aneh dengan tingkah sahabatnya ini. Tidak biasanya dia bertanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World [END]
FantasyApa semua ini nyata? Apakah semua yang terjadi padaku akhir-akhir ini nyata? Tidak pernah terpikir olehku kalau semua ini akan terjadi. Terjebak di dunia yang bahkan aku sendiri tidak tahu kalau itu ada. Oneyra... Tempat yang kudatangi setelah kegel...