Chapter 21 - (Not) The End

182 16 19
                                    

'Sial, perasaanku tidak enak'

Aku mendongkakkan kepalaku, memandang langit di atasku yang mulai menggelap. Ini aneh, tidak seperti biasanya langit akan menghitam dan yang semakin membuatku heran adalah...sikap semua orang yang biasa saja.

"Ada apa sebenarnya?" gumamku bingung. Tiba-tiba, dari arah barat, langit berubah menjadi gelap dengan cepat, mendung, tetapi masih terdapat cahaya yang cukup untuk pengelihatanku. Teriakan panik mulai terdengar di mana-mana, orang-orang mulai berlari tak tentu arah.

"Semua siswa Fervent Academy, segera berkumpul ke aula"
mendengar pemberitahuan itu, aku langsung membuat Air Glob dan segera pergi ke aula secepatnya.

"Cepat, untuk defense buat dinding pelindung di sekitar kerajaan, dan untuk attacker menyebar ke sekitar kerajaan dan juga suruh semua orang untuk masuk ke dalam kerajaan. Pasukan Dym Arthex datang menyerang" segera, setelah pengumuman tersebut terdengar, kami kembali menyebar, aku yang termasuk attacker kemudian berlari ke gerbang kerajaan. Bersiap menunggu pasukan Dym Arthex.

Kami terpecah menuju ke segala penjuru kerajaan, demikian juga dengan para petinggi Fervent Academy. Aku segera memasang kontak lensa yang kemarin diberika kepadaku.

Suasana menjadi tegang saat dari arah depan terlihat pasukan yang datang dalam jumlah banyak, dan jangan lupakan dengan binatang dan juga tumbuhan rambat yang menjalar mendekati area kerajaan.

"Bersiaplah!" salah satu petinggi Fervent Academy berteriak dengan lantang, disusul dengan perisai transparan yang mulai terbentuk mengelilingi kami.

Di sana, tepat beberapa meter di depan kami, Nertha terlihat datang dengan menunggangi seekor Nekomata, kucing besar dengan dua sayap yang muncul di punggungnya.

"Apa ini?" aku menyerngit bingung saat melihat pasukan tersebut, tak satupun dari mereka menampilkan identitas di atasnya, kecuali Nertha dan beberapa orang yang memakai jubah.

"Apakah mereka bukan mahkluk hidup?" pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Tapi segera kutepis, aku harus fokus.

"Awas!" sebuah bola dengan aura kegelapan yang menguar meluncur dengan cepat ke arah kami, beruntung kami semua berhasil menghindar, tetapi bola tersebut mengenai bagian dinding pelindung sehingga membuat retakan yang cukup besar di sana.

Dan sedetik setelah bola tersebut menghancurkan dinding pelindung, semua pasukan tersebut sudah berada tepat di depan kami. Dan kurasa, perang yang sesungguhnya telah dimulai.

"Wind Arrow" beberapa anak panah langsung keluar dari telapak tanganku, mengenai makhluk-makhluk tersebut, menyebabkan mereka langsung menghilang seperti sebuah asap yang tertiup angin.

"Sial, jumlah mereka terlalu banyak!" ucap salah satu siswa yang kewalahan menghadapi musuh.

"Hei kau, gunakan kekuatanmu di tanah!" ucapku begitu melihat seseorang yang mempunyai kekuatan getah, dengan sigap, siswa tersebut langsung mengikuti perkataanku dan kemudian lapisan getah menyelimuti tanah di depan kami, membuat musuh menjadi terjebak.

"Air Blow" tak menyia-nyiakan kesempatan, aku kemudian membuat kekuatanku menyerupai sebuah tebasan yang terbuat dari udara.

"Keluarkan semua Elf yang kalian punya!" ucapan Sir Ivory membuatku teringat dengan Flame, segera, kuambil kapsul yang selalu ku simpan di saku jubahku kemudian menekan tombolnya, di susul oleh siswa lain yang juga memiliki Elf.

"Flame, tolong kami" Flame terlihat mengangguk kemudian ikut bergabung untuk mengalahkan musuh.

Entah dari mana datangnya, kini jumlah musuh sudah bertambah semakin banyak, membuat kami semua makin kewalahan, ditambah lagi dengan Nertha yang kini sudah turun ke arena peperangan, yang sialnya dapat dengan mudah mengalahkan kami.

Dream World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang