Chap 6

14.2K 1.5K 27
                                    

Diperjalanan Aiden mengingat ucapan Dex yang memberitahu Milla telah bebas, ia bingung harus kah Megan tau soal ini? Aiden mencoba mematangkan keputusannya.

"Mahal." Panggil Aiden.

"Ya?"

Setelah dipikir-pikir, lebih baik ia memberitahu Megan kalau Milla sudah bebas. Megan juga harus berjaga-jaga dengan wanita itu.

"Milla udah bebas." Ucap Aiden yang membuat suasana sunyi.

"Aku dikasih tau Dex." Lanjutnya.

"Aku mau kamu hati-hati, aku takutnya diwaktu tertentu orang itu muncul dihadapan kamu dan bikin kamu celaka."

Aiden yang melihat hanya terdiam sempat risau, apa ia salah mengucapkan ini? Tidak, bukannya suami istri harus saling terbuka?

"Dimana Milla?" Tanya Megan.

"Gak tau, setelah bebas dari sel Milla hilang ditelan bumi. Dex waktu mau menjenguknya pihak sana bilang 'Milla sudah keluar beberapa minggu lalu' gitu."

"Tapi ada daerah sini?"

"Gak bisa dipastiin, yang jelas kamu harus hati-hati. Jangan terlalu baik sama dia, dia gak pantes dapet kebaikan kamu!"

Aiden mencengkram stir kuat-kuat, ingatnya berputar waktu Megan terbaring di ICU beberapa tahun lalu. Sampai sekarang ia masih menyimpan kebenciannya pada Milla.

"Dia adik—-" Belum selesai bicara Aiden menghentikan mobil secara mendadak dan membuat Megan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Jangan nganggap dia adik kamu!" Kata Aiden penuh penekanan.

"Kalau dia kesusahan gimana? Papa belum bebas, tante Tiara gak tau kemana."

"Ya biarin, itu karma dia. Orang jahat gak akan dikasih kebahagiaan yang lama, itu sudah hukum alam. Dulu Baron mempermainkan Mama, Mama ditinggal dalam kesusahan, setelah hidup Mama membaik Baron datang kerumah dan dengan gampangnya meminta harta untuk judi. See? Hidup mereka berputar, dulu mereka bahagia diatas penderitaan Mama, sekarang mereka yang menderita."

Aiden mengulas cerita masa lalu yang membuat Megan sedih, hidupnya sempat terombang-ambing karena masalah tersebut. Beruntung, ia kuat karena dukungan orang sekitar.

Megan sangat jelas melihat amarah Aiden pada Milla. Tangannya mengusap lengan Aiden dengan lembut.

"Udah ya jangan marah, itu sudah terjadi. Kalau kamu benci percuma kan?"

"Aku ngomong gini, biar mindset kamu berubah. Kamu itu terlalu baik tau gak."

"Aku tau aku baik, kalau aku gak baik gak mungkin dapet suami yang baik juga. Kan jodoh adalah cerminan kita sendiri."

Mendengar ucapan Megan membuat api amarah Aiden meredam, bahkan sebuah senyum kecil terukir di wajahnya.

"My favorite smile." Megan mengecup katup bibir Aiden.

Aiden kembali melajukan mobilnya, selama perjalanan Aiden dan Megan asik mendengarkan musik yang dengan volume besar. Bahkan keduanya mengeluarkan suara untuk bernyanyi bersama.

"Boy I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea
I keep you with me in my heart
You make it easier when life gets hard." Megan bernyanyi riang sambil melirik Aiden dengan tatapan menggoda.

"I'm lucky I'm in love with my best friend
Lucky to have been where I have been
Lucky to be coming home again."

Keduanya nyanyi bersama dengan tangan yang tergenggam, keduanya nampak bahagia.

"Wah lagunya cocok ya buat kita." Ujar Megan.

"Kamu emang sahabat aku? Sejak kapan?"

"Kalau bukan, terus apa?"

Megan menunggu jawaban Aiden.

"Kamu itu tidak terdefinisikan... kamu jantung aku, ginjal aku, hati aku, usus ak—-."

"Aku emang jeroan apa, semua organ dalem kamu aku semua?" Protes Megan.

Aiden tertawa melihat Megan protes, tapi memang benar semua organ ditubuhnya adalah Megan. Hilangnya salah satu organ, membuat hidup tidak akan sempurna atau bahkan mati.

Senang rasanya melihat Megan tersenyum lebar, tanpa adanya beban dan kesedihan. Aiden sungguh bersyukur memilikinya selama ia hidup.



#TBC

Forever, I'm Yours (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang