Part 17 - Letter

153 22 14
                                    

Wellyz POV

"A...apa maksudmu Wellyz?"

"Apa kau pikir aku sebodoh itu sehingga tidak menyadarinya?" bukannya menjawab, aku justru balik melontarkan pertanyaan padanya.

"Maksudmu?" tanya Zelfia, aku bisa melihat keringat dingin yang mulai mengalir di pelipisnya.

"Ck...kau tidak perlu berbohong lagi Zelfia, aku sudah tahu semuanya"

Flashback On

Sial, perasaanku benar-benar buruk sekarang. Setelah kelas Sir Ozein berakhir, aku memutuskan untuk pergi keluar Academy untuk menjernihkan pikiranku. Aku kemudian menaiki Air Glob ku keluar dari Academy, iya, sejak aku bisa menguasai kekuatanku, aku sudah tidak menggunaklan FlyBoard lagi, benda itu kuletakkan dan kubiarkan begitu saja di dalam kamarku.

Tujuanku sekarang tentu saja ke pohon tua yang menjadi tempat awal kisahku di dunia mimpi ini. Menurutku di sana tenpat yang sangat nyaman dan menenangkan, setiap aku menghabiskan waktu di sana, bebanku seolah terasa sedikit terangkat. Saat melewati hutan pinus, sayup-sayup pendengaranku menangkap sebuah suara, suara seseorang yang sedang berbicara. Akupun menghentikan niat awalku, kemudian mulai berjalan melewati semak-semak menuju ke asal suara tersebut.

Tidak memerlukan waktu lama, saat aku menyibakkan dedaunan yang menghalangi pandanganku, aku melihat siluet dua orang yang membelakangiku sedang duduk di atas sebuah batu yang cukup besar. Tunggu, aku sepertinya mengenal salah satunya.

"Zelfia?" mereka kemudian menolehkan kepalanya ke arahku begitu mendengar suaraku.

"Insci dia siapa?" aku mengalihkan pandanganku ke arah lelaki yang bersama dengan Zelfia, oh sepertinya aku pernah melihatnya di Academy, tapi tunggu, dia memanggil Zelfia siapa? Insci?.

"Insci? Kupikir kau Zelfia, wajah kalian benar-benar mirip" oke, aku sudah mulai berbohong di sini, sebenarnya aku tahu kalau dia adalah Zelfia tetapi biarkanlah, aku ingin mengetahui kenapa ia berbohong.

"Hmm...i...iya aku bukan Zelfia. Namaku In...Insci" sahutnya. Oh Zelfia, tidakkah kau sadar kalau kau payah dalam hal berbohong. Aku tersenyum tipis, bukan, lebih tepaatnya menyeringai kecil saat sebuah ide muncul di otakku.

"Oh, maaf sudah mengganggu kalian. Aku permisi" ucapku kemudian melenggang pergi dari tempat itu, sebenarnya tidak sepenuhnya pergi sih karena aku memilih bersembunyi di balik semak-semak dan mengawasi mereka dari jarak yang cukup jauh agar tidak ketahuan, dengan kata lain, aku sedang memata-matai mereka.

"Zelfia, aku akan mengikuti permainanmu ini" gumamku datar. Tepat setelah aku mengucapkan kata-kata itu, Zelfia kemudian pergi bersama dengan temannya entah ingin kemana. Aku kemudian menaiki Air Glob ku, lagi, kemudian mulai mengikuti mereka dari belakang. Beberapa menit kemudian, mereka terlihat memasuki sebuah bangunan tua yang berada dekat dengan perbatasan Negeri Oneyra.

'Bukannya bangunan itu sudah berada di wilayah Dym Arthex? Kenapa Zelfia masuk ke sana?' batiku penasaran.

Akupun kemudian berdiri di balik pohon sembari mengawasi bangunan itu dari jauh, beruntung di sini terdapat banyak pohon pinus yang menjulang tinggi sehingga memudahkanku untuk bersembunyi.

"Kenapa mereka lama sekali?" tanyaku entah kepada siapa. Sudah sangat lama aku berdiri di tempat ini namun mereka masih belum keluar dari bangunan tua itu. Hari sudah mulai sore dan aku masih setia menyandar di pohon pinus ini, aku hendak menyerah dan memilih untuk kembali ke asrama, namun...

Cklekk...

Sepertinya usahaku tidak sia-sia karena saat hendak keluar dari persembunyianku, pintu bangunan tersebut terbuka dan aku bisa melihat seorang gadis yang menurutku asing, sedang melambaikan tangannya ke arah Zelfia dan temannya itu.

Dream World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang