"But I am not."
Sahut Aiden.
Mendengar suara berat itu membuat Megan terdiam, Aiden mendengarnya. Tidak lama ia mengubah posisi tidurnya dan mereka menjadi saling berhadapan.
"Sebenarnya perpisahan yang aku harapkan bukan seperti ini." Lanjut Aiden.
Megan masih diam untuk mendengar lanjutan ucapan Aiden. Keduanya saling melemparkan pandangan yang sama-sama mengartikan ketulusan.
Aiden merasa terpuruk setelah menggugat Megan, ia melupakan janji pernikahan, nasib anaknya yang akan segera lahir, dan Megan yang membutuhkannya.
Pada akhirnya Aiden menarik ucapannya, ia juga meminta maaf kepada Megan karena emosinya yang saat itu sedang meledak.
"Maaf aku terlalu cepat dalam mengambil keputusan dan salah dalam berpikir." Aiden sungguh-sungguh merasa sangat bersalah.
Seketika Megan merasa terharu, matanya mulai berkaca dan tidak akan mengalihkan pandangannya.
Kehadiran Piter membuat Aiden membuka pikirannya yang sempat tertutup karena emosi dan cemburu, ia merasa beruntung daddy nya tiba disaat yang tepat. Ia merasa malu tidak bisa mengatasi masalah rumah tangganya secara dewasa, terlebih ia akan menjadi seorang ayah.
"Aku tarik ucapan aku, aku gak mau cerai sama kamu." Aiden menggenggam tangan Megan erat.
"Kamu jaga ucapan kamu lain kali, kamu boleh marah sama aku, tapi jangan pernah ngeluarin kata-kata itu lagi." Jawab Megan yang sebenarnya sedikit marah dengan Aiden. Ia berkata seperti itu seolah-olah mereka berada di tahap pacaran, yang mudah dalam memutuskan hubungan dan bisa kembali kapan pun.
Pernikahan bukan lagi tahap saling mengenal, melainkan gerbang dari kehidupan yang baru. Sudah memiliki tanggung jawab bersama dan menyingkirkan ego masing-masing, terutama pasangan yang segera atau sudah memiliki anak. Menduakan perasaan satu sama lain dan mengutamakan anak.
"Iya, aku gak akan ngelakuin hal bodoh itu lagi." Ujar Aiden dengan yakin.
Megan lega, apa yang ia takuti tidak terjadi. Aiden menariknya kedalam dekapan, perut Megan yang membesar sedikit menganggu acara pelukan mereka. Sampai akhirnya...
DUG
Aiden merasakan hentakan dari perutnya yang menempel dengan perut Megan, ia melihat ekspresi wajah Megan yang meringis.
Aiden langsung bangun dari posisi tidurnya dan mengecup perut Megan.
"Anak papa." Gumam Aiden terus mengelus perut Megan agar si bayi mengurangi gerakannya yang membuat Megan kesakitan.
"Jangan marah ya sayang, mama papa udah baikan kok. Nanti kalau kamu udah lahir, kamu boleh jewer papa." Ucapan Aiden membuat Megan tertawa.
Bagaimana bisa bayi masih merah melakukan hal itu?
Megan menikmati apa yang Aiden lakukan, saat dari perutnya terlihat sebuah tonjolan. Aiden langsung syok, Megan segera menenangkan dan mengatur nafas, bayinya baru saja menyikut yang membuatnya kesakitan.
"Mahal sakit banget ya?" Tanya Aiden.
"Lumayan."
Aiden merasakan ngilu saat melihat tonjolan itu, ia juga merasa tidak tega melihat Megan. Aiden membantu menenangkan anaknya yang sedang aktif, ia mengajak ngobrol dan meminta hal baik jika anaknya sudah dilahirkan.
Seperti, "nurut ya sayang kalau udah besar sama papa mama, jadi anak yang pintar, rajin, kalau cowok jangan jadi playboy, kalau cewek jangan terlalu mudah ditaklukin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...