Part 18 - Flashback (Wellyz)

153 20 10
                                    

Wellyz menghentikan langkahnya, tubuhnya seketika membeku dan kenangan yang berusaha ia kubur dalam-dalam, muncul ke permukaan.

Flashback On

"Ayah, ibu, lihatlah ini" ucap Wellyz kecil berlari menghampiri kedua orang tuanya yang terlihat sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Ayah Wellyz adalah pemilik perusahaan yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di wilayah tersebut, sedangkan ibu Wellyz lebih memilih untuk membantu suaminya untuk urusan kantor sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk kedua putrinya.

"Ada apa Wellyz?" tanya ibunya lembut sambil berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Wellyz kecil, memang, walaupun mereka tidak menghabiskan banyak waktu bersama, tetapi Rose -ibunya Wellyz- sangat menyayangi anaknya itu.

"Apa ibu tahu, aku-"

"Ayo kita berangkat sekarang Rose" ucap Saint -ayahnya Wellyz- memotong perkataan Wellyz. Mendengar ucapan suaminya, Rose kemudian kembali berdiri dan mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting dengan klien nanti.

"Maaf ya sayang, ibu harus pergi sekarang" ucap Rose dengan perasaan tidak enak karena harus meninggalkan putrinya lagi.

"Hmm...tidak apa-apa bu, aku mengerti kalau ayah dan ibu sangat sibuk" sahut Wellyz kecil dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"Kami pergi dulu Wellyz, dan jangan ganggu kakakmu, biarkan dia belajar agar bisa meneruskan perusahaan nantinya" Saint kemudian berjalan terburu-buru keluar rumah setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Ibu pergi ya sayang, jangan nakal dan jadilah anak yang baik selama kami pergi" Rose kemudian mengusap surai anaknya lembut kemudian pamit pergi. Rose tersenyum menatap Wellyz dari ambang pintu sebelum akhirnya menutup pintu tersebut dan menyusul Saint.

"Hufftt...selalu seperti ini" gumam Wellyz sendu, senyum yang tadi menghiasi wajahnya perlahan menghilang. Wellyz kemudian menggumpalkan kertas yang ingin ia tunjukkan tadi kepada orang tuanya lalu melemparnya asal ke tempat sampah.

*Di lain sisi

Tes...

"Arrghh...sial" gerutu Deyra begitu merasakan cairan mengalir dari hidungnya hingga menetes ke lembar kerja yang ia kerjakan dari kemarin malam. Ia pun mengambil tisu untuk menyumpal hidungnya agar cairan merah pekat tersebut berhenti keluar.

"Tanganku jadi kotor" gumamnya pada diri sendiri. Deyra kemudian bangkit dan berjalan ke luar kamarnya untuk mencuci tangannya di wastafel. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat Wellyz yang melemparkan sesuatu ke tempat sampah, Deyra kemudian memilih menunggu hingga Wellyz memasuki kamarnya sebelum ia berjalan ke tempat sampah untuk melihat sesuatu yang Wellyz buang barusan.

Setelah Wellyz memasuki kamarnya, Deyra langsung memungut gumpalan kertas tadi tanpa memperdulikan tangannya yang masih berisi bercak darah.

"Ini...bukannya ini piagam juara. Tetapi kenapa Wellyz membuangnya?" ucap Deyra kebingungan. Ia kemudian memungutnya kemudian melanjutkan niatan awalnya untuk mencuci tangannya. Setelah tangannya bersih, Deyra kemudian pergi ke kamar Wellyz untuk menemui adik kesayangannya itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan Wellyz?" tanya Deyra yang melihat adiknya berbaring di atas tempat tidur sambil memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Ah kakak, aku tidak sedang memikirkan apa-apa kok" Bohong. Wellyz bangun dari acara rebahannya kemudian duduk di tepian tempat tidurnya.

"Oh begitu" kemudian terjadi keheningan beberapa saat.

"Kau mau keluar untuk jalan-jalan?" sambung Deyra. Wellyz terkejut mendengar pertanyaan Deyra, namun sedetik kemudian wajahnya berubah berseri lalu ia mengangguk dengan semangat.

Dream World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang